Menikah dengan wanita pujaan tak menjamin kebahagiaan. Begitulah yang dialami Jodi (39) yang menikahi Noni (37), keduanya bukan nama sebenarnya, tanpa restu orangtua. Ketika Noni tidak menurut pada suami dan main hati dengan lelaki lain, sang mertua malah mendukung. Oalah.
Jodi yang ditemui Radar Banten di Cimuncang, Kota Serang, siang itu tampak bersantai di warung miliknya. Sambil sesekali melayani pembeli, Jodi bercerita panjang lebar tentang kisah memilukan masa lalu.
Kata Jodi, menikah dengan pilhan hati itu penting, tapi restu orangtua jauh lebih penting. Soalnya, kalau bapak ibu dan juga mertua sudah tidak peduli dengan anak, rumah tangga tidak bisa bertahan lama. “Soalnya waktu itu pernikahan saya dan Noni masih terlalu muda, masih labil,” keluhnya.
Jodi dan Noni pertama kali bertemu saat keduanya sedang menikmati malam minggu di kawasan Alun-alun Kota Serang. Mereka berkenalan dan bertukar nomor telepon. Sejak saat itulah keduanya intens menjalin hubungan.
Katanya sih, Noni termasuk wanita yang pandai menjaga penampilan. Rutin berolahraga senam dan joging setiap pekan, membuat tubuhnya sintal layaknya artis-artis ibukota. Pokoknya, Noni bukan wanita biasa. Beuh, kencang dong, Kang? “Bukan kencang-kencang lagi. Pokoknya enggak kalahlah sama bodinya Aura Kasih mah,” kata Jodi membandingkan.
Wajar saja, Noni terlahir dari keluarga berada. Ayah pensiunan perusahaan milik negara di Cilegon, ditambah lagi ia anak terakhir dari empat bersaudara. Pokoknya, apa yang diminta pasti dituruti orangtua.
Lain Noni lain pula dengan Jodi. Lelaki berbadan kekar, berkumis tipis itu terlahir dari keluarga sederhana. Ayah dan ibu berprofesi sebagai petani, Jodi punya tanggung jawab besar menanggung ekonomi keluarga. Soalnya, Jodi anak pertama dari lima bersaudara.
Singkat cerita, hampir setahun menjalani hubungan, mereka jadian. Alasan Noni menerima karena Jodi bisa membuat nyaman. Tak menunggu waktu lama, mereka langsung menuju tahap hubungan serius.
Namun, saat melamar, Jodi mendapat perlakuan tak menyenangkan. Ternyata, hubungan keduanya tak direstui lantaran masalah ekonomi. Tapi beruntung, berkat sifat Noni yang bersikeras ingin menikah dengan Jodi, kedua orangtua dan keluarga pun tak berdaya. “Waktu itu bapak saya juga enggak setuju, tapi karena sayanya maksa, jadi dituruti juga,” akunya.
Di awal pernikahan, mereka menjalani hari-hari layaknya pasangan pada umumnya. Jodi saat itu bekerja sebagai pegawai di salah satu toko ponsel di Serang. Sedangkan Noni menjadi ibu rumah tangga. Mereka tinggal bersama keluarga besar mempelai wanita.
Seiring berjalannya hari, tak disangka, sikap dan perilaku keluarga Noni berubah. Sering menyindir Jodi sebagai lelaki yang berpenghasilan kecil dan segala bentuk hinaan lainnya, Jodi merasa seperti dikucilkan. “Semua keluarga dia enggak ada yang hormat ke saya,” akunya
Rumah tangga yang awalnya ia sangka akan bahagia bak hidup di surga, nyatanya tak seperti apa yang dibayangkan. Meski begitu, Jodi terus bertahan dengan segala tekanan masalah. Apalagi, penampilan Noni bisa dibilang seksi dan tidak mengenakan kerudung. “Kalau saya tegur dan suruh pake baju tertutup, dia enggak mau,” katanya.
Noni juga mulai dekat dengan lelaki lain yang dulu sempat dikenalkan mamahnya. “Lelaki itu dulu yang mau dijodohin sama Noni. Dia katanya mau menerima Noni meski sudah punya suami,” kata Jodi. Astaga. Tapi, kok bisa tahu, Kang?
“Ya ketahuan jelas banget. Setiap malam minggu dia dijemput mamahnya ketemuan sama lelaki itu. Terus sikapnya juga jadi berubah,” kata Jodi.
Sadar akan apa yang dilakukan Noni sudah melewati batas kewajaran, Jodi menceraikan Noni. Saat ini Jodi masih sendiri, sedangkan Noni sudah bersuami dengan lelaki pilihan mamahnya.
Ya ampun, sabar ya, Kang Jodi. Semoga selalu diberi kesehatan dan rezeki berlimpah. (mg06/zee)