Setelah tak mampu mempertahankan rumah tangga dengan istri pertama, Yoyo (55) nama samaran mengira, apa yang diyakini selama ini akan membawa kebaikan. Yoyo meminang perawan tetangga kampung, sebut saja namanya Inem (45). Namun, apa yang ia pikir ternyata tidak seperti pada kenyataannya.
Entah karena kecemburuan berlebihan atau memang sudah wataknya, sikap sang mantan istri kepada Inem selalu penuh bara emosi. Karena hal itulah, Yoyo jadi serbasalah. Bingung mau membela yang mana, ia lebih banyak diam. Aih, pusing ya, Kang?
“Beuh, Kang, bukan pusing-pusing lagi. Ini statusnya saya sudah cerai, apalagi belum. Kejadiannya tuh pas saya usia 34 tahun dan Inem 24 tahun,” cerita Yoyo kepada Radar Banten.
Yoyo bercerita, ia memang tak memiliki paras tampan nan memesona, tetapi sikap dan karakternya yang lembut tapi tegas, membuat siapa pun wanita mudah jatuh hati padanya. Ya, katanya, sejak muda lelaki yang memiliki tubuh tinggi atletis itu, selalu menjadi perhatian di kalangan teman-temannya.
Bahkan tak heran, dahulu Yoyo juga pernah menjabat sebagai ketua pemuda di kampungnya. Dengan pekerjaan tetap di salah satu pabrik swasta di Kabupaten Serang, Yoyo menjalani hari layaknya masyarakat pada umumnya. Tapi bedanya, kalau untuk urusan cinta, Yoyo termasuk lelaki yang mudah tergoda. Aih, yang kayak begini nih yang bahaya.
“Ya, namanya manusia mah enggak ada yang sempurna, Kang. Tapi kalau saya sih sekalinya suka ya dijalani dengan serius. Enggak nyakitin perempuan,” terang Yoyo bangga.
Lain Yoyo lain juga dengan Inem. Wanita yang memutuskan tak melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA itu awalnya memilih bekerja demi membantu ekonomi keluarga. Namun lantaran Yoyo yang dekat dengan sang ayah yang merupakan sesepuh kampung, saat masih beristri pun Yoyo memang sudah diwanti-wanti untuk mau meminang Inem. Aih, kok gitu sih, Kang?
“Ya, jadi bapaknya Inem itu ya saya anggap guru dan sering saya minta nasihatlah. Dia pun anggap saya kayak anak sendiri. Jadi kalau curhat tentang rumah tangga, meski awalnya nasihat dia benar, tapi ujungnya selalu jodohin saya ke Inem terus,” terang Yoyo. Oalah, begitu toh.
Kalau untuk urusan penampilan, sebenarnya Inem bukan perempuan biasa. Entah memang sudah faktor keturunan atau memang perawatan yang baik, postur tubuh Inem tak seperti wanita seusianya. Ia jauh lebih segar dan kencang. Layaknya gadis kembang desa, ia cantik dan menggoda.
Hingga suatu hari, sepulang Inem bermain bersama teman-temannya. Sudah ada kendaraan roda dua terparkir di depan rumah. Ketika masuk, tampak seorang lelaki dewasa yang tengah curhat kepada ayahnya terkait urusan rumah tangga. Lelaki itu tak lain ialah Yoyo. Inem menyapa, Yoyo tersenyum semringah.
Seminggu kemudian, Yoyo datang lagi. Dengan wajah murung bak prajurit yang kalah berperang, ia mengaku, rumah tangganya sudah bubar alias cerai. Pucuk dicinta ulam pun tiba, bagai mendengar kabar yang selama ini dinantinya, ayah Inem pun menyarankan agar putrinya dinikahkan dengan Yoyo. Widih, serius nih, Kang?
“Serius. Ya alhamdulillah sih dia percaya ke saya. Selain memang selama ini dia tahu kalau keributan yang terjadi di rumah tangga saya tuh memang berasal dari istri. Jadi pas tahu cerai, dia amanahin Inem ke saya,” ungkapnya.
