CILEGON – Pengunduran diri Komisaris Independen PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Roy Maningkas, diniali tidak akan berpengaruh terhadap jalannya perusahaan. Hal tersebut diungkapkan Dirut PT KS Silmy Karim saat ditanya mengenai pengunduran diri Roy yang sempat mengagetkan banyak pihak.
“Tidak ada pengaruh sama sekali,” ujar Silmy melalui pesan Whats App, Selasa (23/7).
Terkait alasan kemunduran Roy berkaitan dengan pabrik blast furnace, Silmy enggan memberikan tanggapan secara spesifik. Menurutnya blast furnace merupakan proyek lama yang ia resmikan pada Desember 2018. Kemudian PT KS melakukan pengecekan dan serangkaian tes serta persiapan-persiapan pengoperasian.
“Lamanya tes dan pengecekan karena proyek sudah terlambat lama,” tuturnya.
Kini, lanjut Silmy, blast furnace sudah beroperasi. Untuk unit coke oven plant sejak akhir tahun lalu, sedangkan yang terintegrasi, artinya seluruh unit di pabrik blast furnace beroperasi, mulai bulan Juli tahun ini.
Diketahui, Roy Maningkas, memutuskan mengundurkan diri dari jabatan yang telah diembannya selama empat tahun terakhir. Alasannya, emiten dengan kode KRAS tersebut memaksakan proyek blast furnace yang berpotensi merugikan uang negara Rp1,3 triliun per tahun.
Sebagaimana diketahui, persiapan proyek blast furnace telah dimulai sejak 2011 lalu. Krakatau Steel (KS) telah merogoh kocek sebesar USD714 juta atau setara Rp10 triliun untuk proyek yang menghasilkan hot metal tersebut. Angka itu membengkak dari rencana sebelumnya hanya Rp7 triliun.
“Saya melihat ada sesuatu yang dipaksakan. proyek ini kan molornya sudah 72 bulan. Tiba-tiba sebulan yang lalu direksi menyampaikan ini siap beroperasi. Padahal menurut saya dan teman-teman komisaris, ini harus dipertimbangkan baik-baik,” kata Roy saat jumpa awak media di Kantor BUMN, Jakarta, Selasa (23/7). (jpc-bam/air/ags)