Rumah tangga Marko (41) dan Mimin (40), keduanya nama samaran, awalnya sering ribut karena masalah kerudung. Mimin menolak kemauan suaminya untuk menutup aurat. Marko emosi dan mengancam akan menceraikan. Astaga.
Ditemui Radar Banten di Kecamatan Pamarayan, Marko yang mengenakan peci putih terlihat sibuk memasang pagar di belakang rumah. Ketika diajak mengobrol tentang rumah tangga, Marko bersemangat dan langsung memberi nasihat. “Kalau mau cari istri itu jangan hanya cantik, tapi juga harus salihah,” katanya.
Marko dulu bekerja sebagai pegawai pabrik, tetapi kini menjadi pedagang sembako di Pasar Pamarayan. Perjumpaannya dengan Mimin bermula di acara pernikahan teman. Waktu itu Mimin memang tidak berkerudung dan Marko mengaku sama sekali tidak tertarik. Justru Miminlah yang ngebet ingin dikenalkan dengan Marko.
“Ada temen yang ngenalin dia ke saya,” katanya.
Marko mengakui, Mimin memang wanita cantik. Kulitnya putih dan senyumnya manis. Namun karena Mimin tidak berkerudung, Marko tidak terlalu antusias. Meski sudah saling mengenal, ia hanya menganggap Mimin teman biasa.
Maklumlah, Marko termasuk lelaki yang taat beribadah. Termasuk dalam menjaga aurat sesuai perintah agama. Marko bertubuh ideal, tinggi, dan berisi. Wajahnya juga tampan. Mungkin karena sering wudu, jadi terlihat cerah dan segar.
Marko mengaku, sering mendapat pesan singkat dari nomor tidak dikenal, ketika ditanya tidak pernah mau mengaku. Marko menyangka kalau itu ialah Mimin. Wih, pede amat sih, Kang. “Soalnya, kalau ketemu, dia pasti senyum-senyum ke saya,” katanya.
Sampai akhirnya Marko mendengar kabar kalau Mimin masuk pesantren. Tapi, hanya setahun. Setelah itu, Mimin keluar dengan penampilan baru mengenakan kerudung. Sejak itulah Marko mulai jatuh cinta pada Mimin. Karena sudah bekerja dan merasa mampu, Marko pun melamar Mimin.
Sebulan kemudian keduanya menikah. Mimin dan Marko tampak anggun di atas pelaminan. Mengawali rumah tangga, mereka tinggal di rumah keluarga mempelai wanita. Meski begitu, Marko bertekad membahagiakan Mimin dengan membangun rumah dan hidup sejahtera.
Tiga bulan setelah menikah, Mimin sering lepas kerudung saat keluar rumah. Hal itu membuat Marko tak nyaman. Berkali-kali ditegur, Mimin tidak peduli. Malah tingkahnya semakin menjadi-jadi dengan pergi jalan dengan teman-temannya tanpa mengenakan kerudung. “Setiap kali saya marahi, dia balas ngebentak, kan bikin emosi,” keluh Marko.
Setahun kemudian Mimin melahirkan. Berkat kehadiran sang anak, hubungan Marko dan Mimin mulai membaik meski sang istri tetap tidak mau memakai kerudung. Sampai akhirnya Marko berhenti kerja dan memilih membuka usaha berjualan sembako. “Capek kerja, mau jualan saja,” katanya.
Lantaran Marko mengambil keputusan berhenti kerja tanpa persetujuan Mimin, mereka kembali adu mulut. Mimin takut tidak punya uang dan biaya kebutuhan anaknya kurang. Di sisi lain, usaha Marko juga tidak langsung maju. “Saya sih bodo amat, orang omongan saya saja enggak pernah dia dengar, ngapain harus minta persetujuan istri,” katanya.
Seiring berjalannya waktu, hubungannya dengan Mimin semakin buruk, tidak ada tegur sapa apalagi canda mesra. Mimin tidak pernah mau menuruti kemauan suaminya. Setahun kemudian usaha Marko mulai berkembang. Namun, di sisi lain, kesabarannya menghadapi Mimin pun hampir habis.
“Akhirnya saya bentak saja, pilih tetap enggak pakai kerudung tapi cerai, apa mau lanjut tapi harus pakai kerudung,” ancam Marko.
Mendengar ancaman itu, Mimin kaget dan takut. Akhirnya, Mimin pun mulai membiasakan diri mengenakan kerudung. Sejak itu hubungan keduanya harmonis. Kini, Marko dan Mimin sudah punya rumah sendiri dan hidup sejahtera. (mg06/zee/ira)