Maraknya tempat hiburan malam di Kawasan Jalan Lingkar Selatan, Kota Cilegon, berdampak pada hancurnya rumah tangga Odah (42) dan Tole (45), keduanya nama samaran. Gara-gara tempat hiburan, sifat Tole berubah. Tole jadi suka keluyuran malam tak keruan sampai akhirnya kepergok oleh Odah sedang asyik bermain perempuan. Merasa dikhianati dan diperdaya suami yang membuatnya kehilangan harga diri, Odah pun akhirnya memilih berpisah. Yassalam.
“Kalau keluar malam ngakunya jenguk emak. Eh tahunya, mampir ke tempat hiburan malam main cewek. Ya sudah cerai aja,” kesalnya. Sabar Mbak.
Odah ditemui Radar Banten di kawasan Alun-alun Kota Cilegon. Siang itu Odah terlihat sedang santai duduk sendirian sambil meminum es. Ia mengumbar senyum dan mempersilakan wartawan duduk di depannya. Setelah berkenalan, Odah mulai bercerita tentang kisah rumah tangganya yang pahit sepahit empedu.
Odah tak pernah menyangka suaminya doyan main perempuan dan sering main ke tempat hiburan malam. Soalnya, di rumah Tole memperlihatkan suami yang saleh bertanggung jawab. Tole enggak pernah ketinggalan salat lima waktu dan suka beramal. Sikapnya juga alim terhadap perempuan mana pun di hadapan Odah. Maka dari itu, Odah setia mendampingi Tole hingga sepuluh tahun lamanya hingga dikarunia dua anak. Kini, Odah yang kecewa berat dengan kebohongan Tole memilih hidup sendiri. “Kejadian itu dua tahun lalu. Sakarang ya saya cari uang sendiri buka warung,” akunya.
Meski berstatus janda beranak dua, sosok Odah masih menggoda. Wajahnya cukup rupawan, tubuhnya ideal, kulitnya juga putih mulus sudah kayak perosotan di sekolah TK. Maka tak heran, sudah banyak laki-laki yang menggoda Odah dan ingin melamarnya. Namun, sepertinya Odah masih trauma berat dengan pengkhianatan suami sehingga selalu menolak ajakan pria lain yang ingin meminangnya. “Dijanjiin kehidupan sejahtera juga saya sudah ogah. Belum mau nikah lagi,” akunya. Janda dong?
Odah bukan termasuk cewek selektif dalam memilih pasangan. Terbukti, Odah menerima Tole apa adanya. Padahal, tidak ada yang istimewa dalam diri Tole. Mukanya aja pas-pasan dan hanya kerja sebagai karyawan di pabrik di kawasan Cilegon. Tole menang penampilan gaul doang. Saking gaulnya, diminta Odah membeli popok bayi ke pasar swalayan aja Tole sampai harus berganti pakaian yang rapi. “Mau ke mana-mana kemejaan aja (pakai kemeja-red). Ya bagus sih rapi enggak malu-maluin,” kenangnya. Oalah, bukan rapi itu tapi genit.
Diceritakan Odah, perkenalannya dengan Tole karena dijodohkan orangtua. Odah sempat menolak perjodohan itu. Namun, apa daya orangtuanya tetap memaksa. Tak jarang Odah sampai meneteskan air mata setiap membicarakan soal perjodohan itu. “Sebenarnya saya enggak mau nikah sama dia (Tole-red),” ungkapnya.
Namun ia tak bisa menolak keinginan orangtua karena takut kualat. Apalagi, kedua orangtua mereka berteman dekat. Sampai akhirnya Odah pasrah dan menuruti kemauan orangtua. Lain dengan Tole yang memang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Akhirnya mereka menikah dengan pesta cukup meriah. Odah terpaksa menerima Tole sebagai suaminya. Meski begitu, Odah menikmati pernikahan itu karena ingin menunjukkan kebahagiaan di depan orangtuanya. Mengawali rumah tangga, Odah mulai menerima kehadiran Tole. Apalagi Tole selalu menunjukkan sisi kebaikan. Mulai dari rajin ibadah sampai suka beramal dan menasihatinya. Pokoknya, Tole menunjukkan sikap sebagai suami yang dewasa, bertanggung jawab, dan perhatian. Semakin lama Odah semakin empati terhadap Tole yang dinilai sebagai figur yang baik dan saleh. Odah pun mulai jatuh cinta. sejak itu, rumah tangga mereka penuh dengan suka cita. “Dia (Tole-red) orangnya baik. Kalau ada masalah ngomongnya pelan-pelan, enggak bikin saya emosi,” kenangnya. Luluh juga akhirnya.
Semakin hari hubungan mereka semakin harmonis. Setiap gajian akhir bulan, Tole pasti mengajak Odah jalan-jalan ke mal dan liburan ke pantai yang membuat rumah tangga mereka semakin berwarna. Setahun kemudian lahirlah anak pertama. Seiring berjalannya waktu, Odah belum melihat keanehan pada diri Tole. Soalnya di rumah, Tole begitu perhatian terhadap Odah. “Di rumah juga orangnya pendiam. Makanya, saya di rumah dengan dia nyaman-nyaman saja,” katanya.
Tiga tahun kemudian mereka dikaruniai anak kedua. Sejak itu, keanehan pada diri Tole mulai dirasakan Odah. Tole jadi sering pulang kerja malam. Odah masih tenang karena alasan Tole masih masuk akal, yaitu lembur. Padahal, ada rasa curiga pada diri Odah dengan banyaknya tempat hiburan malam tak jauh di tempat tinggalnya yang sudah banyak meresahkan warga. “Tapi, saya husnudzon aja waktu itu ke suami,” ucapnya. Subhanallah.
Sampai suatu malam, Tole pamit keluar dengan alasan menjenguk ibunya yang sedang sakit. Tak lama berselang, saudara Odah datang ke rumah dengan muka pucat dan mengaku kalau dia melihat Tole masuk ke salah satu tempat hiburan malam di kawasan JLS. “Awalnya saya enggak percaya dan enggak peduli. Tapi, saudara saya maksa dan ngajak lihat langsung ke lokasi,” ujarnya.
Odah yang dihantui rasa penasaran, akhirnya mengikuti ajakan saudaranya. Sampai akhirnya, Odah kaget saat melihat motor suaminya terparkir di pinggir jalan depan salah satu tempat hiburan malam. Tentu saja tentu saja Odah langsung naik pitam. Tanpa ragu Odah merangsek masuk ke dalam ruangan tempat hiburan itu dan memergoki suaminya sedang asyik mengobrol berdekatan dengan wanita yang berpenampilan seronok. “Langsung saya seret aja keluar suami. Saya minta cerai di situ (tempat hiburan malam-red) juga,” kesalnya. Jangan suudzon dulu, siapa tahu lagi mau menyadarkan wanita itu supaya bertobat!
Sebulan kemudian, mereka akhirnya resmi bercerai. Odah lalu pulang kampung dan kini mencari nafkah sendiri. Sementara Tole kabarnya sudah menikah lagi dengan wanita di kampungnya. “Saya enggak nyesal cerai sama dia. sekarang saya enggak peduli. Yang penting bisa sekolahin anak-anak sampai sukses,” harapnya. Syukur deh. Semangat ya Mbak, semoga dimudahkan rezekinya. Amin. (mg06/zai/ags)