CILEGON – Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda untuk kesekian kalinya mengalami erupsi, Rabu (11/7). Terakhir letusan terjadi pada Senin (25/6). Saat itu, letusan gunung hanya dibarengi dengan semburan asap, kini muntahan lava pun terlihat saat gunung yang berada di perairan Lampung itu meletus.
Pengamat Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Pasauran, Kabupaten Serang, Deni Mardiono mengatakan, berdasarkan data dari Volcanic Activity Report (VAR), selama 24 jam gunung yang berada di tengah-tengah laut itu mengalami letusan sebanyak 56 kali dengan tinggi kolom abu berbeda-beda. “Tingginya bervariasi, dari 200 meter hingga 1.000 meter di atas puncak kawah,” ujarnya, Kamis (12/7).
Letusan sebanyak puluhan kali itu terjadi dengan amplitudo 25 hingga 53 mm, dan durasi letusan 20 hingga 100 detik. Letusan pun disertai lontaran abu vulkanik, pasir, dan suara dentuman. Pada malam harinya, terlihat sinar api dan guguran lava pijar yang keluar dari puncak gunung tersebut.
Akibat aktivitas alam itu, Gunung Anak Krakatau pun dinyatakan dalam keadaan status waspada. Kendati seperti itu, menurutnya, aktivitas pariwisata laut di perairan Banten serta aktivitas lalu lintas penyeberangan dari Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni masih bisa berlangsung.
“Masyarakat atau wisatawan hanya diimbau untuk tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius satu kilometer dari kawah,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, Gunung Anak Krakatau meletus tidak hanya kali ini saja. Sebelumnya, pada Selasa (10/7) Gunung Anak Krakatau meletus sebanyak 99 kali dengan amplitudo 18 hingga 54 mm dan durasi letusan 20 hingga 102 detik.
Berdasarkan informasi yang diterima dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), embusan tercatat 197 kali dengan durasi 16 hingga 93 detik. Letusan disertai suara dentuman sebanyak sepuluh kali yang menyebabkan kaca pos pengamatan gunung bergetar. “Banyaknya letusan ini sesungguhnya sudah berlangsung sejak tanggal 18 Juni 2018, dimana Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. Ada pergerakan magma ke luar permukaan sehingga terjadi letusan. Namun, status Gunung Anak Krakatau tetap waspada. Tidak ada peningkatan status gunung,” paparnya.
Bahkan status waspada, lanjutnya, ditetapkan sejak 26 Januari 2012 hingga sekarang. Status waspada artinya aktivitas vulkanik di atas normal sehingga terjadinya letusan dapat terjadi kapan saja. Tidak membahayakan selama masyarakat tidak melakukan aktivitasnya di dalam radius satu kilometer.
Sementara itu, General Manager PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak Fahmi Alweni saat dikonfirmasi melalui sambungan seluler menjelaskan, peristiwa letusan itu tidak memengaruhi aktivitas penyeberangan dari Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Aktivitas penyeberangan masih berlangsung seperti biasa.
Kata Fahmi, pihaknya akan tetap membangun komunikasi dengan pihak-pihak terkait termasuk memberikan peringatan kepada pengusaha kapal untuk siap siaga menghadapi kemungkinan cuaca yang akan terjadi akibat peristiwa alam itu.
Soal kesiapsiagaan, lanjut Fahmi, PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak telah memberlakukan standar operasional prosedur (SOP) sesuai dengan aturan dan standar keselamatan kepada seluruh kapal yang beroperasi di rute Merak-Bakauheni.
Menurutnya, fasilitas keamanan serta keselamatan dipastikan siap di seluruh kapal yang beroperasi. Sehingga, saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, keselamatan penumpang tetap menjadi prioritas. “Kalau tidak lengkap, ya tidak boleh jalan,” tuturnya. (Bayu M/RBG)