JAKARTA – Ulama kharismatik asal India, Zakir Abdul Karim Naik, mulai melakukan safari ke sejumlah tempat di Indonesia. Hari Jumat (31/3) ini, pakar studi perbandingan agama itu mengunjungi kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, untuk bertemu Ketua MPR RI Zulkifli Hasan.
Tak hanya bertemu para tokoh dan ulama, murid dari Ahmad Deedat tersebut berencana memberikan ceramah di sejumlah kota.
Dilansir dari lama Facebook Dzatchannel-media partner Zakir Naik-, ada empat kota yang bakal dikunjungi sang ulama. Yaitu Auditorium UPI Bandung, 02 April pukul 08.00-12.00; Lapangan Unida, Gontor, Ponorogo, 04 April pukul 19.30-24.00; Stadion Patriot, Kota Bekasi, 08 April; dan Lapangan Umnas, Makasar, 10 April.
Semua ceramah Zakir Abdul Karim Naik bakal disiarkan secara live steraming di Dzatchannel. Bagi warga yang tak mendapat kebagian tempat, bisa mengakses situs tersebut.
Saat bertemu dengan Ketua MPR Zulkifli Hasan, Zakir Abdul Karim Naik mengaku mengagumi Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama muslim. Bahkan Islam di Indonesia dianggap agama yang paling toleran.
Atas dasar itu, Zakir Naik memilih berkunjung ke Indonesia selama 12 hari ke depan. “Itulah kenapa saya datang ke Indonesia,” ujar Zakir, sebagaimana dilansir JawaPos.com.
Lebih jauh dari itu dia memandang sejarah berkembangnnya Islam di Indonesia tidak disertai dengan paksaan. “Tidak ada penekanan angkatan bersenjata di dalamnya (di Indonesia). Islam tersebar melalui cinta, melalui akhlak, dan sopan santun,” tutur Zakir Naik.
Berbeda dengan India dimana mereka perlu memaksa pemerintahnya untuk menerima keberadaan umat muslim. Hingga kini pun, pemerintah di negeri itu tidak terlalu dekat dengan penduduk muslim.
“Alhamdulillah Indonesia adalah negara yang damai dan saya rasa Indonesia adalah negara yang sekular meskipun muslim menjadi mayoritas,” pungkas presiden Islamic Research Foundation itu.
Dia bercerita, saat ini ada penyimpangan makna tentang Islam. Ada yang mengatakan bahwa Islam tersebar melalui kekerasan.
Untuk itu, Zakir Naik perlu menyampaikan dakwahnya mengenai Islam ke sejumlah negara. “Islam agama paling toleran, dan tidak memaksa siapapun. Kita tidak bisa memaksa siapapun untuk bisa menerima Islam,” pungkasnya. (dna/JPG)