RADARBANTEN.CO.ID – Indonesia merupakan negara luas yang di dalamnya memiliki lebih dari 10.000 pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Kekayaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia di setiap daerahnya memiliki nilai tradisional yang sudah turun temurun diwariskan oleh nenek moyang kita.
Di balik indahnya budaya di Nusantara ini, setiap budayanya mengandung filosofi mendalam yang menggambarkan ciri khas suatu budaya.
Ragam budaya Indonesia salah satunya adalah kain tradisional. Warna, corak, dan pola yang terdapat dalam kain tradisional mengandung makna yang mendalam.
Berikut ini adalah filosofi yang terkandung dalam 5 kain tradisional Indonesia, yuk langsung aja kita baca sama-sama!
Tenun Sumba
Sumba merupakan daerah yang ada di provinsi Nusa Tenggara Timur dan terdiri dari 4 kabupaten. Ras dari suku ini merupakan campuran dari ras Melanesia dan Austronesia.
Sumba juga terkenal dengan keindahan alam yang memikat dan terkenal dengan kain tenunnya yang unik.
Motif khas Sumba ini menggambarkan motif fauna dan mereka percaya bahwa hewan tertentu layak ditetapkan sebagai simbol serta nilai menggambarkan nilai kehidupan manusia.
Berikut adalah jenis fauna dan filosofinya:
Burung Kakatua : melambangkan kesatuan
Ayam : melambangkan kehidupan perempuan
Buaya dan Naga : melambangkan kekuasaan & kekuatan raja
Kuda : lambang bangsawan, keagungan dan kepahlawanan
Kain khas Sumba ini diwarnai dengan pewarna alami yang diekstrak dari bahan seperti lumpur, akar mengkudu dan serat kayu. Untuk mengikat warnanya memakai daun gewang kemudian dikeringkan.
Untuk memperoleh satu lembar kain, bisa dibutuhkan waktu 3 tahun dalam prosesnya. Kain tenun Sumba ini juga melewati 42 proses tahapan, inilah yang membuatnya sangat istimewa dan dibanderol dengan harga yang mahal.
Tenun Ikat Flores
Suku Flores merupakan campuran ras Melayu, Melanesia dan Portugis. Oleh sebab itu Flores ini adalah hasa Portugis ‘cabo de flores’ yang berarti tanjung bunga.
Tenun ikat Flores ini sarat akan makna dan menggambarkan keberagaman. Pola berbentuk ketupat melambangkan persatuan antara masyarakat dan juga pemerintah.
Kain tenun ini juga sangat bernilai tinggi dan berharga karena setidaknya harus melewati 20 tahapan dan memerlukan waktu lama dalam proses pembuatannya.
Tenun ikat ini diproduksi di beberapa wilayah Flores seperti Manggarai, Lembata, Lio, Ende, nagekeo, Sikka, Ngada dan Maumere.
Kain Ulos
Kain Ulos ini adalah kain tradisional khas suku Batak, Sumatera Utara. Suku ini merupakan etnik terbesar di Indonesia. Kepercayaan yang dianut oleh suku Batak mayoritas adalah Kristen.
Suku yang satu ini tersebar di seluruh Indonesia dengan jumlah populasi sebanyak 8,4 juta. Wilayah yang paling banyak dihuni oleh suku ini adalah Sumatera Utara dengan populasi 5,7 juta.
Ulos berarti selimut yang menghangatkan. Jenis Ulos Batak toba meliputi Sibolang, Ragih Hidup dan Ragih Otang. Biasanya kain tradisional ini dipakai sebagai selendang.
Ulos Godang atau Ulos Sadum Angkola merupakan kain tradisioanal yang biasanya diberikan / diwariskan kepada anak-anaknya, berharap agar dapat mendatangkan berkat dan kebahagian.
Pembuatan kain ini mirip dengan membuat kain Songket dari Palembang. Pembuatan kain tradisional ini menggunakan alat tenun. Warna dominan yang biasa ditemukan adalah putih, merah dan hitam kemudian diberikan sentuhan anyaman benang emas dan perak.
Tenun Gringsing Bali
Ya, tepat sekali, kain ini jelas berasal dari Bali dan dibuat oleh masyarakat Desa Tenganan. Menurut mitos, kain tradisional ini berasal dari Dewa Petir Bali dinamakan Indra, kain Gringsing dibuat lantaran kekagumannya akan pesona langit malam. Kemudain kain ini ia berikan kepada rakyat pilihan.
Kata Gringsing berarti ‘tidak sakit’. Kain tradisional ini dipercaya oleh masyarakat Bali memiliki kekuatan magis yang dapat melindungi dari penyakit.
Keunikan dari kain tradisional ini adalah satu-satunya kain yang dibuat dengan teknik ikat ganda.
Kain Tapis
Tebak dari mana kain ini berasal? Yap, kain ini berasal dari lampung. Kain ini memiliki makna yang mendalam secara filosofis dan simbolis.
Motif kapal adalah filosofi dari perjalanan hidup manusia karena kapal adalah kendaraan yang digunakan manusia dalam perjalanan hidupnya.
Fungsi kain ini pada awalnya hanya digunakan saat acara ritual atau acara adat saja, tetapi saat ini sudah dapat digunakan sehari-hari dan menjadi salah satu oleh-oleh khas Lampung.
Kain tradisional ini terbuat dari benang kapas dan disulam dengan benang emas, sutera, atau benang perak. Pada zaman dahulu kain ini mencerminkan status sosial penduduknya.
Nah, itulah filosofi yang terkanding dalam kain tradisional Indonesia. Yuk kita lestarikan selalu budaya bangsa kita agar anak cucu kita kelak masih dapat merasakan kesakralan dan filosofi yang mendalam dari masing-masing budayanya.