Ipeh (35), nama samaran, dalam menjalani rumah tangganya dulu bersama mantan suami, sebut saja Parmin (35), cukup melelahkan. Parmin yang berstatus pengangguran tak mengenal waktu bermain game online sehingga kerap mengabaikan tanggung jawabnya sebagai suami. Lantaran itu, Ipeh memutuskan untuk berpisah selamanya.
Selama berumah tangga, Ipeh tak pernah dinafkahi Parmin yang selalu sibuk dengan hobinya bermain game online sehingga membuatnya malas bekerja. Radar Banten sebelumnya sudah janji bertemu dengan Ipeh di Kecamatan Ciruas. Siang itu, Ipeh sedang sibuk beres-beres menyapu halaman di depan rumah. Kedatangan Radar Banten langsung disambut Ipeh dan dipersilakan duduk di teras rumah, langsung berbincang tentang kisah masa lalunya yang unik dan lucu.
Ipeh tak pernah menyangka mantan suaminya terlalu tergila-gila game online. Parmin hanya bercita-cita menjadi pemain game online sejati dan menyakini kalau olimpiade game online berhadiah jutaan rupiah yang diikutinya bisa menafkahi Ipeh. Namun, bukan itu yang dibutuhkan Ipeh, tetapi suami yang memang pekerja keras mencari nafkah.
“Ini dia kerjaannya bergadang main game, paginya tidur seharian,” keluh Ipeh.
Perjumpaanya dengan Parmin, diceritakan Ipeh, bermula saat mengikuti acara reuni SMA. Mereka dikenalkan teman dan langsung cepat akrab. Sejak itu, keduanya intens berkomunikasi. Proses pendekatan Parmin terhadap Ipeh perlahan tapi pasti, sikapnya lembut, penuh rayuan gombal dan perhatian. Sebulan kemudian, Parmin berhasil meyakinkan Ipeh menjadi kekasihnya.
“Dia orangnya asyik, enggak kaku. Jadi, saya merasa nyaman. Selama pacaran kita sering jalan-jalan bareng pakai motor,” kenang Ipeh. So sweet.
Parmin baru diterima secara resmi menjadi pacar Ipeh tiga bulan kemudian. Sejak menjalin hubungan, Ipeh pun mulai menyadari perilaku negatif Parmin yang kesetanan pada game online. Parmin mulai membandel dan tak menghiraukan teguran Ipeh yang sempat menghapus aplikasi game di smartphone-nya.
“Kalau sudah main game, ketemuan juga enggak asyik, dia sibuk sama ponselnya,” keluhnya. Kenapa dipertahanin, Mbak!
Namun, Ipeh masih memaklumi kebiasaan buruk kekasihnya itu. Seiring berjalannya waktu, Parmin diterima bekerja di perusahaan cukup besar di Cilegon. Ipeh pun ikut senang dan berharap hubungannya dengan Parmin berjalan harmonis. Terlebih, Parmin pernah menjanjikan keseriusannya dalam menjalin hubungan. Wajar Ipeh bertahan, paras Parmin cukup tampan, kulit sawo matang dan tubuhnya kekar, macho pokoknya. Ipeh tentu saja tak ingin kehilangan lelaki pujaanya itu.
Ipeh juga tidak kalah menarik, kulitnya putih mulus, bodi menggoda, dan wajahnya juga manis. Ipeh pun mampu menjaga penampilannya dengan berpakaian muslimah.
Tiga bulan bekerja, Ipeh dilamar Parmin dan langsung membuang jauh-jauh pikiran buruk tentang kekasihnya itu. Resepsi pernikahan berlangsung sebulan kemudian dengan pesta cukup meriah. Mengawali rumah tangga, Parmin pun menunjukkan tanggung jawabnya sebagai suami. Pagi hingga sore hari bekerja, malamnya pulang dan langsung memanjakan Ipeh. Parmin tak malu menunjukkan keromantisan. Apalagi setiap malam Jumat yang menjadi wajib baginya melakukan hubungan intim. “Maklum, masih pengantin baru waktu itu,” tukasnya. Iya sih.
Setahun kemudian, mereka dikaruniai anak pertama yang membuat hubungan keduanya semakin harmonis. Parmin juga semakin bersemangat bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Hingga suatu hari, Parmin diajak temannya ke Jakarta menyaksikan olimpiade game online. Sejak menyaksikan olimpiade game online itu, Parmin berambisi menjadi gamers sejati yang bisa menghasilkan uang.
Setiap pulang kerja, ia jarang bercengkrama dengan istri. Bahkan, saat anaknya menangis, Parmin mulai tak peduli. Kesibukannya selama di rumah hanyalah bermain game online.
Parmin bahkan nekat mengundurkan diri dari perusahaan dan membangun usaha warung internet khusus game online. Sayangnya, usaha warung warnet yang dikelolanya lebih sering dimanfaatkan teman-temannya untuk main game online tanpa ditarik bayaran. Akhirnya, usaha warung internet Parmin pun hanya bertahan tiga bulan. Parmin kembali menjadi pengangguran dan banyak menghabiskan waktu di rumah. Setiap hari kerjaan Parmin hanya tidur, makan, dan main game online. “Tabungan saya sampai ludes, pemasukkan juga enggak ada,” kesalnya.
Selama tiga tahun rumah tangga pasca Parmin menjadi pengangguran, keributan terus mewarnai hubungan keduanya. Hampir setiap hari terjadi perselisihan di antara mereka. Bahkan, sampai terjadi kontak fisik yang memicu emosi Ipeh. Atas nasihat orangtua dan keluarga, Ipeh langsung mengajukkan surat gugatan cerai.
Awalnya Parmin menolak dan berjanji ingin memperbaiki, Ipeh pun sempat luluh. Namun, situasi itu tak mengubah keputusan orangtua Ipeh yang tetap dengan keputusannya mendesak anaknya untuk berpisah. Hingga akhirnya, Parmin dan Ipeh resmi bercerai.
“Sekarang dia masih sering main jenguk anak, kadang kasih uang juga,” akunya. Sabar ya, Mbak. Semoga dapat pengganti suami yang lebih baik. Amin. (mg06/zai/ira)