SERANG – Naiknya nilai tukar dolar terhadap rupiah tidak terlalu berpengaruh pada laju inflasi di masing-masing kabupaten/kota di Banten.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Serang Achmad Widijanto mengatakan, meski dolar terus mengalami kenaikan, tetapi tidak berdampak langsung terhadap harga barang di pasaran yang dapat menyebabkan inflasi. “Meski dolar terus naik. Namun, itu tidak terlalu berpengaruh, karena dampaknya tidak langsung. Jika adapun tidak signifikan,” katanya, Selasa (25/8/2015), di ruang kerjanya.
Meski demikian Achmad mengaku, dibandingkan bulan sebelumnya, inflasi di Kota Serang diprediksi mengalami sedikit kenaikan. Meski demikian pihaknya belum dapat memastikan angkanya. “Secara angka naiknya belum muncul, 1 Septeber nanti akan kita rilis,”katanya.
Dia mengatakan, selama tujuh bulan terakhir, laju inflasi tertinggi terjadi pada April sebesar 0,94 persen, setelah kenaikan biaya transportasi usai keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Maret lalu. kemudian turun kembali pada Juli 0,34 persen.
Penyumbang inflasi lain, dijelaskan Achmad, akibat melambungnya harga komoditas atau bahan pangan karena cuaca. Musim kemarau membuat kerusakan pada tanaman beberapa komoditas seperti padi, jagung, dan cabai.
Sementara deflasi sebesar 4,54 dan 5,53 persen terjadi pada Januari dan Februari karena penurunan harga transpor, komunikasi, dan jasa keuangan karena tingginya promosi awal tahun. “Ini salah satu contoh, kalau inflasi bukan diakibatkan karena kenaikan dolar,” katanya.
Menurutnya, dalam perkembangan selama tujuh bulan terakhir, angka inflasi mengalami pasang surut tiap bulan. “Perubahan inflasi jauh terjadi sebelum kasus kenaikan dolar,” katanya.
Senada dikatakan Aprias Eko Wulandari, Kasi Distribusi BPS Kota Serang. Kata dia, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; sandang, kesehatan, pendidikan, transpor, komunikasi, dan jasa keuangan, merupakan poin-poin penting dalam penentuan terjadinya perubahan inflasi di suatu daerah.
Pada Juli lalu, tingkat inflasi tertinggi terjadi pada transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,04; disusul bahan makanan 0,55 persen, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,15 persen. “Sisanya diikuti kelompok pengeluaran lain dari 8 item utama penentu inflasi,” katanya. (RB/mg14/alt/ags)