CILEGON – Pada dua bulan pertama 2019, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Cilegon melonjak hingga 100 persen. Dinas Kesehatan (Dinkes) pada Januari menemukan 40 kasus, kemudian di Februari 82 kasus. Sedangkan, pekan kedua Maret sudah 14 kasus dan seorang warga meninggal dunia.
Kepala Dinkes Kota Cilegon dr Arriadna mengatakan, seorang warga yang meninggal dunia dikarenakan kasus DBD adalah warga Kecamatan Pulomerak. Ia menjelaskan, dari awal tahun kasus DBD mengalami tren peningkatan. “Saya baru dapat info ada yang meninggal kemarin satu orang di Kecamatan Pulomerak. Kalau kasusnya paling banyak di Kecamatan Citangkil 25 kasus,” ujarnya kepada Radar Banten, Jumat (15/3).
Perempuan yang akrab disapa Nana itu mengaku tren peningkatan terjadi dikarenakan 2019 memasuki siklus tiga tahunan. Pada tiga bulan pertama 2016 terdapat 240 kasus, sedangkan pada 2017 dan 2018 mengalami penurunan.
Kini, tercatat hingga 10 Maret 2019, sudah ditemukan 136 kasus. Adanya temuan warga yang meninggal tentu membuat prihatin. “Yang kami perhatikan adalah siklus tiga tahunan. Tahun ini jelas akan ada lonjakan kasus. Tapi, kami berusaha kasus harus di bawah 2016,” harapnya.
Nana mengungkapkan dalam penemuan kasus DBD terdapat dua siklus. Pertama siklus tiga tahunan dan siklus lima tahunan. “Kalau lima tahunan, kasus tertinggi Cilegon di 2010. Pada 2015 tinggi juga tapi di bawah kasus 2010. Tahun 2020 kami masih harus meningkatkan kewaspadaan dini terhadap lonjakan kasus,” ujarnya.
Penyebab utama dari penyakit DBD, kata Nana, nyamuk aedes aegypti tumbuh subur dalam genangan-genangan air. Dia pun memberikan imbauan kepada Puskesmas untuk melakukan koordinasi dengan camat dan lurah. Itu dilakukan agar ada upaya memutus mata rantai penyebaran dan pertumbuhan nyamuk. “Gerakan 3-M plus harus terus dilakukan. Itu sebagai upaya memutus mata rantai siklus hidup nyamuk aedes aegypti sebagai sumber penularan DBD,” katanya.
Lebih lanjut, Nana menjelaskan partisipasi masyarakat dalam menerapkan 3-M plus juga menjadi langkah penting menekan terjadinya kasus DBD. “Masyarakat harus berperan aktif kalau tidak mau tertular DBD. Tidak ada keberhasilan pemberantasan penyakit tanpa peran serta aktif dari masyarakat,” terangnya. (Fauzan Dardiri)