SERANG – Meski mahasiswa berpotensi menjadi sasaran target perekrutan dan penyebaran ajaran terorisme, kampus sebagai lembaga pendidikan dapat berkontribusi besar dalam pencegahannya.
Kemarin, Badan Koordinasi Pencegahan Terorisme (BKPT) Banten sengaja menggelar diskusi pencegahan terorisme di Universitas Syekh Yusuf (Unis) Kota Tangerang. Dalam sambutannya, Ketua FKPT Banten Brigjen Pol (Purn) Rumiah Kartoredjo mengajak civitas akademika Unis Tangerang meredam radikalisme di lingkungan kampus. “Sebab, ini dapat berdampak kepada masyarakat sekitar,” katanya.
Selain menghadirkan akademisi Universitas Indonesia Muh Syauqillah dan Wakil Rektor III Unis Nasir Abas, pihak FKPT mengundang Amir Muzakir yang merupakan mantan aktivis Jamaah Islamiyah.
Pada kesempatan tersebut, Amir Muzakir menyampaikan testimoni atas aktivitasnya di masa lalu. Maksudnya, untuk memberikan gambaran memahami alur perekrutan sampai melakukan eksekusi. Termasuk, pendalaman untuk menangkis upaya-upaya perekrutan di lingkungan kampus.
Rumiah Kartoredjo mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan karena kampus menjadi tempat yang paling potensial berkembangnya aktivitas yang cenderung eksklusif dan radikal. Dengan demikian, revivalisme Islam tidak muncul dari kampus-kampus berbasis keagamaan, tetapi dari kampus-kampus sekuler atau umum. “Perguruan tinggi umum lebih mudah menjadi target recruitment gerakan-gerakan radikal, sementara perguruan tinggi berbasis keagamaan dianggap lebih sulit,” ujarnya.
Berdasarkan hasil survei LIPI tahun 2015, empat persen orang Indonesia menyetujui kelompok militan negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka berumur antara 19-25 tahun, sedangkan lima persen di antaranya adalah mahasiswa. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Anas Saidi mengatakan, radikalisme ideologi jika tidak dicegah dari sekarang, bukan mustahil Indonesia menjadi negara yang porak-poranda dan dipecah karena perbedaan ideologis. (Supriyono/RBG)