ALANGKAH bahagia hidup di dunia jika cinta istri maupun suami tak lekang dimakan usia. Bersatu padu dalam ikatan pernikahan, dua insan bekerja sama menuju hidup penuh keberkahan. Kiranya seperti itulah gambaran bingkai kehidupan rumah tangga Badrun (58) dan Leha (56), keduanya nama samaran.
Badrun yang sebenarnya tak lagi bekerja mengaku banyak menghabiskan waktu beribadah. Bukan lantaran malas dan melalaikan kewajiban menafkahi anak istri, tapi sesungguhnya ia hanya ingin menghargai ketulusan sang buah hati yang ingin berbakti pada ayah dan ibunya. Widih, hebat amat nih anak-anaknya!
“Ya, alhamdulillah, Kang. Mereka sudah bisa memberi sesuatu buat saya dan istri. Ini berkah hidup di usia tua namanya,” kata Badrun kepada Radar Banten.
Badrun bercerita, tidak seperti tiga tahun lalu yang sibuk berjibaku dengan dunia kerja, Ramadan tahun ini ia bisa menghabiskan banyak waktu di rumah. Menemani sang istri sambil sesekali membantu merawat rumah, mereka menikmati usia tua penuh keindahan. Subhanallah.
Padahal, Badrun sebenarnya bukan terlahir dari keluarga berada. Ayah petani dan ibu tak bekerja, Badrun yang berasal dari salah satu kampung di Lebak, menjalani masa muda penuh tantangan dan air mata. Katanya, ia yang hampir tak bisa sekolah karena tak ada biaya, rela bekerja pada saudara guna mengumpulkan uang.
Menabung sedikit demi sedikit, mungkin lantaran tak tega, Badrun pun dibantu pamannya bersekolah. Alangkah senangnya ia waktu itu. Anak kampung yang bercita-cita jadi orang sukses, akhinya bisa sekolah. Sejak saat itulah, seolah tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Badrun kerja keras mewujudkan mimpi.
“Dulu saya sering dinasihati orangtua, katanya, kalau mau jadi orang sukses, kuncinya satu, jujur dan disiplin,” kenang Badrun pada masa lalu.
Hingga lulus SMA, Badrun memutuskan berhijrah ke Kota Serang. Di sana ia tak memiliki siapa-siapa, berbekal kenalan teman sang ayah yang menjadi tenaga pengajar, Badrun melanjutkan sekolah di salah satu universitas negeri di Banten. Menikmati masa muda dengan segudang prestasi, Badrun lulus dengan nilai memuaskan.
Tiga bulan mencari pekerjaan, Badrun akhirnya mulai merasakan kenikmatan hidup dengan bekerja di salah satu perusahaan ternama di Cilegon. Dengan upah lumayan besar, tak seperti rekan sekerja lainnya, Badrun tetap tampil sederhana dan apa adanya.
“Wah, waktu itu rasanya kayak baru keluar dari bus yang sesak, hidup terasa lega. Meski begitu, ya perjuangan belum berakhir,” ungkapnya.
Dengan tabungan yang sudah lumayan banyak, Badrun sebenarnya memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan. Apalah daya, usia orangtua yang sudah mulai renta, membuatnya tak bisa menolak keinginan ayah ibu yang sangat mengharapkan kehadiran menantu.
Badrun mengakui, saking sibuknya bekerja, ia tak memikirkan kehadiran kekasih. Saat orangtua meminta menikah, pusinglah ia. Beruntung, selama menjalani masa perkuliahan, Badrun bukan tipe mahasiswa yang neko-neko, bersikap baik kepada semua orang, ia punya banyak teman.
Tak heran, sekalinya curhat kepada sahabat mengenai masalah wanita, berita itu cepat menyebar ke sesama teman seangkatan. Hebatnya, berkat bantuan sahabat-sahabatnya, dijodohkanlah Badrun dengan Leha, yang tak lain teman sekelasnya. Mengetahui karakter dan latar belakang masing-masing, mereka pun sepakat menuju jenjang pernikahan.
