JAKARTA – Direktur Utama Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso menduga kenaikan harga daging sapi belakangan ini karena ulah spekulan atau kartel.
“Dibilang alasannya daging suplai dari salah satu negara dibatasi, padahal tidak. Itu hanya akal-akalan supaya ada kenaikan yang nanti jadi pembenaran, sehingga dipatok harga daging yang tadinya Rp120 ribu per kg, sudah mahal itu tidak bisa turun malah dinaikkan jadi Rp130 ribu per kg dan dianggap harga normal ke depan,” ujar Budi dalam konferensi pers, Rabu (3/2), sebagaimana dilansir CNN Indonesia.
Sebelumnya, harga daging sapi sempat menyentuh Rp130 ribu per gram hingga membuat Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut salah satu alasan kenaikan adalah meningkatnya harga dari negara importir, Australia. Harga sapi naik dari biasanya AU$2,8 per kg menjadi US$3,8 per kg atau sebesar 35 persen. Kenaikan di Negeri Kanguru terjadi lantaran mereka sedang melakukan regenerasi sapi sehingga stok memang melandai.
Melihat hal itu, Budi berharap kedatangan daging kerbau impor nantinya bisa menekan harga daging sapi tersebut. Pasalnya. ia menilai konsumen Indonesia sudah mulai terbiasa dengan konsumsi daging kerbau, sebagai alternatif daging sapi. “Pasarnya masyarakat Indonesia sudah familiar dengan daging kerbau, yang dulunya sulit untuk konsumsi karena masih belum terbiasa, sekarang sudah terbiasa sehingga ini juga bisa tekan dari harga daging sapi,” tuturnya.
Bulog sendiri mendapat jatah impor daging kerbau sebesar 80 ribu ton untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging dalam negeri utamanya menjelang puasa dan lebaran. Daging kerbau impor tersebut berasal dari India.
Budi menuturkan jatah impor tersebut ditetapkan dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) di bawah komando Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
“Sudah putus dari rakortas bahwa Bulog mendapatkan jatah penugasan untuk impor daging kerbau 80 ribu ton tunggal,” ujarnya.
Ia menuturkan proses impor tersebut akan dilakukan secara bertahap menyesuaikan kebutuhan dalam negeri. Selain itu, jumlah impor daging kerbau akan menyesuaikan kemampuan supplier dari India mengingat pandemi covid-19 masih melanda India sehingga dikhawatirkan terjadi penguncian wilayah (lockdown).
“Kami bagi dengan kemampuan supplier di sana, bisa saja 1 bulan itu 10 ribu ton, 50 ribu ton, tergantung kemampuan supplier di sana secara bertahap. Tapi kami berharap kebutuhan dalam 1 tahun sesuai kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi dengan kuota yang direalisasi Bulog yaitu 80 ribu ton,” terangnya.
Saat ini, Bulog juga belum melakukan lelang untuk menentukan pemasok daging dari India tersebut. Sebab, keputusan jatah impor daging kerbau itu juga baru diterima oleh Bulog.
RAIH MARKET DAN PROFITABILITAS
Pada bagian lain, Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengungkapkan bahwa manajemen Perum Bulog memutuskan untuk memprioritaskan aktivitas perusahaan pada kegiatan bisnis dengan mengusung tema strategisnya Business Focus Re-orientation 2021 guna memperluas akses market dan profitabilitas, selain tetap menjalankan penugasan dari pemerintah seperti yang sudah dilaksanakan selama ini.
“Seluruh jajaran Perum Bulog telah berkomitmen untuk bekerja keras dan bekerjasama dalam menciptakan peluang bisnis baru dengan tagline “efficiency and service excellence”. Perum Bulog akan melakukan efisiensi biaya dan membangun price differentiation antara penjualan grosir dan ritel, serta membangun networking dengan kata kunci sinergi dan kolaborasi,” ungkap Budi saat silaturahmi secara virtual antara Direksi Perum Bulog dengan sejumlah awak media, Rabu (3/2).
Budi Waseso juga menekankan pentingnya membangun networking atau jaringan di berbagai level yang diperlukan Perum BULOG untuk mendapatkan loyalitas dan kepercayaan dari mitra maupun konsumen dengan memberikan produk yang berkualitas kepada mereka.
“BULOG akan menguatkan sisi hulu dengan melakukan pembinaan petani dan pola kegiatan on farm, sedangkan di sisi hilir melakukan pembinaan jaringan sahabat RPK dan e-warung serta memperkuat e-commerce dan pasar modern. Inovasi diversifikasi pangan pun akan lebih sering dikembangkan mulai dari produk sagu, tepung tapioca, dan beras jagung analog,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu Budi Waseso juga memperkenalkan jajaran direksi yang baru. Yaitu Gatot Trihargo (Wakil Direktur Utama), Febby Novita (Direktur Bisnis), Mokhamad Suyamto (Direktur Supply Chain dan Pelayanan dan Publik), Bagya Mulyanto (Direktur Keuangan), dan Sinar Hadi Purnomo (Direktur Human Capital).
“Jumlah direksi juga mengalami perampingan dari sebelumnya berjumlah delapan orang kini menjadi enam orang, termasuk Dirut Perum BULOG,” kata Budi. (bie)