Singkat cerita meski awalnya sempat menimbang-nimbang, akhirnya Inem dan keluarga bersedia. Dua bulan setelah perceraian Yoyo dengan istri pertamanya, ia datang ke rumah Inem dengan membawa keluarga serta janji suci pernikahan. Mengikat janji sehidup semati, keduanya resmi menjadi sepasang suami istri.
Di awal pernikahan, baik Inem maupun Yoyo sama-sama saling menjaga perasaan. Yoyo mengaku, ia termasuk sosok suami bertanggung jawab. Memberi nafkah lahir batin, membuat cinta perlahan tumbuh seiring berjalannya waktu. Rumah tangga mereka pun tampak harmonis.
Meski begitu, perjalanan awal rumah tangga mereka bukanlah hal mudah. Mengingat status Yoyo sebagai duda yang menikahi Inem tak lama setelah cerai. Nada-nada nyinyir dari beberapa orang sempat menguak di permukaan. Aih, ada apa, Kang?
“Ya biasalah, dulu tuh ada saja yang nyinyir, Kang. Ngatain saya lelaki jahat, cuma mau enaknya saja atau apalah. Inem juga dibilang wanita enggak benarlah. Uh, saya sampai stres waktu itu,” curhat Yoyo.
Berjalan dua tahun usia pernikahan, Inem dan Yoyo dikaruniai anak pertama. Kehadiran bayi lucu di kehidupan mereka membuat rumah tangga semakin berwarna. Mereka yang tinggal di rumah orangtua Inem pun, seakan menjadi keluarga paling bahagia di dunia.
Namun, bercerai dengan istri sebelumnya dan sudah bahagia dengan Inem bukan berarti membuat hidup Yoyo terlepas dari masalah. Siapa sangka, mungkin masih ada rasa dendam dan cemburu, sang mantan istri dan anaknya melakukan tindakan yang bisa dibilang meneror Yoyo dan Inem. Aih, memang dulu cerai karena maslah apa sih, Kang?
“Ya ada-lah, saya enggak mau ceritain hal itu. Tapi yang jelas, kita memang sudah enggak bisa bersama lagi. Kalau dipaksain pun percuma,” terang Yoyo.
Inem yang saat itu usianya masih dibilang terlalu muda, harus menghadapi cobaan yang tak bisa dianggap ringan. Hampir setiap malam, saat hendak melepas lelah seharian mengerjakan kesibukan rumah, Inem dikirimi pesan singkat bernada ancaman. Tak hanya itu, kadang ia ditelepon orang tak jelas. Aih, enggak coba lapor polisi, Kang?
“Ah, kalau ke pihak berwajib takutnya nanti malah tambah ribet lagi. Ya, saya langsung datengin tuh mantan istri, tapi dia enggak ngaku,” ucap Yoyo.
Hingga suatu malam, lagi-lagi, teror itu datang membuat Inem dan keluarga merasa terancam. Bagaimana tidak, tepat pukul 12.00 WIB, sebongkah batu seukuran kepalan tangan yang terbungkus kertas putih terdapat bercak darah, dilempar seseorang tak dikenal dan memecahkan kaca rumah.
Saat itu juga Inem menjerit, menangis ketakutan. Meski Yoyo coba menenangkan, Inem menolak dan hanya ingin dipeluk ibunya. Dalam lirih bercucuran air mata, ia mengaku takut dan tak sanggup. Katanya, kalau terus-menerus seperti ini, ia lebih baik cerai. Aih.
Akhirnya, keesokan hari, keluarga mengadakan musyawarah. Yoyo dan Inem pun diminta pindah keluar kota. Kebetulan di Bandung Inem mempunyai saudara yang bisa dimintai tolong. Mereka pun pindah ke Bandung. Yoyo mencari penghasilan baru meski merintis dan susah payah, akhirnya ia bisa bertahan. Tiga tahun kemudian mereka kembali lagi ke Serang dan hidup bahagia sampai saat ini. (daru-zetizen/zee/dwi)