Satu Keluarga di Kota Serang jadi Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ182
PESAWAT Sriwijaya Air SJ-182 yang dikabarkan jatuh di perairan Kepulauan Seribu menyisakan duka yang mendalam bagi para keluarga korban yang menjadi penumpang pesawat tersebut. Tidak terkecuali kerabat dan keluarga korban atas nama Arneta Fauzi (41), Fao Nuntius Zai usia belum genap 1 tahun (laki-laki), Zurisya Zuar Zai 8 tahun (perempuan) dan Umbu Kristin Zai usia 2 tahun (perempuan), merupakan warga Taman Lopang Indah, Kelurahan Lopang, Kecamatan Serang, Kota Serang.
Salah soerang kerabat keluarga yang ditemui di kediaman korban di Perumahan Taman Lopang Indah, RT 01/13, Blok FU2 nomor 27, Ricky F Timporok, mengatakan, salah satu firasat akan terjadinya musibah yang menimpa korban adalah jadwal keberangkatan yang tiga kali ditunda, karena beberapa alasan. Sejak Kamis (7/1) dirinya mengetahui bahwa Arneta (korban) bersama anak-anaknya berencana mengunjungi suami yang bekerja di Kalimantan Barat.
Namun, penerbangan yang seharusnya dilakukan pada Jumat harus ditunda karena hasil swab test korban belum keluar dan kembali dijadwalkan akan terbang pada Sabtu pukul 07.00 WIB dengan pesawat Nam Air. Namun, dirinya kembali diberitahu bahwa penerbangan korban kembali ditunda pada pukul 13.20 WIB dengan pesawat Sriwijaya yang kini jatuh tersebut.
“Malamnya istri saya, Sighi, dapat SMS kalau penerbangan itu ditunda lagi tapi diganti hari Sabtu pagi pukul 07.00 WIB dengan pesawat 6R. Setelah di-sms lagi ternyata dituker lagi. penerbangannya diundur jam 13.20 dengan pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Dan akhirnya Ibu Arneta berangkat dengan ketiga anaknya. Zurisya, Umbu, Fao,” kata Ricky, kepada Banten Raya (Radar Banten Group), Minggu (11/1).
Firasat buruk pun mulai menyerang Ricky dan keluarganya. Karena pesawat yang ditumpangi oleh Arneta bersama ketiga anaknya tak kunjung tiba di Kalbar.
“Kita mulai bertanya-tanya kenapa kok ini enggak ada kabar dari Ibu Arneta. Biasanya dia sudah ngasih kabar kalau sudah sampai. Tapi kok ini enggak ada kabar,” ucap Ricky yang juga pendeta Gereja Mangga Dua Pantekosta Serang ini.
Ia mengatakan, rasa cemas pun dirasakan oleh suami Arneta, Yaman Zai. Karena harusnya bila tidak ada aral melintang pesawat Sriwijaya Air SJ-182 berangkat dari Jakarta-Pontianak sampai pukul 15.00.
“Suaminya Pak Yaman nelepon ke kita, bagaimana kok Ibu Arneta enggak sampai-sampai. Seharusnya sampai di Pontianak jam tiga sore, ini udah hampir jam enam sore belum nyampai nyampai. Sementara Bandara Supadio itu kan kalau sudah jam lima sudah sepi,” katanya menirukan ucapan Yaman.
Ricky beranggapan, dengan adanya penundaan berkali-kali pada rencana keberangkatan kerabatnya tersebut menjadi salah satu firasat atau pertanda bahwa seharusnya korban tidak perlu berangkat pada hari itu. Namun, Ricky tetap berharap terjadi mukjizat dan kabar terbaik dari para korban khususnya Arneta beserta anak-anak.
“Kita berharap ada mukjizat. Karena ini memang belum ada satu pun yang terdeteksi atau ditemukan. Kami berharap yang terbaik, kalaupun memang sudah ketentuan Tuhan sudah seperti itu ya kita serahkan (ikhlas),” katanya.
Indra Bayu, kerabat keluarga korban lainnya mengatakan, dirinya mengantar Arneta menuju Bandara Soetta, Sabtu (9/1) pagi pukul 08.42 WIB. Tiba di Bandara Soeta pukul 11.40 WIB. Namun dirinya tidak lekas pulang ke Serang, karena khawatir Arneta gagal berangkat lagi.
“Tapi kita masih menunggu di bandara khawatir tidak lolos tes di bandara. Pukul 11.35 kita ditelepon oleh Mama Arneta, lolos tes, kalian pulang aja,” kata Indra.
