Masa muda menjadi saat yang tepat untuk menggali potensi, tidak terkecuali di bidang seni pantomim. Bila digeluti secara serius, pertunjukan seni tanpa kata ini menjadi jalan baru.
Di Kota Serang, salah satu pegiat seni pantomim adalah Amirudin Saleh. Guru kelas SD Persis Serang ini memiliki ketertarikan pada seni komedi tanpa kata ini secara otodidak melalui internet.
Awalnya, Aam–sapaan akrabnya–mengaku sejak duduk di bangku SMP sudah aktif berkecimpung di seni kabaret. Lama-kelamaan, ia malah tertarik dengan seni pertunjukan visualisasi objek tanpa kata-kata, yakni pantomim.
“Awalnya memang enggak tahu, akhirnya belajar secara otodidak. Dari artikel lalu lihat tutorial video dari master pantomim Indonesia, yaitu Septian Dwi Cahyo. Di sana diajarkan bagaimana cara gerak, ekspresi, penghayatan, dan lainnya,” ceritanya saat ditemui Radar Banten di SD Persis, Kota Serang, Rabu (9/1/2019).
Pria kelahiran 10 Mei 1982 ini mulai menggeluti pantomim dan terus mempelajarinya sejak 2014. Bersama dengan salah seorang rekannya, ia mendirikan Team of Pantomim Serang (TOPS). Di TOPS itu, Aam berjuang untuk mengeksiskan seni pantomim di beberapa kalangan di Kota Serang.
Perjuangannya membuahkan hasil. Siswa ekskul pantomim didikannya mewakili Banten pada ajang nasional lomba pantomim pada event Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2015 yang dihelat di Palembang, Sumsel.
“Alhamdulillah, di acara tersebut bisa bertemu Septian Dwi Cahyo, master pantomim Indonesia karena kebetulan beliau adalah jurinya,” terangnya.
Siswa didikannya bahkan menjadi langganan mewakili Banten dalam ajang lomba pantomim. Pada ajang yang sama, timnya juga tercatat pada 2016 berangkat ke Manado dan menjadi delegasi Banten pada 2018 ke Pangkalpinang.
Pantomim, kata Aam, cenderung tidak sulit dan merefleksikan kegiatan sehari-hari dan daya imajinasi. “Tidak menggunakan kata-kata tapi menarik. Tidak sulit juga karena tidak mesti mengeluarkan suara. Tapi, tetap harus proses latihan juga,” ungkapnya.
Dalam seminggu, ia biasa berlatih tiga kali. Khusus minggu pagi, ia mengasah skills di Alun-alun Kota Serang sekaligus melakukan edukasi ke masyarakat tentang pantomim. “Komunitas TOPS terbuka untuk umum. Kita mengajak serta warga supaya dikenal lagi karena kadang pantomim itu tertukar dengan seni badut. Pernah dipangil badut, padahal kan beda. Jadi, kita lakukan publikasi dan edukasi kepada masyarakat,” terangnya sembari menunjukkan dokumentasi kegiatan pantomimnya.
Komunitas TOPS memiliki sepuluh anggota aktif. Aam bersama tim kerap menerima undangan mengisi acara maupun workshop. Ia juga mengisi psikososial bekerja sama dengan PMI Kabupaten Serang pada keluarga korban tsunami Selat Sunda di Labuan, Pandeglang.
“Sekali tampil itu bisa sampai dua jam. Termasuk istirahat dan diskusi. Dua jam itu terdiri dari lima kali penampilan, ada sesi-sesinya,” kata Aam.
Lantaran tidak ada dialog, apakah penonton bisa langsung memahami maksud dari si pelakon? “Sebetulnya pantomim itu ada yang dibuat dengan konsep, ada yang tanpa konsep alias spontan. Kalau pakai konsep itu nanti diawal diberi tahu judulnya, lalu di akhir pementasan diberi tahu sinopsisnya,” tuturnya.
Aam berharap, di zaman serbadigital saat ini, generasi muda dapat menyalurkan bakatnya ke arah positif salah satunya melalui seni pantomim. “Saya mengajak anak muda mencari kegiatan positif, salah satunya berlatih pantomim. Positif bagi kawula muda sekaligus mengasah skills dan menuangkan ekspresi. Di sini wadahnya untuk melakukan aksi positif,” tuturnya.
Aam tidak patah semangat untuk terus mengedukasi masyarakat lebih luas lagi. Lalu ia bersama rekan-rekannya mendirikan Pantomim Serang Banten (Paseba).
Atas perjuangannya itu, TOPS dan Paseba mendapatkan apresiasi dari beragam kalangan, tak terkecuali media. Kini Aam bersama tim dipercaya untuk mengisi acara Komedi Tanpa Kata (Kotak) di Banten Raya TV yang episode perdananya tayang pada 7 Januari lalu.
Seni yang juga populer berkat aksi ciamiknya Charile Chaplin ini memang terlihat keren dan penuh gaya. Kita pasti langsung membayangkan make-up tebal yang menempel di wajah para pemain pantomim. Jadi, bagaimana cara Aam dan tim merias wajahnya?
Radar Banten mengintip persiapan mereka sesaat sebelum taping program Kotak di studio Banten Raya TV pada Rabu (9/1) malam. Ternyata ada semacam make-up khusus yang biasa digunakan sebagai body painting. Proses make up memakan waktu 10-30 menit. Agar tidak luntur dan berlepotan, ditambah bedak khusus.
Aam berharap, seni pantomim semakin diterima masyarakat. “Alhamdulillah, sekarang pantomim berkembang. Banyak respons positif saat kami tampil di muka umum. Saya bangga dan berterima kasih kepada tim yang telah berjuang dan berkomitmen bahwa inilah wadah untuk mengekspresikan diri melalui seni. Semoga ada dorongan dari segala sisi dan tetap eksis,” tutup Aam. (RIZA RINALDI)