“Bahan peledak yang digunakan adalah TATP. Ini adalah jenis mudah dibuat tapi sangat sensitif dan tidak stabil dan termasuk dalam kategori high explosive. Banyak rekan-rekan tulis low, tapi sebenarnya tidak,” kata Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Tito Karnavian kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya Jakarta, Kamis (29/10/2015).
Ada Ledakan di Mall Alam Sutera Rumah Warga BIP Serang Digerebek Gegana
Kapolda menjelaskan, istilah high atau low explosive ini diukur oleh Velocity of Detonate (VoD) atau kecepatan pembakaran. “Jadi ada ukuran di bawah 100 m/s atau 3000 m/s daya bakarnya berubah jadi gas dan menimbulkan getaran (shockwave), kalau di bawah itu disebut low explosive. Misalnya black powder untuk mercon. Nah itu di bawah itu (low explosive),” ucap dia.
Sementara kategori bahan peledak high explosive memiliki velocity of detonate (VoD) di atas 3.000 m/s. “Khusus TATP ini kecepatanya 5.300 m/s. Jadi masuk dalam kategori high explosive,” sebut Tito.
Meski berdaya ledak tinggi, namun bom TATP yang dirakit oleh Leo tidak menimbulkan ledakan yang kuat, berbeda dengan bom Bali yang sebenarnya menggunakan black powder (low explosive) namun justru menimbulkan banyak korban tewas. Yang membedakannya adalah kuantitas bom.
“Dampak seperti low explosive bom bali, Ritz Carlton atau JW Marriot itu jika dalam jumlah banyak. Itu low explosive tapi dalam jumlah besar jadi menimbulkan dampak korban jumlah banyak. Sebaliknya high explosive jika digunakan dalam jumlah kecil, 10 atau 15 gram akhirnya daya rusak rendah. Tapi ini sangat berbahaya dan tidak stabil dan dapat dibuat dari komponen rumah tangga, salah satunya tinner cat. Tersangka mempelajari itu dari google,” katanya.
Bentuk senyawa kimia TATP ini berupa serbuk dengan butiran seukuran gula pasir.TATP ini memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap suhu udara di atas 86 derajat Celcius, gesekan benturan dan aliran listrik. TATP tidak larut dalam air dan baunya menyerupai aseton. “Biasa disebut nama lainnya ‘Mother of Satan’ atau peroxyaceton,” tuturnya.
TATP buatan tersangka menggunakan switching sebagai pemicu detonator yang disesuaikan dengan pengaturan waktu alarm. (bbs/rbc)
“Bahan peledak yang digunakan adalah TATP. Ini adalah jenis mudah dibuat tapi sangat sensitif dan tidak stabil dan termasuk dalam kategori high explosive. Banyak rekan-rekan tulis low, tapi sebenarnya tidak,” kata Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Tito Karnavian kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya Jakarta, Kamis (29/10/2015).
Ada Ledakan di Mall Alam Sutera Rumah Warga BIP Serang Digerebek Gegana
Kapolda menjelaskan, istilah high atau low explosive ini diukur oleh Velocity of Detonate (VoD) atau kecepatan pembakaran. “Jadi ada ukuran di bawah 100 m/s atau 3000 m/s daya bakarnya berubah jadi gas dan menimbulkan getaran (shockwave), kalau di bawah itu disebut low explosive. Misalnya black powder untuk mercon. Nah itu di bawah itu (low explosive),” ucap dia.
Sementara kategori bahan peledak high explosive memiliki velocity of detonate (VoD) di atas 3.000 m/s. “Khusus TATP ini kecepatanya 5.300 m/s. Jadi masuk dalam kategori high explosive,” sebut Tito.
Meski berdaya ledak tinggi, namun bom TATP yang dirakit oleh Leo tidak menimbulkan ledakan yang kuat, berbeda dengan bom Bali yang sebenarnya menggunakan black powder (low explosive) namun justru menimbulkan banyak korban tewas. Yang membedakannya adalah kuantitas bom.
“Dampak seperti low explosive bom bali, Ritz Carlton atau JW Marriot itu jika dalam jumlah banyak. Itu low explosive tapi dalam jumlah besar jadi menimbulkan dampak korban jumlah banyak. Sebaliknya high explosive jika digunakan dalam jumlah kecil, 10 atau 15 gram akhirnya daya rusak rendah. Tapi ini sangat berbahaya dan tidak stabil dan dapat dibuat dari komponen rumah tangga, salah satunya tinner cat. Tersangka mempelajari itu dari google,” katanya.
Bentuk senyawa kimia TATP ini berupa serbuk dengan butiran seukuran gula pasir.TATP ini memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap suhu udara di atas 86 derajat Celcius, gesekan benturan dan aliran listrik. TATP tidak larut dalam air dan baunya menyerupai aseton. “Biasa disebut nama lainnya ‘Mother of Satan’ atau peroxyaceton,” tuturnya.
