JAKARTA – Pembangunan Kota Tangerang harus disinergiskan dengan DKI Jakarta. Berbagai persoalan perkotaan yang terjadi di Kota Tangerang, solusinya pun harus juga melibatkan Pemprov DKI Jakarta.
Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan pun disambangi Walikota Tangerang Arief R Wismansyah. Bersama Sekda Dadi Budaeri, Arief menemui Anies di rumah transisi, di bilangan SCBD Jakarta, Selasa (8/8). Suasana akrab mewarnai pertemuan tersebut.
”Beberapa penanganan berbagai persoalan di Jabodetabek, jadi bahasan. Mulai soal transportasi, banjir, dan pengangguran. Ini kan pekerjaan rumah di Jabodetabek,” kata Arief dalam siaran persnya yang diterima Radar Banten, Selasa (8/8).
Kata Arief, penanganan persoalan harus dilakukan secara menyeluruh. Kepentingan masyarakat harus dikedepankan, sehingga tidak ada lagi sekat administrasi.
Ia mencontohkan penanganan kemacetan antara Jakarta dan Tangerang. Ini diperlukan pendekatan yang lebih intens dengan memerhatikan kepentingan masyarakat. ”Penanganan kemacetan ini juga sudah ada koordinasi dengan Pemprov DKI. Seperti pembangunan elevated busway Blok M-Ciledug,” kata Walikota kelahiran 23 April 1977 ini.
Kata Arief, dirinya juga mengusulkan Terminal Porisplawad dan Stasiun Batuceper bisa menjadi TOD (Transit Oriented Development) atau terminal terpadu yang terhubung dengan stasiun.
Dengan begini, masyarakat yang mau ke luar kota bisa langsung naik dari sana tanpa perlu ke Stasiun Gambir, sehingga beban Jakarta bisa berkurang.
Diskusi yang dibahas mantan menteri Pendidikan Nasional ini bukan hal itu saja. Pembangunan long storage di Kali Mookervart untuk display air bersih dan revitalisasi Situ Cipondoh, juga disinggung.
“Kami meminta kepada Pak Gubernur terpilih untuk bisa bersama-sama memecahkan persoalan tersebut. Sehingga, persoalan di DKI dan Tangerang bisa dipecahkan bersama,” katanya.
Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan menyambut baik pertemuan tersebut. Ia pun mengapresiasi beberapa konsep yang ditawarkan Arief untuk penyelesaian masalah. ”Kota Tangerang sangat proaktif. Karena tidak seharusnya kita melihat Jakarta secara sendirian. Tapi lebih, Jakarta sebagai Greater Jakarta yang harus memikirkan daerah sekitar,” katanya. (Wahyu/RBG)