PANDEGLANG – Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Pandeglang menggelar operasi simpatik di Alun-alun Berkah Pandeglang, Jumat (3/3). Ada peristiwa unik di acara ini ketika seorang pengendara sepeda motor Yamaha Mio nomor polisi (nopol) A 6398 CJ bernama Hera, menangis pada saat kendaraannya mau ditilang.
Perisitwa ini sontak membuat anggota Satlantas lainnya kaget. Sebagian anggota ada yang tertawa karena melihat kejadian tersebut, ada juga yang merasa heran karena peristiwa tersebut baru pertama kali terjadi saat melakukan operasi di wilayah Kabupaten Pandeglang.
Hera yang tidak mau menyebutkan alamat lengkapnya menangis tersedu-sedu ketika anggota Satlantas menghentikan sepeda motor yang dikendarainya dan meminta menunjukkan surat kelengkapan kendaraan seperti Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Surat Izin Mengemudi (SIM), dan lainnya.
Tangis Hera semakin menjadi-jadi ketika wartawan mencoba mengambil foto dirinya saat ditenangkan oleh anggota polisi bernama Inspektur Polisi Satu (Iptu) Berylliani. “Takut kena tilang. Tolong jangan foto-foto,” kata Hera sambil menangis, kemarin.
Informasi yang berhasil dihimpun, operasi simpatik yang dilakukan sejak pukul 16.00 sampai pukul 17.00 WIB berhasil menilang sebanyak 42 sepeda motor dan delapan mobil bak terbuka serta mobil dinas pegawai Pemkab Pandeglang.
Kasatlantas Polres Pandeglang AKP Rahmat Sampurno mengatakan, kesadaran warga Pandeglang dalam berkendara masih rendah. Hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya pengendara motor dan mobil yang melakukan pelanggaran. “Nilai kesadaran masih kurang, bisa dilihat dari masih banyaknya pengendara motor yang tidak menggunakan helm. Untuk pengendara mobil masih banyak yang belum melengkapi dengan alat keselamatan,” katanya.
Kata Rahmat, semua pengendara yang terbukti melakukan pelanggaran langsung diberikan sanksi di tempat berupa teguran dan tilang. “Ada penindakan berupa teguran dan penilangan, kita melihat dari kadarnya, apakah membahayakan atau tidak. Kalau membahayakan tentunya kita tilang. Jadi, kita lebih dominan imbauan kepada para pengguna jalan,” katanya.
Rahmat mengaku, pihaknya merasa kesulitan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menggunakan alat keselamatan di jalan raya. Padahal, kata dia, hal itu sangat penting demi keselamatan dan kelancaran lalu lintas. “Kesulitannya karena kita perlu adanya sosialisasi, bukan hanya dari polisi tetapi dari semua pihak. Bukan hanya polisi yang bergerak agar nilai kesadaran itu bisa tumbuh di masing-masing individu,” katanya.
Rahmat berharap, kegiatan yang dilakukan oleh jajarannya bisa merubah pola pikir masyarakat agar lebih meningkatkan keselamatan dalam berkendara. “Harapannya, pola pikir masyarakat Pandeglang bisa berubah menjadi lebih disiplin. Meskipun bertahap, kita awali dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan semua warga Pandeglang,” katanya. (Adib F/Radar Banten)