JIKA kita berbicara tentang Indonesia, tentulah kita teringat keberagaman dari berbagai aspek yang dimiliki negeri yang kaya ini. Dan hal tersebut telah menjadi identitas dari bangsa indonesia.
Sebuah bangsa yang dijuluki dengan tanah surga ini, telah di anugerahi dengan berbagai macam keberagaman yang ada. Mulai dari suku, budaya, agama, dan etnik yang ada. Serta tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakatnya yang multikultural.
Lalu, tersirat sebuah pertanyaan dari penulis. Yaitu apakah masyarakat yang hidup di tengah-tengah keberagaman yang ada, sudah menjiwai dan menghargai aspek perbedaan dari keberagaman tersebut, terkhusus di kalangan kaum muda.
Singkat penulis, jawabannya bisa dilihat dari potret gaya pergaulan anak muda sekarang. Banyak potret kejadian kelam dari imbas pergaulan negatif yang dilakukan, seperti tawuran remaja, mabuk-mabukan, balapan liar, berkelahi karena berbeda pendapat, bullying karena berbeda ras dan budaya, dan tindak kenakalan serta kriminalitas lainnya.
Memang sungguh disayangkan. Jiwa dan gairah muda yang seharusnya menjadi cikal bakal persatuan dalam keberagaman, malah menumbuh benih-benih perpecahan dan kehancuran, yang memiliki semangat muda dan harapan bangsa dan bertitel agen of change, kini malam menjadi boomerang yang ada.
Lantas mengapa potret buram demikian bisa terjadi.? Beragam faktor muncul dari kejadian yang ada. Pertama, kaum muda atau remaja yang melakukan tindakan tersebut kurangnya perhatian dari orang tua, dan cenderung dari keluarga Broken Home.
Kedua Kebebasan bersosial media. Arus digitalisasi yang pesat, informasi apapun mudah di akses serta di dapat.Tayangan yang kurang mendidik menjadi penyebab kenakalan remaja. Mereka cenderung meniru tontonan yang ada sehingga kerap menjadi tuntunan dalam berperilaku.
Ketiga Kurangnya pendidikan agama. Agama mengajarkan kepada kebaikan, akhlak dan noma agama sangatlah penting di ajarkan kepada kaum muda. Pendidikan kebangsaan, kenegaraan dan keberagaman indonesia menjadi faktor utama persatuan bangsa.
Ke empat krisis identitas dan kontrol diri yang lemah menjadi potret buram kaum muda khususnya remaja. Mereka cendrung mencari kesenangan dan kebahagiaan dengan berbagai cara, tanpa memikirkan akibat yang akan di timbulkan.
Maka hal demikian dirasa menjadi tanggung jawab dari pihak-pihak yang berkesinambungan.
Orang tua wajib mendidik anak-anaknya untuk senantiasa mentaati norma dan peraturan yang ada, pembentukan moral menjadi hal yang tak boleh tertinggal, pengenalan dan pengakuan dari keberagaman budaya, suku, agama serta adat istiadat indonesa menjadi tanggung jawab dan harus dijaga bersama.
Toleransi dan tidak merasa paling benar sendiri, meng hormati ras lain, membangun sikap saling bernegara, bertetangga, dan berkeluarga menjadi modal dan sikap akan cinta dan toleran terhadap keberagaman.
Keberagaman yang hakiki serta disikapi dengan rasa cinta dan luas pengetahuan, akan menjadi sebuah keniscayaan dan kerukunan. Tuhan telah menciptakan keberagaman sebagai bahan I’tibar (pelajaran), bahwa bukanlah dari satu golongan ras, suku, dan budaya, atau agama mereka lah yang hanya di ciptakan.
Keberagaman mengajari kita sebuah pelajaran bagaimana bisa saling menghargai dan tidak ada perselisihan. Hal ini sudah tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an, surat Hud Ayat 118. Yang artinya berbunyi :
“Dan jika tuhanmu menghendaki, tentu dia jadikan manusia umat yang satu,tetapi mereka selalu berselisih (pendapat).” (Q.S Hud : 118 )
Pada ayat lain pun disebutkan dalam surat Al Hujurat, yang artinya berbunyi :
“Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha Teliti.”
(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)
Melihat ayat di atas dapat di tafsirkan bahwa tuhan menghendaki keberagaman agar terhindar dari perselisihan. Maka Sudah seharusnya orang yang beragama menghargai keberagaman dan perbedaan.
Karena persatuan dalam keberagaman merupakan suatu seni, di dalam seni tersebut tersimpan dan tersirat sebuah keindahan, dan juga bisa menampilkan sesuatu hal yang baru. Sehingga terdapat tafsir dan makna dari orang yang melihatnya secara berbeda. Itulah indah keberagaman.
Negara yang mempunyai kekayaan akan suku, budaya, ras, etnik, wisata, aneka flora dan fauna yang ada, sudah seharusnya dan sepantasnya kita syukuri rawat dan jaga sebagai kebanggaan kita terhadap bangsa. Mayoritas, minoritas harus disatukan dalam rasa solidaritas dan menjunjung tinggi semboyan Bhineka Tunggal Ika. *
Penulis : Muhdi Perdiansyah, Sekbid P3A HMI Komisariat Tigaraksa Cabang Kabupaten Tangerang