SERANG – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Banten hanya akan memberangkatkan atlet posisi tiga besar pada babak kualifikasi (Pra-PON) menuju PON XX Papua 2020. Hal itu ditegaskan Ketua Umum KONI Banten Rumiah Kartoredjo pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) KONI Banten 2017 di Hotel Le Dian, Kota Serang, Jumat (31/3) sore.
Selain dihadiri perwakilan KONI Pusat, RAT KONI Banten 2017 juga dihadiri Kepala Dispora Banten Deden Apriandhi mewakili Penjabat Gubernur Nata Irawan, Sekretaris Dispora Ai Deha Suzana, perwakilan delapan KONI kabupaten kota se-Banten, dan perwakilan pengurus provinsi (pengprov).
Rumiah Kartoredjo mengatakan, PON XX Papua 2020 berbeda dengan pelaksanaan PON yang sudah-sudah. Selain akan dipangkasnya cabang olahraga (cabor) dan nomor pertandingan, kuota atlet juga akan dibatasi. “Cabor yang akan dipertandingkan di PON Papua tidak sebanyak yang di PON Jawa Barat. Tapi, itu belum final dan mudah-mudahan cabor unggulan Banten tidak ada yang dipangkas. Tapi, kita harus menyusun strategi dari sekarang agar masing-masing pengprov mulai bekerja keras dalam mempersiapkan atletnya,” kata Rumiah kepada awak media di Hotel Le Dian, Kota Serang, Jumat (31/3) sore.
Rumiah menambahkan, strategi yang dimaksud adalah dengan membuat kebijakan baru, yakni KONI Banten hanya akan memberangkatkan atlet peringkat tiga besar babak kualifikasi menuju PON Papua. “Fondasi sudah ada dan PON yang akan datang harus lebih baik lagi. Makanya, kita putuskan hanya membawa atlet peringkat tiga besar Pra-PON saja agar semua atlet kita bisa membawa pulang medali,” tegas mantan kapolda Banten itu.
Hasil kerja keras Pengprov, KONI kota kabupaten, dan Pemerintah Provinsi Banten dan kebijakan KONI Banten dengan hanya memberangkatkan peringkat lima besar Pra-PON pada PON XIX Jawa Barat 2016 telah membuahkan hasil. “PON XIX Jawa Barat mampu membuat Banten Cemerlang. Dari sebelumnya peringkat 21, PON XIX Jawa Barat 2016 Banten mampu bertengger di peringkat 13. Ini sebuah prestasi yang sangat luar biasa. Selain itu, untuk meningkatkan prestasi di PON XX, KONI Banten juga membuat kebijakan untuk menggelar pemusatan pelatihan daerah (pelatda) jangka panjang mulai tahun 2017 bagi cabor dan atlet peraih medali di PON lalu. Selain itu, pelatda juga diutamakan bagi cabor yang akan dipertandingkan di PON Papua,” paparnya.
Kepala Dispora Banten Deden Apriandhi menyatakan, pemerintah siap mendukung program pembinaan yang dilakukan KONI Banten untuk meningkatkan prestasi atlet Banten di kancah nasional dan internasional. “Kami akan fokus ke pembangunan sport center. Bahkan, kami akan mengusulkan pendirian sekolah khusus olahraga (SKO) agar pembinaan olahraga di Banten semakin terfokus,” ucapnya.
Menghadapi PON XX Papua 2020, Pemerintah Provinsi Banten setuju dengan rancangan KONI yang hanya akan memberangkatkan atlet tiga besar Pra-PON ke PON Papua nanti. “Kita hanya akan kirim atlet yang benar-benar memiliki potensi meraih medali. Papua sangat jauh dan sayang kalau kita sekadar partisipasi saja. Atlet Banten kudu berprestasi di PON Papua nanti,” tegas Dede.
Masih di tempat yang sama, Wakil Ketua Umum I KONI Pusat Suwarno mengatakan, KONI Banten di bawah pimpinan Rumiah Kartoredjo sudah menjelma menjadi kekuatan baru olahraga Indonesia dan selalu menjadi buah bibir di setiap kegiatan KONI Pusat.
“Mungkin kalau tidak ada hal nonteknis terjadi di PON Jawa Barat, kontingen Banten bisa finis sepuluh besar. KONI Pusat bahkan ingin mengadopsi program KONI Banten dalam hal kebijakan atlet yang dikirim ke multievent. Seperti pada PON XIX, Banten hanya mengirim peringkat lima besar Pra-PON. Hasilnya terbukti kan, dari peringkat 21 di PON 2012 dan peringkat 13 di PON 2016. Seharusnya provinsi lain dan bahkan Indonesia juga melakukan itu sehingga atlet yang dikirim memiliki potensi untuk meraih medali,” katanya.
Mengenai persiapan PON Papua, tuan rumah hanya akan mempertandingkan 38 cabor sesuai kemampuan venue dan lainnya. “Papua siap menggelar PON, tapi masih banyak yang harus kita bantu. Seperti venue dan lainnya. Jumlah cabor juga terbatas dan nomornya juga dikurangi karena wilayah Papua hanya bisa menampung 6.000 atlet. Bahkan, kami punya rencana untuk babak kualifikasi kecuali sepak bola kita batasi menjadi delapan besar. Kalau PON lalu kan 16 besar, sekarang delapan besar. Sudah tepat sekali Banten mencanangkan hanya mengirim atlet tiga besar Pra-PON,” tutup Suwarno. (Andre AP/Radar Banten)