Bagai sayur kurang garam, begitulah kehidupan rumah tangga Parjo (38) nama samaran. Merasa kesepian, Parjo pun mencari pelarian, kecantol janda anak dua dan menceraikan istri, sebut saja (Tuti). Sampai akhirnya Parjo menyesali perbuatannya dan ingin kembali ke pelukan mantan istri. Yassalam.
“Sayangnya, mantan istri sudah menutup pintu rapat-rapat buat saya,” sesalnya. Biasa Kang penyesalan datang belakangan.
Ditemui Radar Banten di Kecamatan Cikande, Parjo siang terlihat murung menyendiri di warung kopi. Parjo yang kebetulan saat itu butuh teman curhat, langsung bercerita panjang lebar tentang masa lalunya bersama sang mantan istri. Parjo mengaku saat ini sedang meratapi penyesalan pernah menceraikan istrinya yang pertama karena telah berkhianat. Pardjo berselingkuh dengan janda anak dua, sebut saja Asih, hanya gara-gara menjalani hubungan rumah tangga jarak jauh dengan Tuti. Dalihnya sih gitu.
“Kejadian perselingkuhannya sudah tiga tahun lalu. Sekarang saya nyesel pengen balik lagi ke istri pertama,” akunya. Makanya jangan suka bermain api Kang.
Saat ini, Parjo sering menjenguk anak dan mantan istrinya di kediamannya di Lebak. Namun, kehadiran Parjo sepertinya sudah tidak dianggap oleh sang mantan yang sudah tidak sudi memaafkan kejadian itu. Perjumpaan Parjo dengan Tuti bermula saat mereka bekerja di pabrik yang sama. Saat jam pulang kerja, Parjo membantu Tuti yang saat itu kebetulan ingin mengeluarkan motor dari parkiran tapi kesulitan. Bak pahlawan datang keduluan, Parjo yang memang sudah lama mengincar Tuti tak mau membuang kesempatan. Setelah membantu mengeluarkan motor dari parkiran, Parjo pun langsung bergerak cepat mengajak kenalan.
“Antara kebetulan atau memang sudah jodoh. Dari situ (parkiran motor-red), saya dekat sama Tuti. Maklum, Tuti kan manis, kulitnya putih mulus, bodinya juga aduhai. Sikapnya juga lembut. Pokoknya kalau ama dia tuh nyaman aja,” akunya. Modus ya.
Lain dengan Parjo yang tampilannya biasa aja, Parjo cuma modal punya motor gede yang setiap hari dikendarainya untuk kerja yang kerap menarik perhatian karyawan lain. Parjo juga orangnya kalem dan selalu bersikap manis pada setiap wanita. Entah sifat apa memang buaya. Keesokan harinya, mereka bertemu di tempat yang sama. Parjo memberanikan diri untuk meminta nomor telepon. Beruntung Tuti merespons permintaan Parjo. Sejak itu, Parjo intens menjalin komunikasi dengan Tuti dan hubungan mereka pun semakin erat. Dari obrolan berlanjut ke jalan-jalan setiap libur kerja. Singkat cerita, keduanya saling jatuh cinta. Parjo mampu menaklukkan hati Tuti.
Tidak sampai tiga bulan menjalani hubungan pacaran, Parjo dan Tuti pun mengarah kepada hubungan serius lantaran merasa usia keduanya sudah sama-sama dewasa. Apalagi, keduanya sudah saling akrab dengan masing-masing orangtua. Tak berapa lama setelah proses lamaran, mereka menikah. Pesta pernikahan pun dilangsungkan cukup meriah. Keduanya pun resmi menjadi sepasang suami istri. “Waktu itu dia ngebet pengen nikah sama saya karena banyak lelaki yang mau melamar,” tukas Parjo. Yang ngebet Mbak Tuti apa dirimu nih, suka membalikkan fakta deh.
Mengawali rumah tangga, Parjo mengajak Tuti tinggal di rumah orangtuanya. Rumah tangga pun berjalan harmonis. Namun, mereka baru diruniai anak setelah tiga tahun berumah tangga. Ngakunya sih memang sudah direncanakan. “Sengaja enggak buru-buru punya anak dulu biar bisa kerja,” kilahnya. Direncanakan apa kurang jantan nih.
Caranya supaya Tuti tidak hamil selama tiga tahun berumah tangga, hanya Parjo yang tahu. Setelah punya anak, Tuti enggan bekerja dan memilih menjadi ibu rumah tangga dan fokus mengurus anak di rumah. Keputusan Tuti itu tak jarang mendapat sindiran dari keluarga Parjo. Tuti dianggap sengaja memanfaatkan suami. Kondisi itu membuat Tuti tak nyaman dan meminta izin kepada suami untuk pulang kampung bersama keluarganya di Lebak. Namun permintaan Tuti ditolak Parjo dengan berbagai alasan. Sejak itu, hubungan mereka semakin renggang. “Seminggu lebih saya enggak ngobrol sama dia,” ujarnya. Terus ngapain aja nih, ehem-ehem jalan terus kan!
Sampai akhirnya, Parjo mengalah dan mengizinkan Tuti pulang kampung. Parjo hanya seminggu sekali mengunjungi istri dan anaknya di Lebak karena faktor jarak. “Ya karena kebutuhan biologis dan kangen anak, walaupun capek saya datengin aja,” katanya. Dasar ya, biologis dibawa-bawa.
Setelah enam bulan menjalani rumah tangga long distance atau jarak jauh bolak-balik Serang-Lebak, ceritanya Parjo jatuh sakit dan lebih dari sepekan tidak masuk kerja. Dari situ, keluarga Parjo murka dengan sikap Tuti yang tak mau menurut pada suami. Sejak kejadian itu, Parjo tak lagi mengunjungi istrinya. Komunikasi keduanya sudah tak seharmonis dulu. “Saya sampai sering di-bully teman-teman pas jauh dari istri. Katanya, punya istri tapi rasa jomblo. “Kalau dipikir-pikir benar juga sih. Saya kerja cari uang buat anak istri, tapi setiap hari kesepian terus,” curhatnya. Kan Akang sendiri yang membuat keputusan tidak mau mengunjungi istri lagi. Gimana sih!
Terhasut rekan-rekannya, Parjo mulai mencari pelarian. Bermula dari ajakan teman berkunjung ke tempat hiburan malam, Parjo pun tergoda janda anak dua dan langsung menjalin hubungan spesial. Perselingkuhan itu diketahui banyak orang, termasuk teman Tuti yang bekerja di pabrik. Kabar perselingkuhan Parjo pun akhirnya diketahui Tuti. Sudah pasti Tuti geram mendengar kabar itu dan terjadilah keributan di antara keduanya. Parjo yang merasa diinjak-injak istri akhirnya memilih cerai. “Ya karena sudah enggak bisa baikan, kita cerai,” kesalnya. Enggak bisa baikan apa memang sudah pindah ke lain hati nih.
Namun, pasca perceraian dengan Tuti, Parjo justru tidak bisa melupakan kenangan indah bersama Tuti. Parjo sampai urung menikahi sang janda yang tidak lebih baik dari Tuti. Namun, permintaan maaf Parjo terhadap Tuti yang dilakukannya berkali-kali tidak membuat mereka rujuk. Tuti yang membawa serta anaknya sudah menutup diri dan enggan kembali menjalin hubungan dengan Parjo. “Istri sudah tidak mau maafin kesalahan saya. Doain saja semoga saya bisa nikahin dia lagi,” harapnya. Ya saya doakan semoga bisa rujuk kembali. Amin. (mg06/zai/ags)