Sejumlah desa di Kabupaten Serang sedang melakukan pengembangan wisata. Salah satunya, Desa Cikolelet, Kecamatan Cinangka yang sudah masuk 50 nominasi desa wisata terbaik nasional.
ABDUL ROZAK – SERANG
Siang kemarin (1/9), suasana di Desa Cikolelet terasa asri. Hujan rintik-rintik makin menimbulkan kesan sejuk di desa yang tak jauh dari objek wisata pantai Anyar-Cinangka ini.
Di sepanjang jalan, pengunjung akan disuguhkan berbagai papan informasi tentang Desa Wisata Cikolelet. Ada objek wisata, tempat ekonomi kreatif, hingga atraksi seni tradisional.
Desa Cikolelet merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten Serang. Destinasi wisata di desa ini sebenarnya sudah mulai dikembangkan sejak 2016. Saat ini, desa yang berbatasan dengan kawasan hutan lindung dan Rawa Dano ini masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik di Indonesia.
Secangkir kopi khas lokal mengiringi perbincangan Radar Banten dengan Pegiat Desa Wisata Cikolelet, Ojat Darojat di rumahnya. Kata Ojat, ada tiga objek yang dikembangkan di desa wisata ini. Mulai dari objek wisata, ekonomi kreatif, hingga kesenian tradisional sebagai atraksi wisata.
Ada beberapa objek wisata yang dikembangkan di desa ini. Mulai dari wisata pemandangan Curug Cibaja dan Curug Pilar, hingga air terjun Curug Lawang. Pihaknya juga berencana mengembangkan destinasi wisata tempat perkemahan, tempat pemandian air panas dan wisata kuliner.
Kemudian, di objek ekonomi kreatif, ada budidaya jamur tiram, lele sangkuriang, telur puyuh, kambing etawa, melinjo, kerajinan daur ulang plastik, tanaman hias, hingga produksi kopi robusta. “Tradisi budaya kita ada ngagurah dano yang diselenggarakan tiap tahun, dan budaya mamaca semacam seni bertutur,” katanya.
Ojat mengatakan, dari 1.832 desa wisata di Indonesia, Desa Wisata Cikolelet masuk 50 besar nominasi desa wisata terbaik nasional. Yakni, dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Mulanya, dari 1.832 desa wisata yang daftar dalam anugerah itu, diseleksi menjadi 300 besar. Kemudian, diseleksi kembali menjadi 100 besar hingga saat ini sudah ditetapkan 50 besar. “Nanti akan ditentukan 10 besar, Menparekraf Sandiaga Uno akan berkunjung terlebih dahulu ke 50 desa wisata ini termasuk Cikolelet,” ujarnya.
Dalam ajang itu, kata dia, ada empat indikator yang menjadi penilaian. Yakni, kelembagaan, aksebilitas, aminitas, dan atraksi. “Alhamdulillah kita sudah memenuhi semua indikator itu, termasuk secara kelembagaan kita sudah punya BUMDes, Pokdarwis, hingga pengelola di masing-masing destinasi wisata,” terangnya.
Kunjungan wisatawan ke Cikolelet, kata Ojat, jika dalam kondisi normal mencapai 600 hingga 1.000 wisatawan setiap pekan. Namun, karena masa pandemi Covid-19 kunjungannya menurun drastis. “Karena kita juga tidak bisa menyelenggarakan event-event,” katanya.
Namun, untuk mengantisipasi itu, pihaknya sedang mengembangkan destinasi wisata track motor cross dan sepeda gunung. “Kalau dari komunitas motor cross dan sepeda gunung setiap pekannya ada saja, paling minimal 100 orang,” ujarnya.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kabupaten Serang ini mengatakan, geliat desa wisata di Kabupaten Serang sudah mulai muncul. Saat ini, ada 31 desa yang sudah mengembangkan desa wisata.
Ojat berharap, Desa Wisata Cikolelet menjadi salah satu wisata unggulan di Kabupaten Serang. Sehingga, dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat. “Karena dalam pengelolaan wisata ini semuanya kita berbasis masyarakat,” pungkasnya. (*)