TANGERANG – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangsel KH Saidi menegaskan untuk mencegah timbulnya konflik di masyarakat, perlu dikedepankan upaya dialogis. Dialog bertumpu atas dasar ketulusan, keterbukaan dan keterusterangan dalam penyelesaian masalah. Jika ini dilakukan, potensi konflik dapat diredam di Kota Tangsel.
Hal itu mengemuka dalam seminar antar umat beragama, di RM Lubana Sengkol, Kecamatan Setu, Rabu (2/10). Seminar ini bertujuan untuk mewujudkan Tangsel yang sebagai kota religius. Apalagi, letak Kota Tangsel berbatasan langsung dengan DKI Jakarta sehingga rawan terimbas konflik.
Sementara, Wakil Walikota Tangsel Benyamin Davnie mengajak masyarakat untuk mewujudkan Kota Tangsel yang religius. “Saya hadir bersama dengan pemuka berbagai agama di forum ini sebagai bukti negara ini memberikan ruang yang nyaman bagi warganya untuk mencari keyakinannya masing-masing,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Pak Ben ini menambahkan, seminar antar umat beragama ini sangat penting bagi kota yang memiliki penduduk 1.6 juta jiwa. “Makanya kita harus saling menjaga dan bersilatuhrami meski kita beda keyakinan untuk mempersatukan masyarakat yang besar ini di Kota Tangsel,” tambahnya.
Peran agama sangat penting untuk menciptakan kerukunan kehidupan. Seperti hidup akan tenang jika mengikuti ajaran agama, sosial juga akan tenang kalau hidup sesuai dengan agama. Begitu pula dengan kondisi politik, akan tenang kalau mengikuti agama. “Mari kita bangun kembali nilai-nilai agama yang ada di sekitar kita untuk membangun Kota Tangsel,” jelasnya.
Mantan Birokrat Pemkab Tangerang ini menuturkan, dengan adanya pertemuan rutin diharapkan memunculkan komunikasi antarumat beragama di Kota Tangsel. “Kota Tangsel menjadi satu tempat bersosialisasi dalam hal ini kerukunan dan dialog umat beragama. Karena, persoalan biasanya muncul karena tidak ada komunikasi,” tuturnya. (asp/rbnn)