SERANG – Budaya dan berkesenian bisa mulai ditumbuhkan sejak usia dini. Kreativitas tersebut juga bisa menjadi ruang alternatif bermain anak yang kini lebih gandrung terhadap gawai atau gadget.
Berangkat dari semangat itu, Christiana Young meluncurkan pusat pendidikan, seni dan budaya dengan nama Culture and Art Gallery (Cage), di Ruko Kepandean, Kota Serang, Kamis (4/7). Galeri yang masih bernaung dengan Yayasan Anak Mandiri itu, hadir sebagai fasilitator memperkenalkan seni dan budaya pada masyarakat.
“Kami ingin mempropagandakan seni dan budaya itu sebagai milikuniversal. Semua orang harus bisa menikmati seni. Khususunya untuk anak-anak, kita ingin beri mereka sentuhan seni dan budaya sejak kecil,” kata Christiana di sela-sela grand opening.
Menurutnya semua sekolah punya kegiatan berkesenian. Bedanya, Cage menawarkan konsep perpaduan pendidikan dan praktik langsung berkesenian. Karenanya di galeri yang berdampingan dengan Sekolah Khusus (Skh) Anak Mandiri ini menyediakan seluruh fasilitas berkeseian.
Mulai fasilitas ruang seni rupa, lukis, musik, fotografi hingga ruang pemutaran film dan galeri benda-benda seni dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. “Anak-anak bisa diajarkan sampai level itu,” cetus Christiana.
Menurutnya Cage bisa menjadi alternatif mengolaborasikan seni danbudaya dengan pendidikan. Sekaligus ruang bermain anak yang punya nilai edukasi hingga bisa menjadi produktif. “Anak-anak kita seringkali menghabiskan waktunya dengan gadget. Makanya ini bisa menjadi ruang agar anak punya waktu bersentuhan dengan dunia seni,” ujarnya.
Heade Center Academik Cage Hesti Kurniawati menambahkan, pihaknya mengolaborasikan seni dan budaya dengan pendidikan. Termasuk sebagai talent building center. “Jadi mulai dari edukasi, pengenalan seni, hingga pengembangan minat dan bakat anak,” katanya.
Tanpa mengenal batasan, pihak Cage menerima anak-anak untuk menjadi member untuk mengikuti pelatihan atau kursus berkesenian. Mulai dari seni rupa, lukis, musik, fotografi, dan lainnya. “Kita juga ada ruang pemutaran film dino dan film dokumenter tentang budaya-budaya daerah,” ujar Hesti. (Ken Supriyono)