Diungkapkan salah seorang juri WAMSB perwakilan Indonesia yang juga translater Coaching Clinic, Adi Yunimon Noer, WAMSB sendiri adalah sistem penjurian dalam sebuah kejuaraan marching band internasional. Coaching Clinic ini bertujuan mengajarkan peserta, bagaimana cara menjadi juri yang baik.
“Pembicara kita hari ini adalah Al Coche dari New York, USA. Dia memberikan materi kepada peserta soal apa yang dibutuhkan agar bisa menjadi juri yang kompeten dan profesional. Bagaimana kita mengetahui kualitas band yang mengikuti kejuaraan dan apa saja kategori penilaian dalam kejuaraan marching band. Yaa…hal-hal semacam itu lah,” kata dia ditemui radarbanten.com, Rabu (26/8/2015).
Diminta komentarnya soal keikutsertaan peserta dari Banten, pria yang akrab disapa Nimon ini mengaku melihat Banten sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang sangat kooperatif dan mendukung marching band. “Saya dan teman-teman berharap, GSB bisa berbagi ilmu dengan grup-grup lain di Indonesia. Pemerintah Daerah Banten juga bisa menularkan semangat dan dukungan positifnya bagi marching band, kepada provinsi-provinsi lain di Indonesia supaya marching band se-Nusantara bisa maju dan menjadi hebat,” ucap pria yang termasuk dalam lima juri se-Indonesia yang bersertifikat WAMSB ini.
Nimon juga menyinggung perihal keikutsertaan GSB mewakili Indonesia dalam Drum Corps Internasional (DCI) di Indianapolis, USA yang beberapa waktu lalu. Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. “Masyarakat Banten harus bangga karena GSB menjadi grup pertama dan hingga kini satu-satunya yang mewakili Indonesia dalam kejuaraan internasional di kota pusat drum band dunia. Belum ada drum band di Indonesia yang bisa begitu,” bebernya.
Menanggapi tudingan bahwa seharusnya GSB menggunakan anggaran dari Pemerintah Pusat dan bukannya milik Pemerintah Daerah bila memang mewakili negara, Nimon berpendapat lain. “Tidak bisa begitu. Kita (Indonesia, red) tidak pernah menggelar kejuaraan untuk menentukan grup drum band terbaik se-Indonesia. Bila Indonesia mau melakukan itu, mungkin bisa kemudian dianggarkan oleh Pemerintah Pusat. Tapi sampai sekarang masih harus mengandalkan dukungan Pemerintah Daerah masing-masing. Makanya kalau mau ya kita dorong sama-sama,” jelas Nimon. (rbc)
Diungkapkan salah seorang juri WAMSB perwakilan Indonesia yang juga translater Coaching Clinic, Adi Yunimon Noer, WAMSB sendiri adalah sistem penjurian dalam sebuah kejuaraan marching band internasional. Coaching Clinic ini bertujuan mengajarkan peserta, bagaimana cara menjadi juri yang baik.
“Pembicara kita hari ini adalah Al Coche dari New York, USA. Dia memberikan materi kepada peserta soal apa yang dibutuhkan agar bisa menjadi juri yang kompeten dan profesional. Bagaimana kita mengetahui kualitas band yang mengikuti kejuaraan dan apa saja kategori penilaian dalam kejuaraan marching band. Yaa…hal-hal semacam itu lah,” kata dia ditemui radarbanten.com, Rabu (26/8/2015).
Diminta komentarnya soal keikutsertaan peserta dari Banten, pria yang akrab disapa Nimon ini mengaku melihat Banten sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang sangat kooperatif dan mendukung marching band. “Saya dan teman-teman berharap, GSB bisa berbagi ilmu dengan grup-grup lain di Indonesia. Pemerintah Daerah Banten juga bisa menularkan semangat dan dukungan positifnya bagi marching band, kepada provinsi-provinsi lain di Indonesia supaya marching band se-Nusantara bisa maju dan menjadi hebat,” ucap pria yang termasuk dalam lima juri se-Indonesia yang bersertifikat WAMSB ini.