TATP buatan tersangka menggunakan switching sebagai pemicu detonator yang disesuaikan dengan pengaturan waktu alarm. (bbs/rbc)
“Bahan peledak yang digunakan adalah TATP. Ini adalah jenis mudah dibuat tapi sangat sensitif dan tidak stabil dan termasuk dalam kategori high explosive. Banyak rekan-rekan tulis low, tapi sebenarnya tidak,” kata Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Tito Karnavian kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya Jakarta, Kamis (29/10/2015).
Ada Ledakan di Mall Alam Sutera Rumah Warga BIP Serang Digerebek Gegana
Kapolda menjelaskan, istilah high atau low explosive ini diukur oleh Velocity of Detonate (VoD) atau kecepatan pembakaran. “Jadi ada ukuran di bawah 100 m/s atau 3000 m/s daya bakarnya berubah jadi gas dan menimbulkan getaran (shockwave), kalau di bawah itu disebut low explosive. Misalnya black powder untuk mercon. Nah itu di bawah itu (low explosive),” ucap dia.
Sementara kategori bahan peledak high explosive memiliki velocity of detonate (VoD) di atas 3.000 m/s. “Khusus TATP ini kecepatanya 5.300 m/s. Jadi masuk dalam kategori high explosive,” sebut Tito.
Meski berdaya ledak tinggi, namun bom TATP yang dirakit oleh Leo tidak menimbulkan ledakan yang kuat, berbeda dengan bom Bali yang sebenarnya menggunakan black powder (low explosive) namun justru menimbulkan banyak korban tewas. Yang membedakannya adalah kuantitas bom.
“Dampak seperti low explosive bom bali, Ritz Carlton atau JW Marriot itu jika dalam jumlah banyak. Itu low explosive tapi dalam jumlah besar jadi menimbulkan dampak korban jumlah banyak. Sebaliknya high explosive jika digunakan dalam jumlah kecil, 10 atau 15 gram akhirnya daya rusak rendah. Tapi ini sangat berbahaya dan tidak stabil dan dapat dibuat dari komponen rumah tangga, salah satunya tinner cat. Tersangka mempelajari itu dari google,” katanya.
Bentuk senyawa kimia TATP ini berupa serbuk dengan butiran seukuran gula pasir.TATP ini memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap suhu udara di atas 86 derajat Celcius, gesekan benturan dan aliran listrik. TATP tidak larut dalam air dan baunya menyerupai aseton. “Biasa disebut nama lainnya ‘Mother of Satan’ atau peroxyaceton,” tuturnya.
TATP buatan tersangka menggunakan switching sebagai pemicu detonator yang disesuaikan dengan pengaturan waktu alarm. (bbs/rbc)
“Bahan peledak yang digunakan adalah TATP. Ini adalah jenis mudah dibuat tapi sangat sensitif dan tidak stabil dan termasuk dalam kategori high explosive. Banyak rekan-rekan tulis low, tapi sebenarnya tidak,” kata Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Tito Karnavian kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya Jakarta, Kamis (29/10/2015).
Ada Ledakan di Mall Alam Sutera Rumah Warga BIP Serang Digerebek Gegana
Kapolda menjelaskan, istilah high atau low explosive ini diukur oleh Velocity of Detonate (VoD) atau kecepatan pembakaran. “Jadi ada ukuran di bawah 100 m/s atau 3000 m/s daya bakarnya berubah jadi gas dan menimbulkan getaran (shockwave), kalau di bawah itu disebut low explosive. Misalnya black powder untuk mercon. Nah itu di bawah itu (low explosive),” ucap dia.
Sementara kategori bahan peledak high explosive memiliki velocity of detonate (VoD) di atas 3.000 m/s. “Khusus TATP ini kecepatanya 5.300 m/s. Jadi masuk dalam kategori high explosive,” sebut Tito.
Meski berdaya ledak tinggi, namun bom TATP yang dirakit oleh Leo tidak menimbulkan ledakan yang kuat, berbeda dengan bom Bali yang sebenarnya menggunakan black powder (low explosive) namun justru menimbulkan banyak korban tewas. Yang membedakannya adalah kuantitas bom.
“Dampak seperti low explosive bom bali, Ritz Carlton atau JW Marriot itu jika dalam jumlah banyak. Itu low explosive tapi dalam jumlah besar jadi menimbulkan dampak korban jumlah banyak. Sebaliknya high explosive jika digunakan dalam jumlah kecil, 10 atau 15 gram akhirnya daya rusak rendah. Tapi ini sangat berbahaya dan tidak stabil dan dapat dibuat dari komponen rumah tangga, salah satunya tinner cat. Tersangka mempelajari itu dari google,” katanya.
Bentuk senyawa kimia TATP ini berupa serbuk dengan butiran seukuran gula pasir.TATP ini memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap suhu udara di atas 86 derajat Celcius, gesekan benturan dan aliran listrik. TATP tidak larut dalam air dan baunya menyerupai aseton. “Biasa disebut nama lainnya ‘Mother of Satan’ atau peroxyaceton,” tuturnya.
TATP buatan tersangka menggunakan switching sebagai pemicu detonator yang disesuaikan dengan pengaturan waktu alarm. (bbs/rbc)