Sejak suaminya doyan dangdutan dan nyawer biduan, hubungan rumah tangga Inem (41) dan Maman (42), keduanya nama samaran jauh dari kata harmonis. Apalagi kalau sedang musim hajatan, setiap minggu pasti ribut. Maman yang pulang malam habis nyawer, selalu kehabisan uang dan lupa jatah bulanan buat Inem. Astaga.
“Makanya saya mah kesel, sejak doyan dangdutan, sebenarnya udah enggak tahan sama kelakuan suami,” kata Inem saat ditemui Radar Banten di Kecamatan Walantaka, Minggu (23/8).
Inem yang pagi menjelang siang itu sedang membakar sampah di halaman rumah, tak menolak ketika iseng diajak mengobrol, ibu dua anak itu malah curhat soal kelakuan suaminya.
Inem sendiri tak menyangka, kalau Maman yang awalnya ia kenal sebagai lelaki baik yang taat ibadah, setelah menikah malah jadi keranjingan nyawer di acara dangdutan. Padahal sebelumnya Maman anak rumahan yang jarang keluar malam. “Saya milih dia jadi suami juga awalnya karena yakin kalau dia lelaki baik-baik,” katanya.
Apalagi tampang Maman juga bersih dan putih, pekerjaannya juga lumayan menjanjikan sebagai kepala keamanan di salah satu perusahaan di Kecamatan Kragilan. Awalnya berharap bakal hidup bahagia, eh malah banyak menderita.
Walaupun kalau untuk urusan ekonomi sih mereka berkecukupan. Tapi untuk urusan hati, katanya Inem sering memendam perih gara-gara kelakuan suami. Padahal, Inem sudah berusaha tampil cantik dan seksi di rumah. “Tapi enggak tahu kenapa, dia masih doyan ikut dangdutan,” keluhnya.
Katanya sih, yang membuat Inem kecewa bukan hanya karena saat Maman bergoyang bersama biduan, tapi juga karena uang jatah belanja dan membeli make up yang berkurang bahkan bisa tak tersisa. “Setiap kali dia nyawer, pasti saya enggak dikasih jatah bulanan,” keluhnya.
Makanya, setiap Maman pulang malam, Inem pasti yakin suaminya habis dangdutan. Kemarahan Inem pun dilampiaskan dengan berbagai cara, mulai dari bersikap diam, mogok masak, sampai pisah ranjang. Meski Maman meminta maaf dan janji tak mengulangi lagi, tapi seolah tak mau tobat, besoknya ia masih melakukan hal sama. “Capek sebenernya mah, dia enggak mau berubah,” katanya.
Kesal karena tegurannya tak pernah didengar, Inem pun melaporkan kelakuan Maman kepada orangtua. Namun apalah daya, ibarat masuk kuping kiri keluar kuping kanan, nasehat bapak ibunya juga tak membuahkan hasil.
Karena merasa usahanya sia-sia, Inem nekat melaporkan kelakuan suaminya pada mertua dan kakak ipar. Mereka pun datang ke rumah dan memarahi Maman. Tapi apalah daya, bukannya malu, Maman malah marah dan tak mau dilarang-larang.
Ujung-ujungnya malah Inem yang kena amuk saat mereka sudah pulang. Akibatnya, Inem merasa sangat ketakuan dan memilih pulang ke rumah orangtua dengan membawa anaknya.” Kalau saja enggak ada anak, mungkin saya sudah minta cerai, enggak tahan soalnya, katanya.
Ya ampun, sabar ya Teh Inem, semoga Kang Maman dapat hidayah dan tobat. (drp/air)