Nimon juga menyinggung perihal keikutsertaan GSB mewakili Indonesia dalam Drum Corps Internasional (DCI) di Indianapolis, USA yang beberapa waktu lalu. Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. “Masyarakat Banten harus bangga karena GSB menjadi grup pertama dan hingga kini satu-satunya yang mewakili Indonesia dalam kejuaraan internasional di kota pusat drum band dunia. Belum ada drum band di Indonesia yang bisa begitu,” bebernya.
Menanggapi tudingan bahwa seharusnya GSB menggunakan anggaran dari Pemerintah Pusat dan bukannya milik Pemerintah Daerah bila memang mewakili negara, Nimon berpendapat lain. “Tidak bisa begitu. Kita (Indonesia, red) tidak pernah menggelar kejuaraan untuk menentukan grup drum band terbaik se-Indonesia. Bila Indonesia mau melakukan itu, mungkin bisa kemudian dianggarkan oleh Pemerintah Pusat. Tapi sampai sekarang masih harus mengandalkan dukungan Pemerintah Daerah masing-masing. Makanya kalau mau ya kita dorong sama-sama,” jelas Nimon. (rbc)
Diungkapkan salah seorang juri WAMSB perwakilan Indonesia yang juga translater Coaching Clinic, Adi Yunimon Noer, WAMSB sendiri adalah sistem penjurian dalam sebuah kejuaraan marching band internasional. Coaching Clinic ini bertujuan mengajarkan peserta, bagaimana cara menjadi juri yang baik.
“Pembicara kita hari ini adalah Al Coche dari New York, USA. Dia memberikan materi kepada peserta soal apa yang dibutuhkan agar bisa menjadi juri yang kompeten dan profesional. Bagaimana kita mengetahui kualitas band yang mengikuti kejuaraan dan apa saja kategori penilaian dalam kejuaraan marching band. Yaa…hal-hal semacam itu lah,” kata dia ditemui radarbanten.com, Rabu (26/8/2015).
Diminta komentarnya soal keikutsertaan peserta dari Banten, pria yang akrab disapa Nimon ini mengaku melihat Banten sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang sangat kooperatif dan mendukung marching band. “Saya dan teman-teman berharap, GSB bisa berbagi ilmu dengan grup-grup lain di Indonesia. Pemerintah Daerah Banten juga bisa menularkan semangat dan dukungan positifnya bagi marching band, kepada provinsi-provinsi lain di Indonesia supaya marching band se-Nusantara bisa maju dan menjadi hebat,” ucap pria yang termasuk dalam lima juri se-Indonesia yang bersertifikat WAMSB ini.
Nimon juga menyinggung perihal keikutsertaan GSB mewakili Indonesia dalam Drum Corps Internasional (DCI) di Indianapolis, USA yang beberapa waktu lalu. Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. “Masyarakat Banten harus bangga karena GSB menjadi grup pertama dan hingga kini satu-satunya yang mewakili Indonesia dalam kejuaraan internasional di kota pusat drum band dunia. Belum ada drum band di Indonesia yang bisa begitu,” bebernya.
Menanggapi tudingan bahwa seharusnya GSB menggunakan anggaran dari Pemerintah Pusat dan bukannya milik Pemerintah Daerah bila memang mewakili negara, Nimon berpendapat lain. “Tidak bisa begitu. Kita (Indonesia, red) tidak pernah menggelar kejuaraan untuk menentukan grup drum band terbaik se-Indonesia. Bila Indonesia mau melakukan itu, mungkin bisa kemudian dianggarkan oleh Pemerintah Pusat. Tapi sampai sekarang masih harus mengandalkan dukungan Pemerintah Daerah masing-masing. Makanya kalau mau ya kita dorong sama-sama,” jelas Nimon. (rbc)
Diungkapkan salah seorang juri WAMSB perwakilan Indonesia yang juga translater Coaching Clinic, Adi Yunimon Noer, WAMSB sendiri adalah sistem penjurian dalam sebuah kejuaraan marching band internasional. Coaching Clinic ini bertujuan mengajarkan peserta, bagaimana cara menjadi juri yang baik.
