Ibadah puasa Ramadan tahun ini adalah sarana untuk mempersiapkan diri menjadi manusia yang berkualitas terbaik, berkesempatan untuk melaksanakan mudik hakiki, yaitu mudik ke kampung rohani secara spiritual, sebelum menuju ke mudik sejati menuju keabadian menghadap Ilahi Rabbi.
Secara spiritual, mudik dalam Alquran berarti kembali kepada ampunan Allah. Sebagaimana perintah Allah swt dalam firman-Nya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang hanya disediakan bagi orang-orang yang bertakwa (QS Ali ‘Imran: 133)”. Inilah perjalanan mudik utama yang harus dilakukan oleh muslim yaitu segera ‘mudik’ dengan cara kembali kepada ampunan Tuhan.
Bekal yang harus kita bawa sebagai muslim yang telah menunaikan ibadah puasa dengan penuh suka cita dan keikhlasan yang dilandasi keimanan. Derajat ketakwaan sebagai hasil ibadah puasa adalah bekal yang sangat berharga. Inilah sejatinya bekal mudik utama, menuju mudik sejati kembali kepada Penguasa Kehidupan dan Kematian. Berbekallah untuk masa depan akhiratmu, maka sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah ketakwaan kepada Allah swt.
Pelaksanaan ibadah puasa Ramadan dan ibadah sunah Ramadan, tarawih, tadarus dan tadabur Alquran, sedekah dan ibadah lainnya, melatih dan mengarahkan kita menjadi manusia yang sabar, disiplin, gemar bersilaturahmi, memiliki empati terhadap sesama, rendah hati, dan jujur. Inilah ciri-ciri manusia unggul yang akan mampu menyemai peradaban mulia yang akan memakmurkan bangsa, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa.
Menjadi manusia unggul yang siap menghadapi tantangan dan godaan kehidupan dunia modern. Siap memiliki daya tahan menghadapi peperangan modern semodel proxy war atau perang asimetrik yang menggunakan invasi kerusakan moral dan budaya.
Kita harus menjadi muslim Indonesia berkualitas, yang beriman dan bertakwa, dengan kriteria unggul yang tercermin dari perilaku hidup yang bermakna dan bermanfaat bagi sesama.
Kita harus menjadi muslim yang simpatik dan pemberi teladan, bukan pemicu konflik dan permusuhan. Menjadi muslim yang toleran bukan arogan, menjadi muslim yang bermutu karena ilmu, berkah karena banyak sedekah, muslim yang tenang dan ramah karena berpedoman Quran dan sunah.
Inilah kriteria manusia manusia unggul, manusia Indonesia dengan kualitas keimanan dan ketakwaan yang tinggi, yang siap menjadi tentara-tentara muslim Indonesia unggul yang akan mampu membuktikan Islam rahmatan lil aalamiin. (*)