SERANG – Kabupaten Serang memiliki banyak lokasi wisata yang bisa dieksplorasi. Bukan hanya wisata alam dan buatan, tetapi juga hasil bencana alam yang pernah melanda Banten pada 40 juta tahun lalu berupa meletusnya gunung berapi.
Nah, dari letusan inilah yang justru membawa berkah. Meskipun pada mulanya merusak ekosistem dan meluluhlantakkan alam sekitar, kemudian pohon-pohon yang terkubur dan tidak membusuk melainkan mengeras, layaknya batu akibat terkubur oleh lava dan unsur-unsur yang lainnya menjadikannya sebagai fosil. Fosil pohon yang membatu kemudian diolah menjadi kerajinan bernilai tinggi ini, menjadi daya tarik. Dan ini banyak ditemukan di Cikande, sebuah daerah di ujung barat Pulau Jawa yang masih dalam teritorial Kabupaten Serang.
Daerah ini memiliki potensi nilai ekonomi tinggi. Di antaranya, kerajinan batu fosil bisa ditemui di Studio Seni yang berlokasi di Jalan Raya Serang KM 28, Kampung Parigi, RT/RW 01/04, Desa Parigi, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang. Tidak heran jika Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Serang yang menaungi aset wisata dan segala sesuatu yang berkaitan dengan wisata di Kabupaten Serang mendatangi lokasi ini pada hari pertama program Sistem Informasi Pariwisata Kabupaten Serang atau Sipakaser. Program ini ditangani Bidang Pemasaran Usaha Jasa Pariwisata Disporapar Kabupaten Serang.
Ipay Rifai, pemilik Studio Seni Batu Fosil, menjelaskan bahwa studio seni miliknya berdiri sejak 2000. Batu fosil yang ia olah dianggap yang terbaik se-Indonesia. Menurut Ipay, batu fosil tersebut hasil kiriman beberapa daerah di Banten seperti Rangkasbitung, Ciawi, dan Maja.
“Untuk mengukir sebuah batu berukuran besar dibutuhkan waktu lama, bahkan hingga berbulan-bulan. Prosesnya mulai dari membersihkan batu fosil, lalu mengukir, setelah itu dioles, diamplas sebagai tahap akhir. Harus dilakukan dengan sabar dan telaten untuk mendapatkan nilai jual tinggi,” terang kelahiran Cikande yang tinggal lama di Papua ini.
Harga batu fosil ukiran Ipay, untuk ukuran 1 kilogram, bisa dihargai Rp1,5 juta-Rp2 juta. Harga jual tergantung kerumitan ukiran. Batu fosil ini dikreasikan dalam bentuk meja, kursi, pot, patung, tempat pensil, asbak, dan tatakan gelas. Di studio, tampak meja dan kursi yang terbuat dari batu fosil.
Ipay bilang, hasil ukiran batu fosil karyanya banyak dipasarkan ke luar Banten bahkan Indonesia. Ada yang dikirim ke Medan, Jakarta, Bali, bahkan Belgia. Hebatnya lagi, Ipay memiliki keahlian mengukir ini secara otodidak.
“Saya ingin memaksimalkan kesenian yang ada di Kabupaten Serang ini menjadi sesuatu yang baru. Saya juga ingin membantu mengenalkan Banten dengan batu fosil ke daerah lain bahkan negara lain,” tutur Ipay.
Usaha Ipay mendapat dukungan Pemerintah Kabupaten Serang. Kedatangan Bidang Pemasaran Usaha Jasa Pariwisata Disporapar Kabupaten Serang ke studionya sebagai bukti.
“Ini merupakan upaya mempromosikan aset daerah yang sampai kini belum sempat dijamah masyarakat luas seperti batu fosil di Cikande ini,” ujar Marisa Theresia selaku Kasi Promosi Pariwisata saat mengunjungi Studio Seni, Rabu (23/3) lalu. Kedatangan wanita yang kerap disapa Ica ini didampingi Suminta selaku Kepala Bidang Pemasaran, M Lutfie Yonas selaku Pelaksana Bidang Pemasaran, dan membawa dokumentasi dan sinematik dari Oxza Media.(*/Radar Banten)