Kisah rumah tangga Edoh (37), nama samaran, membuktikan kalau harta tidak menjamin kebahagiaan. Katanya, Edoh lebih baik dapat suami pengangguran asal perhatian daripada suami kaya tapi suka marah-marah.
Kisah ini diceritakan Edoh berdasarkan pengalamannya gagal membina rumah tangga dengan mantan suami, sebut saja Juned (40), yang selalu bersikap temperamental. “Hidup saya enak, mau beli apa juga tinggal beli, tapi enggak nyaman karena suami suka marah-marah,” keluhnya
Tapi, dengan suami yang sekarang, sebut saja namanya Ewin (35), yang kerjanya cuma antar-jemput istri ke tempat kerja, perlakuan Ewin lembut dan perhatian, membuat Edoh lebih nyaman meski harus banting tulang cari nafkah kerja di pabrik. Lah, kok kebalik? “Begitulah, namanya juga hidup, enggak ada yang sempurna,” kata Edoh sok bijak. Hehe.
Ditemui Radar Banten di Kecamatan Cikeusal, Edoh sedang memilih sayuran di warung. Edoh tidak merasa risi bahkan menyambut dengan ramah. Sambil memilah sayuran, Edoh pun bercerita tentang pengalaman pahitnya berumah tangga.
Edoh tidak pernah menyangka, kisah rumah tangganya diwarnai dengan perceraian. Mantan suaminya dulu, Juned, termasuk lelaki kaya. Kerjaannya sebagai supervisor di perusahaan ternama, tapi setiap hari memperlakukan Edoh dengan kasar. “Orangnya suka ngatur-ngatur dan emosian,” keluh Edoh
Pertemuannya dengan Juned bermula saat Edoh baru lulus SMA. Waktu itu status Juned sudah bekerja dan membantu Edoh mencari pekerjaan di pabrik. Berkat jasanya itu, orangtua Edoh bersikap baik kepada Juned meski baru mengenalnya.
Juned berperawakan tinggi besar dan berwajah sangar. Namun, sikapnya di depan Edoh dan orangtua sangat santun. Setiap tanggal muda selalu membawa makanan, bahkan Edoh dibelikan pakaian dan sepatu baru. “Dia itu pintar cari muka di depan keluarga saya,” aku Edoh.
Edoh memiliki paras cantik, kulitnya putih dan bersih. Meski tubuhnya mulai menggemuk, tetapi dengan penampilan seperti anak muda yang mengenakan jeans dan jaket biru serta sepatu kets, membuat kecantikan dan kemolekan tubuh Edoh terlihat menggoda.
Walaupun sebenarnya Edoh tidak mau langsung menikah karena masih ingin menikmati masa muda, tetapi orangtuanya memaksa. Edoh pun tidak bisa menolak lamaran Juned. Seminggu kemudian mereka menikah dan tinggal di rumah Juned.
Setahun berumah tangga mereka dikaruniai anak. Tapi, sejak itu, sikap Juned berubah 180 derajat. Juned yang awalnya baik dan perhatian, menjadi kasar dan sering marah-marah. Apalagi sejak Juned diangkat jadi supervisor di tempat kerja, setiap hari marah-marah. “Sikap dia begitu bikin saya tersiksa,” katanya.
Tak tahan dengan sikap kasar Juned, rumah tangga mereka hanya bertahan tiga tahun. Edoh memaksa meminta cerai kepada Juned. Meski awalnya Juned tidak menanggapi permintaan Edoh, tapi setelah seluruh keluarga Edoh membantu dan mengancam Juned, akhirnya rumah tangga mereka resmi berpisah.
Setahun lebih Edoh menjanda. Edoh mengaku, sering merasa kesepian, makan sendiri, minum sendiri, mengurus anak juga sendiri. Meski banyak lelaki datang mengajak menikah, tetapi Edoh mulai selektif dan pilih-pilih. “Saya enggak mau dapat suami yang kasar dan pengangguran lagi,” katanya.
Akhirnya, Edoh pun bertemu dengan Ewin yang tak lain adalah rekan sekerja. Edoh awalnya menganggap Ewin teman biasa. Tapi, tidak dengan Ewin. Kata Edoh, Ewin sudah mencintainya sejak ia masih berstatus sebagai suami Juned. Ah, masa sih, Teh? “Orang dia sendiri yang ngomong,” kata Edoh bangga.
Sebulan kemudian Edoh dan Ewin menikah. Tapi, baru dua bulan pernikahan, kontrak kerja Ewin di pabrik habis dan tidak mendapat jatah perpanjangan kontrak kerja. “Ya sudah deh, harus ikhlas dapat suami pengangguran,” kata Edoh.
Meski begitu, Edoh mengaku bersyukur karena Ewin tidak seperti mantan suaminya dulu yang kasar. Walau tidak bekerja, Ewin bersikap perhatian dan sayang kepada Edoh. “Saya mah bersyukur saja, yang penting dapat suami baik,” akunya. Semoga langgeng selamanya ya, Teh Edoh dan Kang Ewin. Amin. (mg06/zee/ira)