Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di Provinsi Banten pada triwulan II-2019 mencapai 129,59 mencerminkan kondisi ekonomi konsumen meningkat.
Membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan II-2019 atau lebih baik dari triwulan sebelumnya sebesar 111,22, didorong oleh perbaikan pada tiga variabel pembentuk, yaitu naiknya pendapatan rumah tangga (menjadi 133,72), rendahnya pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi (115,46), dan meningkatnya konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan dan bukan makanan (137,65).
ITK merupakan indikator perkembangan ekonomi terkini hasil survei tendensi konsumen (STK) Badan Pusat Statistik (BPS) Banten pada triwulan II-2019 terhadap 720 rumah tangga di Banten. Responden STK dipilih dari strata blok sensus kategori sedang dan tinggi berdasarkan Wealth Index dan merupakan sub sampel dari Survei Sosial Ekonomi Nasional khusus di daerah perkotaan. ITK triwulan II ini dirilis awal Agustus lalu.
Kepala BPS Provinsi Banten Adhi Wiriana menjelaskan, kondisi ekonomi konsumen membaik karena didorong oleh meningkatnya pendapatan rumah tangga. Menurut pengakuan responden, peningkatan pendapatannya lebih banyak disebabkan oleh adanya tambahan upah/bonus serta kenaikan gaji/penghasilan usaha. Peningkatan pendapatan ini, terutama berasal dari kenaikan gaji PNS/TNI/Polri sebesar lima persen ditambah rapelan kenaikan gaji selama tiga bulan yang diterima pada April 2019, serta pembayaran THR yang diterima oleh pekerja serta PNS/TNI/Polri dan pensiunannya pada awal Juni 2019.
Peningkatan pendapatan selama triwulan II, lanjut Adhi, setidaknya terkonfirmasi dengan bertambahnya simpanan masyarakat Banten dalam rupiah dan valuta asing, pada bank umum dan BPR, dari Rp192,2 triliun pada Maret 2019 menjadi Rp196,9 triliun pada Mei 2019.
Berkaca pada Triwulan II, secara psikologis ada bulan puasa dan Lebaran di mana terjadi kenaikan harga berbagai komoditas serta barang dan jasa, tapi tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi. “Masyarakat tetap belanja sandang pangan, apalagi di perdesaan masih panen hasil bumi,” ungkap Adhi, akhir pekan lalu.
Terkait meningkatnya tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan dan bukan makanan, didorong oleh naiknya pendapatan rumahtangga. Faktor lain, lantaran dipicu oleh faktor musiman, khususnya puasa Ramadan dan Idul Fitri pada Mei-Juni 2019.
“Peningkatan konsumsinya sekaligus memperkuat adanya perbaikan kondisi ekonomi konsumen,” jelas Adhi.
Meningkatnya indeks konsumsi bahan makanan, makanan jadi di rumah makan dan bukan makanan, terjadi pada semua komoditas yang biasa dikonsumsi oleh rumahtangga. Dengan indeks konsumsi tertinggi dipegang oleh komoditas pakaian, komoditas bahan makanan, serta komoditas makanan dan minuman jadi.
Untuk TIK triwulan III-2019, Adhi memperkirakan ekonomi akan meningkat. Namun, tingkat optimisme konsumennya diperkirakan akan menurun. (den-skn/air)