Sejak 6 Oktober lalu, Ancol Beach City Mall terlihat ramai. Ratusan komputer berjajar di dalam mal. Ratusan cowok dan cewek bertampang nerd bergerumbul dengan tim masing-masing yang berjumlah lima orang. Yap, mereka sedang mengikuti The 8th E-Sport World Championship, ajang olahraga elektronik tingkat internasional dalam rangkaian Tafisa Games 2016.
Berbagai online game dilombakan. Mulai Counter-Strike: Global Offensive dan League of Legend yang dimainkan dalam kelompok lima orang hingga Hearthstone yang dimainkan perorangan. Tiga game tersebut dipilih setelah IeSPA (Indonesia e-Sports Association) dan IeSF (International e-Sports Federation) bernegosiasi dengan berbagai developer game. Seperti Riot Games, Valve Corporation, dan Blizzard Entertainment. League of Legend dipilih karena menjadi salah satu game yang paling sering dimainkan di seluruh dunia. Pengguna aktifnya mencapai 100 juta orang per bulan. Dalam e-sport kali ini, untuk kali pertama Counter-Strike: Global Offensive dilombakan.
Buat para gamers, istilah e-sport pasti bukan hal asing. Tapi bagaimana untuk yang bukan gamers? Hmm, e-sport mulai booming loh. Di Indonesia, e-sport sebenarnya sudah lama masuk, tapi pemerintah Indonesia baru-baru ini mengakui adanya e-sport. E-sport merupakan cabang olahraga elektronik yang didukung oleh IeSPA (Indonesia eSport Association).
Struktur dan tingkatan pertandingan e-sport sama seperti pada cabang olahraga biasanya, bedanya, para atlet e-sport tidak bertanding secara fisik tapi lebih mementingkan strategi dan dipertandingkan secara online melalui komputer sehingga masing-masing tim dapat bertanding tanpa bertatap muka. Genre permainan yang paling umum dalam e-sport adalah real-time strategy (RTS), fighting, first person shooting, massively-multiplayer online, dan racing. Beberapa game yang saat ini menjadi pilihan gamers Indonesia adalah Hon, League of Legend, DotA, PointBlank, Counter Strike Online, dan masih banyak lagi.
Dengan resminya e-sport di Indonesia, ini berarti akan sering diadakan kompetisi e-sport. Jadi, Sobat Z tidak perlu lagi malu untuk mengakui kalau kalian adalah gamers, karena dengan menjadi gamers bukan berarti kalian tidak bisa membuat prestasi. Kompetisi-kompetisi ini akan menghilangkan stereotype bahwa gamers bukanlah orang terdidik. Seperti itu?
“E-sport itu bagus dan bukanlah merusak moral, karena dengan bertanding di e-sport, kita bisa mengandalkan kemampuan otak kita walaupun fisik kita tidak sekuat atlet lainnya. Jadi, ini bisa membuka peluang untuk para penyandang cacat fisik tapi punya kemampuan lebih dalam hal menyusun strategi untuk bisa berprestasi,” curhat Cici Resita, Gen Z yang juga gamers wanita.
Sama dengan pendapat Gen Z Banten satu ini. “E-sport akan membawa dampak positif buat Indonesia, karena dengan berkembangnya e-sport, itu berarti pemerintah Indonesia harus lebih meningkatkan kualitas jaringan internet. Jadi, tidak hanya untuk kalangan gamers yang menikmati tapi juga masyarakat luas akan bisa menikmati jaringan internet tersebut,” tutur Muhammad Adi, Gen Z yang baru saja menduduki bangku kuliah ini.
Menurut Prananda Isviansyah, Sekjen IeSPA, animo masyarakat terhadap dunia game di Indonesia makin tinggi. Sebanyak 280 gamers dari 44 negara mengikuti event olahraga elektronik yang diadakan empat tahun sekali tersebut. ”Indonesia mengirimkan 11 perwakilan, yaitu 5 gamers dari Jakarta, 5 dari Jawa Barat, dan 1 dari Kalimantan Selatan,” ujarnya.
Salah seorang peserta e-sport yang mengikuti kompetisi game Hearthstone, Gino Alexander, mengaku sangat senang dengan adanya kompetisi itu. ”Senang sih bisa ikut kompetisi game internasional gini. Seru bisa beradu strategi dengan lawan dari berbagai negara,” ungkap cowok 19 tahun itu sebelum bertanding.
Pada final yang dilangsungkan 9 Oktober lalu, dipilih 5 pemenang untuk kategori Hearthstone, 3 tim pemenang untuk kategori Counter-Strike: Global Offensive, dan 3 tim pemenang untuk kategori League of Legend. Dari tiga kategori itu, diperebutkan total hadiah sebesar USD 75.000 atau setara dengan Rp 974 juta.
Bagaimana? Tertarik jadi atlet e-sport? Tapi ingat ya, jika sudah memilih untuk menjadi gamers jangan pernah main-main, karena kalau kalian hanya setengah-setengah yang didapat bukanlah keuntungan. Masa, niat bisa eksis dan berprestasi malah kena buntung. (hellenzetizen-aza/zee/ira)