Oleh karena itu, Deni menekankan salah satu tujuan Seminar Nasional GPMB yang terpenting yaitu memperoleh berbagai praktik baik dan berbagai upaya yang sudah, sedang dan akan dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat; dan pengurus GPMB baik pusat maupun daerah hingga desa dalam meningkatkan dan mengembangkan minat baca dan literasi Indonesia.
Ketua Umum GPMB Tjahjo Suprajogo dalam sambutan sekaligus prolog pembuka seminar menyampaikan bahwa tema tersebut dipecah dalam 7 topik bahasan yang disampaikan dalam dua hari. Tujuh topik pembahasan tersebut membawa para peserta memahami dan menelusuri perjalanan literasi bangsa Indonesia. Budaya literasi yang diawali dengan tradisi lisan ternyata menumbuhkan minat dan kegemaran bahkan kebiasaan membaca. Kebisaan dan kebiasaan membaca lebih lanjut bisa meningkatkan kemampuan membaca.
“Membaca tidak sekadar yang tersurat tetapi juga membaca yang tersirat. Tingkat literasi yang tinggi ditandai dengan memahami teks secara analitis, kritis dan reflektif. Pemahaman dan penerapannya dalam kehidupan, akan membawa Indonesia maju,” ungkap Tjahjo dikutip dari siaran pers.
Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca (PAPPBB) Perpusnas RI Adin Bondar dalam sambutan pembukanya di hari kedua, menyampaikan adanya isu disrupsi teknologi yag dipercepat karena pandemi Covid-19.
Adin menengarai adanya gejala aliterasi di masyarakat, yaitu sifat makin abai dan acuh dengan lingkungan akibat penggunaan gadget yang makin tinggi selama pandemi. Oleh karena itu, lanjut Adin, GPMB diharapkan menjadi antitesis dari kondisi tersebut dengan berbagai programnya yang bertujuan untuk membentuk masyarakat cerdas, kreatif, dan sejahtera. (aas)