Mantan Wakil Gubernur Banten ini melanjutkan, fakta Banten lumbung suara Golkar di Jawa I adalah di antaranya juga merujuk kepada keberadaan kader Golkar di posisi kepala daerah di semua kabupaten/kota, baik sebagai Bupati atau Walikota maupun sebagai wakil kepala daerah.
Namun demikian, berbeda dengan Pilpres yang untuk pencalonannya di Pemilu 2024 nanti berbasis suara pileg sebelumnya, pada Pilkada 2024 untuk dapat mencalonkan kadernya, partai harus berbasis pada suara di Pileg 2024 yang memang digelar terlebih dahulu.
“Jadi ini perlu kerja keras, penguatan secara masif di internal dan soliditas,” tegasnya.
Terkait itu, tambah Andika, Golkar menargetkan menang pileg di semua tingkatan minimal 30 persen. Ia pun meminta kader dan pengurus Golkar di Banten bekerja keras mengembalikan raihan kursi di legislatif yang sebelumnya sempat hilang di Pileg 2014 dan 2019.
Andika mencontohkan di DPRD Banten, agar dapat mencalonkan kadernya di Pilgub Banten meski tanpa koalisi, Golkar harus dapat meraih suara sebanyak 18 kursi. “Sekarang kan kita baru 11 kursi. Begitu juga di kabupaten/kota yang beberapa kita mengalami kehilangan kursi sebelumnya,” bebernya.
Lebih jauh Andika mengingatkan bahwa hasil evaluasi pihaknya, kekalahan Golkar di sejumlah pilkada sebelumnya adalah akibat persoalan internal di mana terjadi perpecahan di kalangan kader dan pengurus.
“Jadi musuh kita bukan partai lain, tapi di internal partai kita sendiri. Dan ini tidak boleh terulang lagi,” paparnya.
Terkait Pileg sendiri, DPP Golkar telah mengeluarkan kebijakan bahwa pencalonan anggota legislatif di semua tingkatan hanya boleh dilakukan kepada fungsionaris partai. Meski begitu, tidak berarti fungsionaris partai akan lolos begitu saja dalam pencalonan, karena juga masih akan melalui evaluasi dari partai sebelum akhirnya dapat dicalonkan.
“Jadi tidak akan lagi terjadi sebulan dua bulan menjelang pileg tiba-tiba kita mencalonkan kader dari luar. Semua dilakukan untuk menjaga kualitas politik Golkar,” pungkasnya.