RANGKASBITUNG – Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak mengimbau para petani untuk tidak melakukan penanaman padi pada musim tanam kedua tahun ini. Soalnya, pada Juli hingga Agustus 2018 ini diprediksi akan memasuki musim kemarau.
“Bila dipaksakan dikhawatirkan akan kesulitan dalam memenuhi pasokan air,” ujar Sekretaris Distanbun Kabupaten Lebak Ade Fahrulwadi, Minggu (8/7).
Ia mengaku sudah menyampaikan surat imbauan kepada masyarakat untuk menunda penanaman tahap kedua melalui petugas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Distanbun di masing-masing kecamatan maupun mantri tani desa. “Kemungkinan September mendatang baru dapat dilakukan penanaman serempak, karena diprediksi pada bulan itu musim kemarau sudah mulai berlalu,” imbuhnya.
Selain musim kemarau juga, sebut Ade, untuk memutuskan mata rantai perkembangan hama wereng. Sebab, apabila para petani pada musim tanam kedua tetap menanam padi, selain kekeringan juga dikhawatirkan adanya serangan hama wereng. “Tentunya, lebih baik para petani pada musim tanam kedua diganti dengan tanaman palawija karena tidak membutuhkan pasokan air banyak. Saya berharap petani bisa berganti pola tanam dari padi ke palawija. Alhamdulilah, sejauh ini para petani sudah paham,” katanya.
Dia menambahkan, saat ini area persawahan di Kabupaten Lebak mulai mengalami kekeringan akibat curah hujan berkurang, jika ada hujan tetapi kapasitasnya ringan. Oleh karena itu, pihaknya berharap petani yang memiliki potensi sumber daya air seperti sungai diminta menggunakan pompanisasi. “Apalagi, sebagian besar lahan sawah di Kabupaten Lebak kategori tadah hujan,” paparnya.
Dia mengatakan, palawija merupakan jenis tanaman yang mudah beradaptasi dengan alam, terlebih saat terjadi musim kemarau. “Palawija seperti kacang hijau dan kedelai sanggup bertahan dengan persediaan air yang minim. Bahkan cukup dengan embun saja mereka masih bisa diproduksi secara baik,” katanya.
Terpisah, Wakil Kelompok Tani Mandiri, Kecamatan Kalanganyar, Hapidi mengatakan, selama satu bulan terakhir dia telah beralih dari tanaman padi ke tanaman palawija atau kacang-kacangan jelang musim kemarau. “Agar ladang kami tetap menghasilkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sementara kami beralih menanam palawija. Tanaman tersebut karena membutuhkan air lebih sedikit dibanding tanaman padi,” ujarnya. (Nurabidin Ence/RBG)