Memiliki cacat bawaan sejak lahir dan terlalu aktif, Zidni terpaksa dipasung. Orangtuanya khawatir mengganggu lingkungan lantaran tidak ada yang menjaga.
WAHYU SYAIFULLAH – Tangsel
Zidni Khoihir Alfatiri, anak dari pasangan Suhin dan Wagiati yang tinggal di Kampung Setu, RT 16 RW 14, Kelurahan Setu, Kecamatan Setu, Kota
Tangerang Selatan (Tangsel) sangat memprihatinkan. Kaki terantai di atas kasur tanpa sehelai pakaian menempel. Bahkan, dia harus tidur dengan kotorannya sendiri.
Zidni dipasung selama tiga tahun sejak berumur tujuh tahun pada 2016. Alasan pemasungan, keluarga menilai karena nakal dan sering berulah.
Masih adanya korban pasung di wilayah Tangsel membuat Dinas Sosial (Dinsos) setempat langsung bergerak. Permasalahan tersebut dirasa perlu ditangani lantaran Pemerintah Provinsi Banten menargetkan 2019 Banten bebas pasung.
Melihat kondisi bocah tersebut, Dinsos Tangsel telah melakukan evakuasi pada Rabu (13/3). Saat dievakuasi, kondisi Zidni sangat lemas lantaran kekurangan asupan makanan. Zidni pun dipakaikan baju dan celana untuk kemudian dipindahkan ke rumah singgah.
Evakuasi yang berhasil dilakukan Dinsos itu menimbulkan rasa simpati yang luas dari masyarakat. Zidni bahkan kini terlihat begitu senang.
Kepala Bidang Perlindungan Dinsos Kota Tangerang Selatan Salbini menyatakan, awalnya ia kedatangan warga yang meminta rujukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada Rabu (13/3), sekira pukul 08.00 WIB. Rujukan tersebut untuk ibu kandung Zidni Khoihir Alfatiri, yakni Wagiati. Namun, pihaknya meminta untuk diantarkan ke lokasi untuk memastikan dan melihat keadaan warga. “Saya datang dengan staf dan pegawai kelurahan. Begitu kita lihat, anak ini sendiri di rumahnya. Terus teriak-teriak dalam kondisi terpasung,” ucapnya di rumah singgah, Kamis (14/3).
“Saya langsung menangis melihatnya. Ditambah lagi orangtuanya tidak terbuka kepada lingkungan,” jelasnya.
Ia langsung mengambil tindakan untuk melakukan evakuasi Zidni. “Alhamdulillah, evakuasi berjalan lancar. Zidini tidak lagi terpasung. Sekarang bisa mendapatkan kebebasan,” katanya.
Orangtuanya Zidni memang kewalahan mengasuh anaknya, apalagi kondisinya sedang sakit. “Jadi, kurang lebih tiga tahun dilakukan pemasungan. Langkah tersebut diambil karena tak ada yang menjaga Zidni. Jadi, supaya tidak menggangu lingkungan akhirnya dirantai,” ucapnya.
“Saya minta kalau ada kejadian ini, silakan laporkan ke kami. Biar kami urus. Selama ini, orangtua Zidni memang tertutup dan jarang bersosialisasi,” tandasnya.
Di rumah singgah, wajah Zidni terlihat bahagia. Zidni terlihat sangat aktif, meskipun tidak bisa berbicara. Bahkan, beberapa petugas rumah singgah harus menjaganya dengan ekstra ketat. “Hiperaktif, Mas. Mungkin setelah lepas dari pemasungan merasa lebih bebas,” ucapnya di rumah singgah, Kecamatan Setu, Kamis (14/3).
Dalam sehari, Zidni dilakukan pemeriksaan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas Kranggan, Setu, dan Rumah Sakit Umum (RSU) Tangsel. Soalnya, kondisi Zidni dengan berat badan hanya 12 kilogram dan tinggi 103 sentimeter tersebut, jauh dari anak seumurannya. “Sekarang ini, dokter tengah melakukan upaya penanganan menaikkan berat badannya. Jadi, untuk makanannya diberikan berupa biskuit yang berprotein tinggi,” katanya.
Sekira pukul 15.00 WIB, Kepala Bidang Pelayanan Medis (Kabid Yanmed) RSU Tangsel dokter Imbar Umar Gozali bersama dengan dokter spesialis anak Primitasari melakukan pemeriksaan. Hingga akhirnya, diputuskan untuk dilakukan general checkup menyeluruh. “Kita periksa menyeluruh. Baru akan diambil langkah-langkah penanganan medis,” kata dokter Imbar.
Hal senada diungkapkan dokter Primitasari. Pengecekan medis sangat diperlukan. Selain itu, riwayatnya juga akan ditanyakan kepada orangtuanya. Apalagi di seluruh tubuhnya ada bekas luka bakar dan kecacatan tangan kanannya. “Kita periksa dulu sambil mencari informasi soal tangan kanan yang cacat bawaan lahir atau akibat kecelakaan dan luka bakar di tubuhnya,” terangnya.
Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Tangsel Herlina Mustikasari mengaku akan membantu mengembalikan psikisnya. “Kita akan kirimkan psikolog untuk memulihkan mentalnya. Soalnya, sudah lama dilakukan penelantaran dan pemasungan,” tuturnya.
“Orangtuanya akan diberikan pendidikan mengenai penanganan mendidik anak. Tidak bisa mengambil langkah dengan merantai Zidni supaya tidak menggangu lingkungan,” tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Dinsos Wahyunoto Lukman membenarkan telah melakukan evakuasi bocah yang terpasung selama tiga tahun. Setelah dievakuasi kondisi Zidni sudah membaik dan bersih. “Sudah dievakuasi ke rumah singgah dan diberi perhatian serta bimbingan khusus untuk mengembalikan kepercayaan dirinya, kemudian kita latihuntuk mandiri,” katanya.
Untuk keluarga, sambungnya, pihaknya memasukkan dalam basis data terpadu kemiskinan dan diusulkan keluarga penerima manfaat Program Keluarga Harapan atau Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (Jamsosratu).
“Untuk kesehatan ibu kandung Zidni, akan dikover Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang saat ini tengah dirawat di RSU Tangsel karena mengidap penyakit gula,” tuturnya.
Terkait pemasungan tersebut, Wahyunoto belum mau membawa orangtua bocah pemasungan ke ranah hukum. “Kami rasa belum perlu ya, soalnya anaknya juga ada kekurangan mental dan kondisi disabilitas fisiknya juga bawaan lahir. Pemasungan dilatarbelakangi ketidakmampuan ekonomi keluarga dan supaya tidak mengganggu orang lain,” terangnya.
Pada prinsipnya, pihaknya tidak membenarkan melakukan pemasungan. “Ke depan, kita akan edukasi orangtuanya untuk tak mengulangi perbuatannya,” tandasnya. (*)