Orang lain melihat Juki (42) nama samaran, yang punya istri cantik dan muda, sebut saja Maya (28), menyangka bahagia. Padahal, Juki malah sering elus dada alias sabar-sabar.
Bagaimana tidak, kata Juki, kalau dibandingkan antara bahagia dan menderita, malah justru lebih banyak deritanya. Juki harus bisa menerima sikap Maya yang masih kekanak-kanakan, manja, dan banyak lelaki lain yang mencoba menghancurkan rumah tangga keduanya. Astaga.
“Cobaan dan godaannya berat, saya cuma bisa elus dada,” kata Juki saat curhat dengan Radar Banten di salah satu warung kopi di Kecamatan Waringinkurung, Selasa (14/9).
Kisah Juki dan Maya ini berawal saat Juki meminta pertolongan seorang guru sekaligus ustaz di salah satu pesantren di Pandeglang soal jodoh. Saat itu usia Juki hampir menginjak kepala empat, tapi karena fokus membangun usaha di bidang pertanian dan buah-buahan, ia belum menikah.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, kebetulan, ada orangtua santriwati yang juga sedang minta dicarikan jodoh, tak lain ialah orangtuanya Maya. Mereka pun dipertemukan oleh sang ustaz dan saling berkenalan.
Pada pertemuan pertama itu, orangtua Maya menunjukkan sikap ramah, tapi tidak dengan Maya yang cuek dan jutek. Mungkin karena usia Juki yang terlampau tua, Maya kurang tertarik.
Tapi Juki tak menyerah, ibarat perang, ia mulai menyusun strategi serangan guna menaklukan hati sang pujaan hati. Seminggu kemudian, Juki mendatangi rumah Maya sambil membawa bunga.
Tapi Maya tetap cuek dan acuh, saat itu Juki lagi-lagi pulang tanpa hasil. Tapi masih ada cara lain, minggu berikutnya, Juki datang membawa mobil mewah dan mengajak Maya jalan-jalan ke mal. “Saya sudah kongkalikong sama bapaknya, pura-pura nyuruh beli mesin cuci, padahal tujuannya biar deket,” katanya.
Tak disangka, cara itu pun manjur. Maya mulai bisa diajak mengobrol, ia juga tak sungkan memilih beberapa baju yang dibelikan Juki. Minggu berikutnya, Maya minta dibelikan ponsel baru. “Enggak masalah keluar uang, yang penting bisa nikah sama Maya,” katanya.
Tiga bulan menjalankan misi pendekatan, akhirnya Maya pun mau menerima Juki sebagai suami. Mereka pun menikah, Juki dan Maya tinggal di rumah pribadi Juki. Rumah tangga mereka pun awalnya harmonis.
Tapi, di dua bulan berjalan, Juki mulai tak tahan dengan sikap Maya. Manja, emosian, tidak menurut, tidak mau masak, kebanyakan tidur, bahkan sering kelayaban bersama teman-teman.
Bukan hanya teman wanita, tapi juga teman lelaki yang terkadang jemput ke rumah ramai-ramai. Juki sebenarnya sudah melarang, tapi Maya melawan dan mengancam mau kabur kalau dilarang-larang. “Saya kudu sabar banget ngadepin dia,” katanya.
Sampai akhirnya, setahun berumah tangga, Maya hamil anak pertama. Selama masa kehamilan sih Maya mulai menurut apa kata suami. Tapi setelah melahirkan, saat badannya mulai sehat, ia kembali ke kehidupannya bersama teman-teman. “Anak mah dititip ke ibu saya,” akunya.
Juki sebenarnya sudah banyak yang menyarankan agar bersikap tegas dan menceraikan Maya, tapi ia tidak mau. “Sabar ajalah, semoga nanti Maya bisa berubah,” harapnya. Semangat ya Kang Juki. (drp/air)