Selama di perjalanan menuju Serang, salah satu pembantunya yang juga ikut mengantar merasa sedih seperti akan pergi selamanya. Namun dirinya belum ada pemikiran hal yang lain-lain. Pukul 19.30 WIB Indra mendapat kabar ada pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh. Mulanya ia sempat tidak mempercayai bahwa pesawat yang jatuh itu adalah pesawat yang ditumpangi oleh Arneta. Karena jadwal pemberangkatannya beda. Pukul 19.40 pesawat hilang kontak. Setelah ditelusuri dengan mencari informasi ternyata benar pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang ditumpangi Arneta jatuh.
Indra mengungkapkan, Arneta sempat meminta sarapan kupat tahu saat di perjalanan menuju Bandara Soeta. Namun karena tidak ditemukan, akhirnya keinginan Arneta tidak terpenuhi.
Tiga hari sebelum berangkat, ia mengaku sempat merasakan hal yang berbeda terhadap Arneta. “Mama terlihat baik. Biasanya sih jutek sama kita,” katanya.
Namun ketika pagi sebelum berangkat ke Bandara Soetta, ia melihat raut wajah Arneta dan ketiga anaknya pucat.
“Terus pas mau berangkat pagi, maaf muka mereka semua pucat semua. Saya tidak punya pemikiran apa-apa. Dan kita tidak punya pemikiran apa setelah gagal dua kali. Gagal mungkin karena tes Covid-19 tidak ada pemikiran yang lain-lain. Dan pesawat yang jatuh ini sempat didelay dua kali,” ungkap Indra.
Mendengar informasi ini, Fazria Aulia anak pertama dari Arneta mengaku kaget. Ia merasa sedih kehilangan orang-orang yang dicintainya.
“Tau kabar pertama dari Tante aku, Tante Sighi, pukul 16.30. Kaget syok dan enggak percaya juga. Sampai nyari-nyari info juga. Telepon ke pihak sana juga dan keluarga yang di Pontianak,” ujar Fazria, dengan mimik wajah sedih.
Ia mengungkapkan, sebelum berangkat ibunya tidak ada pesan khusus untuknya. Hanya saja ia merasa aneh dengan perubahan sikapnya yang manja kepadanya.
“Enggak ngomong apa-apa. Cuman kok tumben sifatnya jadi manja ke saya, dekat-dekat, ramah dan baik, tumben banget biasanya kan berantem, jutek ke saya. Enggak ngomong apa-apa lagi. Adik aku Sebelum berangkat manja ke aku. Kakak ikut yuk. Enggak ikut karena aku jaga rumah, karena kurang fit,” ucap dia.
Fazria juga menuturkan, pagi sebelum berangkat penampilan Arneta berbeda dari biasanya.
“Biasanya kan gak make-up, hari itu tumben pakai make-up, ngaca mulu,” tutur dia.
Ia menjelaskan, tujuan Arneta ke Pontianak selain untuk menemui suaminya, juga ada keperluan bisnis.
“Mau ada bisnis dan sekalian ketemu suaminya di Pontianak. Bisnis membuka kafe saya pernah dengar. Mau bisnis dengan orang sana. Papa kerja sebagai pelayar. Kalau pulang enggak nentu kadang setahun sekali,” terangnya.
Ia berharap jasad orang-orang tercintanya tersebut segera ditemukan, dan dapat dimakamkan.
“Walaupun jasadnya umpamanya sudah tidak utuh berharap bisa ketemu semua,” harap dia
RENCANAKAN PERNIKAHAN
Fazria juga mengungkapkan, sepekan sebelum berangkat ke Kalbar, Arneta Fauzi telah merestui hubungan anak gadisnya tersebut dengan kekasihnya yakni Indra Bayu. Bahkan, Arneta telah membelikan gelang emas untuknya. Namun impian Arneta untuk menyaksikan putri sulung dari suami pertamanya tersebut tak terealisasi, karena Arneta keburu tewas dalam peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Akhirnya, karena kecelakaan yang dialami sang ibu, pernikahan yang rencananya akan dilaksanakan tahun ini terpaksa diundur tahun 2022 mendatang.
Fazria mengatakan, ia bersama kekasihnya telah meminta restu dengan sang ibu dalam menentukan tanggal lamaran dan pernikahan yang direnacakan akan berlangsung tahun ini. Sang ibu telah menetapkan bahwa lamaran dilaksanakan pada April 2021 dan pernikahan dilakukan pasca Idul Fitri tahun ini tepatnya tanggal 14 Juni 2021 bertepatan dengan hari ulang tahun Fazria.
“Itu yang nentuin mama,” ungkap dia.
Meskipun tanggal tersebut telah ditentukan oleh sang ibu, namun Fazria mengaku ingin fokus terlebih dahulu pada kondisi sang ibu beserta adik-adiknya yang belum juga ditemukan oleh tim Basarnas.
“Cuman kan karena kondisi keluarga lagi kayak gini, kayaknya diundur tahun depan,” tandasnya. (rbnn/air)