“Pembicara kita hari ini adalah Al Coche dari New York, USA. Dia memberikan materi kepada peserta soal apa yang dibutuhkan agar bisa menjadi juri yang kompeten dan profesional. Bagaimana kita mengetahui kualitas band yang mengikuti kejuaraan dan apa saja kategori penilaian dalam kejuaraan marching band. Yaa…hal-hal semacam itu lah,” kata dia ditemui radarbanten.com, Rabu (26/8/2015).
Diminta komentarnya soal keikutsertaan peserta dari Banten, pria yang akrab disapa Nimon ini mengaku melihat Banten sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang sangat kooperatif dan mendukung marching band. “Saya dan teman-teman berharap, GSB bisa berbagi ilmu dengan grup-grup lain di Indonesia. Pemerintah Daerah Banten juga bisa menularkan semangat dan dukungan positifnya bagi marching band, kepada provinsi-provinsi lain di Indonesia supaya marching band se-Nusantara bisa maju dan menjadi hebat,” ucap pria yang termasuk dalam lima juri se-Indonesia yang bersertifikat WAMSB ini.
Nimon juga menyinggung perihal keikutsertaan GSB mewakili Indonesia dalam Drum Corps Internasional (DCI) di Indianapolis, USA yang beberapa waktu lalu. Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. “Masyarakat Banten harus bangga karena GSB menjadi grup pertama dan hingga kini satu-satunya yang mewakili Indonesia dalam kejuaraan internasional di kota pusat drum band dunia. Belum ada drum band di Indonesia yang bisa begitu,” bebernya.
Menanggapi tudingan bahwa seharusnya GSB menggunakan anggaran dari Pemerintah Pusat dan bukannya milik Pemerintah Daerah bila memang mewakili negara, Nimon berpendapat lain. “Tidak bisa begitu. Kita (Indonesia, red) tidak pernah menggelar kejuaraan untuk menentukan grup drum band terbaik se-Indonesia. Bila Indonesia mau melakukan itu, mungkin bisa kemudian dianggarkan oleh Pemerintah Pusat. Tapi sampai sekarang masih harus mengandalkan dukungan Pemerintah Daerah masing-masing. Makanya kalau mau ya kita dorong sama-sama,” jelas Nimon. (rbc)
Diungkapkan salah seorang juri WAMSB perwakilan Indonesia yang juga translater Coaching Clinic, Adi Yunimon Noer, WAMSB sendiri adalah sistem penjurian dalam sebuah kejuaraan marching band internasional. Coaching Clinic ini bertujuan mengajarkan peserta, bagaimana cara menjadi juri yang baik.
“Pembicara kita hari ini adalah Al Coche dari New York, USA. Dia memberikan materi kepada peserta soal apa yang dibutuhkan agar bisa menjadi juri yang kompeten dan profesional. Bagaimana kita mengetahui kualitas band yang mengikuti kejuaraan dan apa saja kategori penilaian dalam kejuaraan marching band. Yaa…hal-hal semacam itu lah,” kata dia ditemui radarbanten.com, Rabu (26/8/2015).
Diminta komentarnya soal keikutsertaan peserta dari Banten, pria yang akrab disapa Nimon ini mengaku melihat Banten sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang sangat kooperatif dan mendukung marching band. “Saya dan teman-teman berharap, GSB bisa berbagi ilmu dengan grup-grup lain di Indonesia. Pemerintah Daerah Banten juga bisa menularkan semangat dan dukungan positifnya bagi marching band, kepada provinsi-provinsi lain di Indonesia supaya marching band se-Nusantara bisa maju dan menjadi hebat,” ucap pria yang termasuk dalam lima juri se-Indonesia yang bersertifikat WAMSB ini.
Nimon juga menyinggung perihal keikutsertaan GSB mewakili Indonesia dalam Drum Corps Internasional (DCI) di Indianapolis, USA yang beberapa waktu lalu. Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. “Masyarakat Banten harus bangga karena GSB menjadi grup pertama dan hingga kini satu-satunya yang mewakili Indonesia dalam kejuaraan internasional di kota pusat drum band dunia. Belum ada drum band di Indonesia yang bisa begitu,” bebernya.
