Cecep Tri Agus, Erfan Hidayat, Ferli Pujiansyah, dan Fredika berteman sejak SMP. Hingga kini mereka tetap kompak dan akrab. Bahkan mereka punya hobi yang sama dan punya visi bisnis yang sama pula. Hobi memelihara burung sekaligus bisnis budidaya burung cinta (lovebird).
Suara siulan burung terdengar saling bersahutan begitu memasuki rumah di Blok F6, Kompleks Bumi Rakata Asri, Kecamatan Cilegon. Di rumah itu terdapat puluhan burung berparuh bengkok. Rumah itu dijadikan lokasi budidaya lovebird.
Di salah satu kamar dan bagian belakang rumah tersebut terlihat berbagai macam burung dengan warna-warna cerah. Mulai dari warna hijau, merah, kuning, biru, dan beberapa burung dengan warna campuran terpelihara dengan baik.
Cecep Tri Agus mengatakan, ia dan tiga rekannya memulai usaha budidaya lovebird berawal dari hobi memelihara burung. Saat itu, burung yang ia pelihara dengan burung yang dipelihara teman-temannya berbeda dan bukan hanya berjenis lovebird.
Namun, seiring berjalan waktu, teman-temannya lebih menyukai burung bertipe lovebird dan memelihara di rumah masing-masing. “Jadi, awalnya sih, cuma saya yang melihara lovebird, yang lain pelihara burung jenis lain, terus teman-teman tertarik dan memelihara lovebird juga,” katanya.
Dari awalnya yang hanya sekedar hobi, ia dan rekan-rekannya mencoba mengembangbiakkan lovebird. Lantaran berhasil dan memperoleh anak burung dari indukan yang dipelihara, ia dan rekannya semakin menikmati memelihara burung pemakan biji-bijian itu.
“Nah, pas sudah berkembang banyak, baru saya dan teman-teman punya ide untuk melakukan usaha di bidang lovebird,” ungkapnya.
Ia dan bersama tiga rekannya sempat kebingungan menentukan nama apa yang cocok untuk brand usaha burungnya. Namun, setelah berembuk, ia menetukan CRN sebagai brand usahanya. “Jadi, ada lovebird berjenis batman itu warnanya hitam, kami mengambil nama CRN dari nama latin carbon yang berwarna hitam,” jelasnya.
Kata dia, terhitung sejak Agustus 2016, ia dan rekannya memutuskan untuk menyatukan burung-burung yang dipelihara di rumah yang ia kontrak. Mulai dari sepuluh pasang burung yang ia dan tiga rekannya miliki, CRN menambahkan modal sepuluh juta rupiah dari hasil sumbangan empat orang tersebut.
“Nah, modal itu dibelikan indukan jenis baru dan kandang-kandang untuk pengembangan bisnis. Sekarang, kami sudah mempunyai jenis lutino mata merah, albino mata merah, batman, vio df, biru cobalt, pasblue, bs vio, bs move, pb pied.” ujarnya.
Di tempat yang sama, Fredika pembudidaya lovebird lainnya mengungkapkan, dengan modal awal yang hanya sepuluh juta rupiah dalam waktu sekira dua bulan kini sudah mencapai omzet sekira Rp100 juta. “Bahkan, kalau dihitung aset dan uang mungkin jumlahnya bisa lebih,” katanya.
Kata dia, dalam satu bulan CRN bisa menjual sekira lima hingga sepuluh pasang. Kata dia, untuk keuntungan yang didapat bervariasi tergantung dengan warna burung yang dijual. “Harganya kan berbeda-beda, kalau anak burung yang warna hijau itu bisa 150 ribu rupiah hingga 200 ribu rupiah, kalau warna lainnya, bisa lebih mahal. Bahkan, ada juga yang harganya hingga jutaan rupiah,” jelasnya.
Sementara Ferli Pujiansyah, rekan lainnya mengungkapkan, sebutan lovebird pada burung yang ia budidayakan dengan teman-temannya lantaran burung tersebut merupakan burung yang setia. “Jadi, burung ini hanya bisa dipasangkan dengan satu burung, dan akan setia dengan pasangannya itu sampai ia meninggal,” katanya.
Kata dia, banyak kelebihan dari burung yang ia kembangkan bersama teman-temannya. Dalam perlombaan burung, lovebird bisa diikutkan lomba keindahan burung ataupun lomba kicau. “Bulu lovebird kan indah, kalau suara kicau lovebird bisa meniru burung lain yang ngekek (Sebutan kicau burung) panjang,” ungkapnya.
Saat ada kontes burung, ia mengaku, selalu mengikutsertakan burungnya dalam kompetisi kicau ataupun keindahan burung. Tak hanya itu, ia dan teman-temannya juga seringkali menjadikan ajang itu sebagai peluang emas menjual burung-burungnya. “Jadi, kadang sambil membangun hubungan, kita juga sambil jualan,” tuturnya.
Sesuai moto CRN, yakni maju terus, Ferli berharap usaha yang bermula dari hobinya itu dapat terus maju dan berkembang. Ia ingin terus menambah jenis warna lovebird lain dan memadukannya. “Kami juga main warna, misalnya yang hijau digabungkan dengan biru jadi warna apa, semakin langka warnanya semakin mahal juga nilai jualnya,” ujarnya. (Hairul Alwan/Radar Banten)