Jangan anggap sebelah mata pekerjaan dalam keadaan bertegangan (PDKB). Mereka bekerja mempertaruhkan nyawa untuk menjaga listrik tetap menyala. Berikut sepenggal ceritanya.
Laporan: Supriyono
Selasa (27/9), Radar Banten berkunjung ke kantor PLN Area Banten Utara di Jalan Diponegoro, Kota Serang. Di sana Radar Banten bertemu dengan Endang. Nama lengkapnya Endang Supriyadi. Dia satu di antara ribuan orang yang terpilih sebagai teknisi kelistrikan. Meski awalnya sedikit kaku, Endang akhirnya bercerita lepas tentang suka duka perjalanannya selama 12 tahun menggeluti dunia kelistrikan. Dalam rentang waktu tersebut, ia pernah memiliki pengalaman pahit yang tidak terlupakan. “Kalau Saya sendiri, alhamdulillah tidak pernah mengalami kecelakaan. Tapi, ada teman seangkatan yang meninggal dunia karena kesetrum,” kata Endang sembari menarik napas panjang.
“Begitu kita lulus pendidikan, kita ditugaskan beda daerah. Saya di Serang, teman saya di area Cirebon. Nah, saat itulah salah satu teman saya kasih kabar duka ini,” imbuh pria yang kini menduduki jabatan sebagai Kepala Regu PDKB di PLN Area Banten Utara.
Meski tidak menimpa secara langsung kepadanya, insiden tersebut membuat dirinya trauma. Bahkan, dalam batas waktu beberapa bulan, pihak PLN sempat menghentikan aktivitas perbaikan listrik. Penghentian itu dilakukan untuk memulihkan mental para pekerja PKDB lain. Baik di lokasi kejadian dan daerah lain.

Berita duka datang lagi, teman satu angkatan Endang yang bertugas di Bandung juga mengalami kecelakaan kerja. Meski tidak sampai meregang nyawa, satu tangannya harus diamputasi lantaran sengatan listrik. Termasuk temannya di Majalaya yang harus kehilangan tiga jari. “Memang sempat membuat saya syok, tapi berkat motivasi teman-teman dan keluarga, saya tetap bertahan,” ujarnya.
Insiden tersebut, lanjutnya, menjadi pengalaman pahit sekaligus pelajaran berharga agar tetap waspada menjaga disiplin dan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku.
“Yang paling penting kita tetap disiplin. Disiplin dalam bekerja, ya disiplin dalam merawat alat yang kita pergunakan. Karena insiden terjadi karena tidak sesuai SOP,” katanya optimistis.
Selain pengalaman pahit, Endang memiliki kebanggaan tersendiri menggeluti dunia kelistrikan. Sebab, saat bekerja di atas ketinggian, ia sering melihat ada orang tetap bekerja di bawahnya memanfaatkan listrik dengan tenang. “Itu mengesankan, kita bekerja dengan aliran listrik tidak dipadamkan. Itu sulit dan kita harus selamat,” katanya tersenyum.
Senada dikatakan rekan Endang, Khairul Imam yang kini menjadi preparator PDKB PLN Area Banten Utara. Preparator adalah bagian yang bertugas melakukan pengecekan semua kelengkapan alat kelistrikan pada tim PKDB. Ia mengaku bangga karena bekerja dengan tim yang punya mental besar serta bekerja dengan sistem dan kedisplinan tinggi. “Ini menantang dan punya kesan sendiri. Kita bekerja dengan risiko tinggi tapi bisa membuat orang tetap nyaman,” kata.
Pada awal bertugas, Khairul mengaku sering mengalami rasa cemas. Namun, semuanya bisa diatasi dengan keyakinan yang besar dengan semua tim yang bekerja. “Waswas pasti ada. Tapi kalau kita sudah yakin semuanya bisa kita lewati,” ujar pria yang sudah menjalani profesi ini selama 10 tahun.
Penuh bangga, Khaerul mengibaratkan pekerjaannya seperti aparat intelijen. Sebab, sebelum melakukan pekerjaannya segala perhitungannya harus cermat.
Menurutnya, setiap lokasi pekerjaan memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Semua itu bergantung dengan kondisi medan. Misalnya, di tempat keramaian seperti pasar, itu akan lebih sulit. Selain harus menjaga kehati-hatian pribadi, juga harus menjaga keselamatan orang yang ada di sekitarnya. “Kalau ada insiden kan bukan kita saja yang menanggung risiko, tapi juga orang di sekitar,” katanya. (*)