24 Ribu KK Terdampak, BPBD Siaga di Lebak dan Pandeglang
SERANG-Hujan deras yang terjadi akhir pekan ini membuat bencana banjir semakin meluas di Kabupaten Pandeglang. Sementara di Kabupaten Lebak, bencana longsor terjadi di dua kecamatan.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten, dampak banjir dan longsor terparah di Kabupaten Lebak dan Pandeglang disusul Kabupaten Serang dan Kota Cilegon.
Kepala Pelaksana BPBD Banten Nana Suryana mengungkapkan, hujan deras yang terjadi sejak Sabtu (19/12) malam membuat sungai di Kabupaten Pandeglang meluap sehingga menyebabkan banjir di Kecamatan Cisata, Cikeusik, dan Pagelaran.
“Sejak awal Desember 2020, hampir semua kecamatan di Kabupaten Pandeglang kebanjiran. Saat ini banjir di Kecamatan Cisata dan Cikeusik mulai surut sementara di Kecamatan Pagelaran banjir merendam area persawahan dan puluhan rumah warga,” kata Nana kepada Radar Banten, Minggu (20/12).
Ia melanjutkan, di Kabupaten Lebak hujan yang terjadi sejak Sabtu dan Minggu dalam intensitas sedang tidak sampai banjir, hanya terjadi longsor di sejumlah titik. “Laporan sementara longsor terparah terjadi di Kecamatan Cirinten dan Cimarga, tapi tidak sampai menimbulkan korban jiwa,” tuturnya.
Sejak awal Desember, banjir yang terjadi di Banten telah menyebabkan 24 ribu kepala keluarga (KK) terdampak di empat kabupaten/kota. Adapun sebaran banjir paling luas di Kabupaten Pandeglang yang terjadi di 25 kecamatan, dengan warga terdampak lebih dari 4.000 KK.
Selanjutnya banjir di Kabupaten Lebak terjadi di 13 kecamatan, dengan warga terdampak mencapai 11 ribu lebih KK. Kemudian banjir di Kabupaten Serang terjadi di 8 kecamatan dengan jumlah warga terdampak mencapai 7.000 KK, sementara di Kota Cilegon banjir melanda 6 kecamatan dengan warga terdampak mencapai 1.500 KK.
“Hingga hari ini (kemarin-red) lebih dari 24 ribu KK Terdampak banjir di empat kabupaten kota. Kami sudah mendirikan posko pengungsian untuk warga korban banjir,” bebernya.
Ia melanjutkan, BPBD Banten telah mendirikan posko terpadu penanganan banjir di Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak. Sementara posko pengungsian didirikan di sejumlah lokasi dan tersebar di Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Serang.
“Tapi hari ini (kemarin-red) semua posko pengungsian sudah kosong, warga memilih kembali pulang untuk beres-beres rumah dan sebagian memilih tinggal bersama saudaranya yang tidak terdampak banjir lantaran khawatir terjadi penyebaran Covid bila terlalu lama tinggal di pengungsian,” urai Nana.
Terkait bantuan untuk korban banjir, Nana mengaku pihaknya telah mendistribusikan logistik berupa sembako dan yang lainnya kepada para korban banjir dan longsor. “Banjir memang melanda sebagian besar kabupaten/kota di Banten, namun yang terparah di Kabupaten Lebak yang telah menimbulkan dua warga meninggal akibat banjir dan enam meninggal akibat longsor,” tuturnya.
Selain memberikan bantuan, Nana mengaku pihaknya terus melakukan mitigasi bencana, lantaran musim hujan belum memasuki puncaknya. “Hingga saat ini status tanggap darurat bencana baru ditetapkan Pemkab Lebak, sementara Pemkab/Pemkot yang lain belum mengambil keputusan,” jelasnya.
Terkait kerugian yang ditimbulkan akibat banjir dan longsor, Nana mengaku masih dalam proses pendataan, sebab tidak hanya rumah warga yang terdampak tapi juga infrastruktur lain seperti jalan dan jembatan banyak yang rusak parah. “Masih proses, kami minta masyarakat yang berada di lokasi rawan banjir dan longsor untuk waspada, sebab musim penghujan masih akan terjadi,” pungkasnya.
TURUN TANGAN
Terpisah, Wakil Ketua DPRD Banten M Nawa Said meminta Pemprov Banten turun tangan menangani dampak banjir yang terjadi sejak awal Desember 2020 di empat kabupaten kota. Menurutnya, bencana banjir yang terjadi akhir tahun ini berbeda dengan bencana banjir sebelumnya, lantaran terjadi di tengah pandemi.
“Kabupaten kota sangat membutuhkan bantuan pemprov, terutama perbaikan infrastruktur yang rusak. Sebab anggaran mereka sudah tersedot untuk penanganan Covid-19,” ungkapnya.
Politikus Demokrat ini melanjutkan, dalam situasi saat ini Pemprov Banten perlu hadir tanpa menunggu diminta terlebih dahulu oleh bupati walikota. “Sekarang ribuan warga Banten yang terdampak banjir butuh bantuan cepat, sementara pemkab pemkot juga sedang dalam keterbatasan,” ungkapnya.
Ia berharap, pemprov juga harus melakukan mitigasi bencana untuk mencegah banyaknya korban jiwa, lantaran bencana banjir dan longsor masih mengancam karena musim penghujan belum memasuki puncaknya. “Warga harus terus diberikan edukasi, kalau perlu direalokasi dari daerah rawan bencana, sebab musibah bisa terjadi kapan saja, jangan sampai pemerintah lambat mengatasinya.
Sementara itu warga di Kecamatan Cisata, Saketi, Pagelaran, dan Patia, mengungsi ke rumah keluarga dan kerabatnya. Selain itu, warga juga sempat mengungsi di dataran yang lebih tinggi.
Mustopa, warga Kampung Cibarani RT/RW 021/006, Desa Cibarani, Kecamatan Cisata, mengatakan, warga mengungsi setelah banjir merendam rumah warga. “Ya, kami mengungsi ke dataran yang lebih tinggi,” katanya.
Ia berharap pemda mengatasi persoalan tersebut agar masyarakat tidak khawatir kebanjiran saat musim penghujan. Setiap hujan lebat daerah tempat tinggalnya selalu terendam banjir. “Harapan kami bukan hanya sekedar diberikan bantuan. Kami ingin agar banjir diatasi,” katanya.
Sedangkan banjir di Kabupaten Serang, salah satunya terjadi di Desa Mekarsari, Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang, Sabtu (19/12) sekira pukul 05.00 WIB. Banjir disebabkan intensitas hujan yang tinggi yang membuat aliran kali di desa setempat meluap.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Serang Nana Sukmana Kusuma mengatakan, saat itu hujan mengguyur wilayah Anyar dan sekitarnya. “Hujan cukup lama, kemudian kali di desa setempat meluap dan airnya menggenangi pemukiman,” katanya.
Akibatnya, kata dia, sejumlah rumah warga di dua kampung yakni Kampung Kubar dan Kampung Cerlang tergenang hingga ketinggian 40 sentimeter. “Di Kampung Kubar ada 11 keluarga dengan jumlah 43 jiwa dan di Kampung Cerlang ada 10 kuarga dengan 35 jiwa,” ujarnya. (den-dib-jek/alt)