Vivi (27) nama samaran, duduk di sudut ruangan. Wanita turunan Flores dan Cina benteng, Tangerang, ini sesekali mengibas-kibaskan rambutnya yang panjang sebahu. Aroma tubuhnya tercium harum, tidak terlalu menyengat tapi tidak juga tersamar. Cukup untuk membuat para pria hidung belang nyaman di dekatnya.
Saat itu, ia tengah menunggu seorang pelanggan. Katanya sih, orang tersebut masih dalam perjalanan. Namun sebelum ia bekerja, Radar Banten menyempatkan diri untuk bertanya tentang kisah pribadi Vivi. “Mau tahu aja apa mau tahu banget ?” tanya Vivi.
Janda anak satu ini mengaku baru terjun di dunia remang-remang selama tujuh bulan. Alasan utama, untuk membiayai anaknya yang baru berusia enam tahun. “Ini buat anak, saya belum punya cara lain untuk menghidupi anak saya,” aku Vivi.
Diakui memang, wajah Vivi yang ayu dengan tubuh tinggi semampai bak model menjadi pemikat pria-pria berduit untuk mendatangi panti pijat tempat ia bekerja. Terhitung ada puluhan wanita cantik yang bekerja di panti tersebut. Jelas saja, tempat pijat ini menjadi destinasi para hidung belang yang ingin melepas penat. Memang tempatnya di mana sih? Rahasia dong. “Badan saya sudah bawaan lahir kaya gini,” katanya.
Vivi adalah wanita produk sakit hati. Ia punya pengalaman buruk dengan pernikahannya, tujuh tahun lalu. Itu ketika Vivi menikah dengan Gotoh (38), nama samaran mantan suami. Ia di bohongi Gotoh, sebab saat menikah Gotoh sudah memiliki istri. “Mengaku kepada saya, dia itu duda. Ternyata statusnya masih resmi menikah,” ujarnya.
Mungkin karena masih muda, Vivi mudah diperdaya oleh Gotoh. Sehingga pernikahannya pun hanya bertahan satu bulan. “Saya dilabrak istrinya, dia bilang kalau saya pengganggu rumah tangga orang. Setelah itu, saya ceraikan Mas Gotoh,” aku Vivi.
Entah keputusan Vivi terlalu cepat atau tidak, namun Vivi agak menyesal memutuskan bercerai dengan Gotoh. Sebab beberapa bulan kemudian Vivi berbadan dua, sehingga ia hamil tanpa didampingi suami. “Untung masih ada orangtua,” tutur Vivi.
Setelah melahirkan, Vivi mengurus badannya agar kembali terlihat singset. Tujuannya agar bisa memikat hati pria berikutnya. Namun sayang, lagi-lagi yang datang kepadanya adalah para pria hidung belang. “Enggak tahu kenapa, tapi yang datang kepada saya pria-pria enggak benar semua,” akunya.
Lantaran kebanyakan didatangi para pria hidung belang, Vivi belajar tidak antipati terhadap pria semacam itu. Beberapa kali Vivi menjadi wanita simpanan sejumlah suami, yang ia kejar adalah uang tips usai menemani para pria itu. “Sekalian kejebros Mas. Sebab uang tipsnya lumayan besar, untuk beli susu anak,” jelasnya.
Tidak jarang para istri gerah terhadap Vivi. Lama-kelamaan, Vivi tidak betah dengan langkah yang ia ambil. Karena itu ia mencoba mencari pekerjaan. Lalu ia mendatangi tempat pijat plus-plus di mana dia bekerja sekarang. “Saya dikasih tahu teman,” jelasnya.
Awal menjadi tukang pijat, Vivi belum terbiasa. Ia perlu belajar banyak tentang teknik memijat serta alat pijat plus-plus. Lalu apa yang ia rasakan setelah bekerja selama tujuh bulan terakhir? “Hmmmm, tipsnya lumayan sih. Walau enggak sebesar tips jadi simpanan orang kaya. Tapi setidaknya tidak ada yang komplain, khususnya istri para lelaki itu,” jelasnya.
Selain itu, Vivi tidak jarang diajak kencan oleh beberapa pelanggannya. Karenanya, ia berharap suatu saat ada lelaki yang tepat mau meminang dan menariknya dari ruangan remang-remang itu. “Namanya harapan ya ada aja lah Mas. Kalau memang ada jalan, saya juga ingin seperti perempuan lain. Tapi kalau sekarang saya belum bisa, yang saya pikirkan bagaimana caranya agar anak bisa makan,” aku Vivi. (Sigit/Radar Banten)