RANGKASBITUNG – Cuaca ekstrem mulai terjadi. Di perairan Lebak Selatan, angin kencang telah menciptakan gelombang tinggi sejak Selasa (20/9). Nelayan di wilayah itu banyak yang menghentikan aktivitas melautnya.
Prakiraan cuaca ekstrem pada tanggal 20-22 September 2016 telah disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Dalam waktu tiga hari itu, hujan lebat disertai angin kencang yang berpotensi menimbulkan banjir, tanah longsor, puting beliung, dan gelombang laut yang tinggi diperkirakan akan terjadi.
Dampak cuaca ekstrem mulai dirasakan masyarakat di Lebak Selatan. Nelayan di Kecamatan Wanasalam, Malingping, Cihara, Panggarangan, Bayah, dan Cilograng banyak yang tidak melaut akibat gelombang tinggi.
Kepala Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Binuangeun di Kecamatan Wanasalam Ahmad Hadi mengakui hal itu. Mayoritas nelayan mengikuti imbauan BMKG dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak yang meminta nelayan untuk sementara tidak melaut karena tinggi gelombang di perairan Lebak Selatan diperkirakan mencapai 2,5 meter sampai empat meter.
Ahmad Hadi mengaku, pihaknya juga sudah mengingatkan nelayan Binuangeun untuk tidak melaut sementara. Sehingga, kemungkinan terburuk melaut di saat cuaca ekstrem dapat diantisipasi.
“Tapi, ada saja (nelayan-red) yang tetap pergi (melaut-red) karena terdesak kebutuhan ekonomi. Kami berharap, enggak akan terjadi apa-apa,” kata Ahmad Hadi kepada Radar Banten, Rabu (21/9).
Dia menjelaskan, nelayan yang tidak melaut memilih beristirahat di rumah sambil memperbaiki alat tangkap ikannya. Mereka akan kembali melanjutkan aktivitas melautnya setelah cuaca
kembali normal.
“Para nelayan sih pinginnya tetap melaut. Mereka kan harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya,” jelas Ahmad Hadi.
Kondisi itu, diakuinya, berdampak pada penurunan transaksi di TPI Binuangeun. Biasanya, transaksi pelelangan cukup besar karena hasil tangkapan nelayan mencapai empat ton hingga lima ton per hari. Namun, setelah mayoritas nelayan tidak melaut, hasil tangkapan turun drastis. Hanya sekira satu ton ikan.
“Ikan hasil tangkapan nelayan di sini (Binuangeun-red) lengkap. Banyak jenisnya,” terang Hadi. Antara lain, sebut dia, tongkol, layur, kembung, tuna, dan kakap.
Senada diungkapkan Kepala Desa Cibareno Rustandi. Dari 70 lebih nelayan di salah satu desa di Kecamatan Cilograng itu, menurutnya, semuanya telah menghentikan aktivitas melaut akibat gelombang tinggi sejak Selasa. Nelayan khawatir, perahu mereka pecah atau terbalik.
“Para nelayan memilih istirahat di rumah. Tapi, jika cuaca membaik, mereka akan kembali melaut,” ujar Rustandi.
Pemerintah Desa Cibareno, lanjutnya, selalu berkoordinasi dengan pihak kecamatan dan BPBD Kabupaten Lebak. “Saya sudah sampaikan kepada masyarakat untuk tidak melaut. Saya enggak ingin perahu mereka dihantam ombak,” kata Rustandi. (Mastur/Radar Banten)