Menanggapi tudingan bahwa seharusnya GSB menggunakan anggaran dari Pemerintah Pusat dan bukannya milik Pemerintah Daerah bila memang mewakili negara, Nimon berpendapat lain. “Tidak bisa begitu. Kita (Indonesia, red) tidak pernah menggelar kejuaraan untuk menentukan grup drum band terbaik se-Indonesia. Bila Indonesia mau melakukan itu, mungkin bisa kemudian dianggarkan oleh Pemerintah Pusat. Tapi sampai sekarang masih harus mengandalkan dukungan Pemerintah Daerah masing-masing. Makanya kalau mau ya kita dorong sama-sama,” jelas Nimon. (rbc)
Diungkapkan salah seorang juri WAMSB perwakilan Indonesia yang juga translater Coaching Clinic, Adi Yunimon Noer, WAMSB sendiri adalah sistem penjurian dalam sebuah kejuaraan marching band internasional. Coaching Clinic ini bertujuan mengajarkan peserta, bagaimana cara menjadi juri yang baik.
“Pembicara kita hari ini adalah Al Coche dari New York, USA. Dia memberikan materi kepada peserta soal apa yang dibutuhkan agar bisa menjadi juri yang kompeten dan profesional. Bagaimana kita mengetahui kualitas band yang mengikuti kejuaraan dan apa saja kategori penilaian dalam kejuaraan marching band. Yaa…hal-hal semacam itu lah,” kata dia ditemui radarbanten.com, Rabu (26/8/2015).
Diminta komentarnya soal keikutsertaan peserta dari Banten, pria yang akrab disapa Nimon ini mengaku melihat Banten sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang sangat kooperatif dan mendukung marching band. “Saya dan teman-teman berharap, GSB bisa berbagi ilmu dengan grup-grup lain di Indonesia. Pemerintah Daerah Banten juga bisa menularkan semangat dan dukungan positifnya bagi marching band, kepada provinsi-provinsi lain di Indonesia supaya marching band se-Nusantara bisa maju dan menjadi hebat,” ucap pria yang termasuk dalam lima juri se-Indonesia yang bersertifikat WAMSB ini.
Nimon juga menyinggung perihal keikutsertaan GSB mewakili Indonesia dalam Drum Corps Internasional (DCI) di Indianapolis, USA yang beberapa waktu lalu. Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. “Masyarakat Banten harus bangga karena GSB menjadi grup pertama dan hingga kini satu-satunya yang mewakili Indonesia dalam kejuaraan internasional di kota pusat drum band dunia. Belum ada drum band di Indonesia yang bisa begitu,” bebernya.
Menanggapi tudingan bahwa seharusnya GSB menggunakan anggaran dari Pemerintah Pusat dan bukannya milik Pemerintah Daerah bila memang mewakili negara, Nimon berpendapat lain. “Tidak bisa begitu. Kita (Indonesia, red) tidak pernah menggelar kejuaraan untuk menentukan grup drum band terbaik se-Indonesia. Bila Indonesia mau melakukan itu, mungkin bisa kemudian dianggarkan oleh Pemerintah Pusat. Tapi sampai sekarang masih harus mengandalkan dukungan Pemerintah Daerah masing-masing. Makanya kalau mau ya kita dorong sama-sama,” jelas Nimon. (rbc)
Diungkapkan salah seorang juri WAMSB perwakilan Indonesia yang juga translater Coaching Clinic, Adi Yunimon Noer, WAMSB sendiri adalah sistem penjurian dalam sebuah kejuaraan marching band internasional. Coaching Clinic ini bertujuan mengajarkan peserta, bagaimana cara menjadi juri yang baik.
“Pembicara kita hari ini adalah Al Coche dari New York, USA. Dia memberikan materi kepada peserta soal apa yang dibutuhkan agar bisa menjadi juri yang kompeten dan profesional. Bagaimana kita mengetahui kualitas band yang mengikuti kejuaraan dan apa saja kategori penilaian dalam kejuaraan marching band. Yaa…hal-hal semacam itu lah,” kata dia ditemui radarbanten.com, Rabu (26/8/2015).
