SERANG – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten mencatat angka kemiskinan di Provinsi Banten pada periode Maret -September 2016 sebesar 5,36 persen atau setara 657,75 ribu jiwa penduduk. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2016, maka selama satu semester terjadi penurunan hanya 0,06 poin.
Hal itu dikatakan Kepala BPS Provinsi Banten Agoes Sebeno. ” Meskipun tidak signifikan penurunananya tapi perkembangan tingkat kemiskinan di Banten cukup baik,” kata Agoes saat menyampaikan berita statistik di kantor BPS Provinsi Banten, Selasa (3/1).
Agoes menjelaskan, penduduk miskin di Banten masih terkonsentrasi di perdesaan dengan tingkat kemiskinan sebesar 7,32 persen. Sedangkan di perkotaan memiliki tingkat kemiskinan yang lebih rendah yakni 4,49 persen. Namun begitu penurunan kemiskinan lebih cepat di perdesaan dibandingkan perkotaan.
“Selama periode Maret – September 2016 perdesaan mengalami penurunan tingkat kemiskinan 0,13 poin sementara di perkotaan hanya 0,02 poin. Penurunan angka kemiskinan terjadi karena adanya peningkatan kemampuan penduduk dalam memenuhi konsumsinya meskipun garis kemiskinan mengalami kenaikan 1,47 persen menjadi Rp373.365 per kapita per bulan,” ujarnya
Kemudian, lanjut Agoes, peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan, seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap karis kemiskinan tercatat sebesar 70,29 persen. Sementara kelompok komoditi non makanan hanya menyumbang 29,71 persen terhadap garis kemiskinan.
“Pada periode Maret-September 2016, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), keduanya mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin juga semakin menyempit. Atau dengan kata lain kondisi penduduk miskin di Banten semakin membaik,” ungkapnya. (Ade F)