Singkat cerita, menikahlah Badrun dan Leha. Mengikat janji sehidup semati, keduanya resmi menjadi sepasang suami istri. Dengan pesta pernikahan yang digelar meriah, mereka sibuk menyambut tamu undangan yang hadir dari berbagai kalangan. Pokoknya, bak raja dan permaisuri, Badrun dan Leha membuat banyak pasangan muda iri.
Di awal pernikahan, baik Bardrun maupun Leha saling menjaga sikap di depan kedua mertua. Tak ingin berbuat salah, mereka berusaha meraih hati masing-masing keluarga. Meski sudah tinggal di rumah sendiri, yang namanya pasangan muda pasti mengalami masa beradaptasi.
Hingga setahun kemudian, mereka tak lagi canggung dan saling terbuka kepada keluarga. Dengan kehadiran anak pertama, rumah tangga jadi semakin berwarna. Badrun dan Leha pun menjadi kebanggaan masing-masing keluarga.
“Ketika punya anak, dalam hati langsung tertanam, saya enggak akan menyia-nyiakan waktu. Pokoknya, mereka harus lebih baik daripada saya,” curhat Badrun.
Dengan begitu, ketika sang anak mulai tumbuh remaja, Badrun fokus mendidik dengan penuh perhatian. Tak hanya memberi nafkah pendidikan formal sekolah umum, Badrun juga kerap mengundang ustaz ke rumah untuk mengajari sang anak ilmu agama. Lah, kenapa tidak dipondokkan saja?
“Saya termasuk orangtua yang enggak mau pisah jauh dari anak, jadi biar anak saya tumbuh dengan didikan tangan saya dan istri,” curhatnya.
Badrun mengakui, ia kerap memarahi anaknya ketika malas belajar. Namun, ia menganggap hal itu demi kebaikan sang buah hati. Beruntung, selalu ada sosok istri yang menenangkan. Leha hadir di saat situasi tak nyaman itu terjadi. Hebatnya, ketika ayah dan anak laki-lakinya saling diam, ia mampu mencairkan suasana.
Namun, suatu hari Badrun pun sadar akan apa yang dilakukannya bukanlah suatu yang tepat. Ketika sang anak hendak memilih jurusan di perkuliahan yang akan ia ambil, Badrun memaksa harus memilih apa yang ia ingin, padahal sang anak sama sekali tidak menguasai bidang keilmuan tersebut.
Apalah daya, bukannya membicarakan dengan kepala dingin, Badrun dan sang anak kembali bertengkar. Parahnya, hal itu berimbas pada sang istri. Kesal dengan Leha yang malah membela sang anak, Badrun memarahi bahkan mengatakan tidak mau membiayai pendidikan anaknya.
Leha pun menangis, air matanya mengalir deras menciptakan luka. Tiga hari tak bicara, Badrun bingung akan apa yang harus dilakukan. Sampai akhirnya entah karena dapat hidayah atau memang tak tega menyaksikan sang istri menderita, Badrun meminta maaf pada Leha dan anaknya.
“Waktu itu saya khilaf, Kang. Enggak sadar kalau anak saya punya masa depannya sendiri,” akunya.
Sejak saat itu, Badrun membebaskan anaknya memilih jurusan kuliah. Namun, bukan berarti ia melepaskan begitu saja. Dengan tetap membimbing dan mengarahkan, Badrun dan Leha pun tak pernah berhenti mendoakan sang buah hati. Hingga di malam yang sunyi, Badrun berjanji pada sang istri tidak akan mengekang anak-anaknya lagi.
Hingga berlangsung 30 tahun lebih usia pernikahan, dengan segala rintangan dan pasang surut rumah tangga, Badrun dan Leha dikaruniai empat anak. Dua perempuan dan dua laki-laki. Mereka semua sukses dengan karirnya masing-masing, Badrun dan Leha pun hidup bahagia. (daru-zetizen/zee/dwi/RBG)