Diminta komentarnya soal keikutsertaan peserta dari Banten, pria yang akrab disapa Nimon ini mengaku melihat Banten sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang sangat kooperatif dan mendukung marching band. “Saya dan teman-teman berharap, GSB bisa berbagi ilmu dengan grup-grup lain di Indonesia. Pemerintah Daerah Banten juga bisa menularkan semangat dan dukungan positifnya bagi marching band, kepada provinsi-provinsi lain di Indonesia supaya marching band se-Nusantara bisa maju dan menjadi hebat,” ucap pria yang termasuk dalam lima juri se-Indonesia yang bersertifikat WAMSB ini.
Nimon juga menyinggung perihal keikutsertaan GSB mewakili Indonesia dalam Drum Corps Internasional (DCI) di Indianapolis, USA yang beberapa waktu lalu. Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. “Masyarakat Banten harus bangga karena GSB menjadi grup pertama dan hingga kini satu-satunya yang mewakili Indonesia dalam kejuaraan internasional di kota pusat drum band dunia. Belum ada drum band di Indonesia yang bisa begitu,” bebernya.
Menanggapi tudingan bahwa seharusnya GSB menggunakan anggaran dari Pemerintah Pusat dan bukannya milik Pemerintah Daerah bila memang mewakili negara, Nimon berpendapat lain. “Tidak bisa begitu. Kita (Indonesia, red) tidak pernah menggelar kejuaraan untuk menentukan grup drum band terbaik se-Indonesia. Bila Indonesia mau melakukan itu, mungkin bisa kemudian dianggarkan oleh Pemerintah Pusat. Tapi sampai sekarang masih harus mengandalkan dukungan Pemerintah Daerah masing-masing. Makanya kalau mau ya kita dorong sama-sama,” jelas Nimon. (rbc)
Diungkapkan salah seorang juri WAMSB perwakilan Indonesia yang juga translater Coaching Clinic, Adi Yunimon Noer, WAMSB sendiri adalah sistem penjurian dalam sebuah kejuaraan marching band internasional. Coaching Clinic ini bertujuan mengajarkan peserta, bagaimana cara menjadi juri yang baik.
“Pembicara kita hari ini adalah Al Coche dari New York, USA. Dia memberikan materi kepada peserta soal apa yang dibutuhkan agar bisa menjadi juri yang kompeten dan profesional. Bagaimana kita mengetahui kualitas band yang mengikuti kejuaraan dan apa saja kategori penilaian dalam kejuaraan marching band. Yaa…hal-hal semacam itu lah,” kata dia ditemui radarbanten.com, Rabu (26/8/2015).
Diminta komentarnya soal keikutsertaan peserta dari Banten, pria yang akrab disapa Nimon ini mengaku melihat Banten sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang sangat kooperatif dan mendukung marching band. “Saya dan teman-teman berharap, GSB bisa berbagi ilmu dengan grup-grup lain di Indonesia. Pemerintah Daerah Banten juga bisa menularkan semangat dan dukungan positifnya bagi marching band, kepada provinsi-provinsi lain di Indonesia supaya marching band se-Nusantara bisa maju dan menjadi hebat,” ucap pria yang termasuk dalam lima juri se-Indonesia yang bersertifikat WAMSB ini.
Nimon juga menyinggung perihal keikutsertaan GSB mewakili Indonesia dalam Drum Corps Internasional (DCI) di Indianapolis, USA yang beberapa waktu lalu. Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. “Masyarakat Banten harus bangga karena GSB menjadi grup pertama dan hingga kini satu-satunya yang mewakili Indonesia dalam kejuaraan internasional di kota pusat drum band dunia. Belum ada drum band di Indonesia yang bisa begitu,” bebernya.
Menanggapi tudingan bahwa seharusnya GSB menggunakan anggaran dari Pemerintah Pusat dan bukannya milik Pemerintah Daerah bila memang mewakili negara, Nimon berpendapat lain. “Tidak bisa begitu. Kita (Indonesia, red) tidak pernah menggelar kejuaraan untuk menentukan grup drum band terbaik se-Indonesia. Bila Indonesia mau melakukan itu, mungkin bisa kemudian dianggarkan oleh Pemerintah Pusat. Tapi sampai sekarang masih harus mengandalkan dukungan Pemerintah Daerah masing-masing. Makanya kalau mau ya kita dorong sama-sama,” jelas Nimon. (rbc)