CILEGON – Lahan pertanian di Kota Cilegon setiap tahun semakin berkurang. Bahkan, selama tiga tahun terakhir lahan pertanian berkurang hingga 41 hektare.
Banyaknya pembangunan industri, perumahan, dan pertokoan menimbulkan konsekuensi beralihnya fungsi lahan. Dari lahan pertanian menjadi bangunan yang sesuai dengan jenis investasi yang masuk.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Cilegon Wawan Hermawan menjelaskan, sektor perumahan paling banyak menggerus lahan pertanian di Kota Baja. Sejak ada program rumah subsidi, pengembang berlomba-lomba mendirikan perumahan di Kota Cilegon.
“Dampaknya sekarang sudah terasa banyak area pertanian yang hilang,” ujar Wawan kepada wartawan, Jumat (23/8).
Menyusutnya lahan pertanian, kata Wawan, membuat Kota Cilegon sudah tidak bisa memenuhi sendiri kebutuhan pangan warganya, terutama beras. Saat ini jumlah beras yang diproduksi dari lahan-lahan pertanian di Kota Cilegon hanya 20 persen dari jumlah kebutuhan pangan masyarakat. “Selebihnya dari daerah lain,” ujar Wawan.
Menyikapi terus berkurangnya lahan pertanian, menurut Wawan, saat ini DKPP Kota Cilegon terus gencar menyosialisasikan program pemanfaatan pekarangan dan kebun di sekitar rumah sebagai lahan pertanian.
Tujuannya, lanjut Wawan, agar masyarakat tidak terus bergantung pada pangan-pangan di pasar yang bersumber dari luar daerah Kota Cilegon. “Lahan itu bisa ditanam ubi-ubian, jagung, sayur-sayuran, dan tanaman pangan lainnya,” papar Wawan.
Implementasi program itu menggunakan pendekatan pada kelompok wanita tani yang berada di seluruh kecamatan. Setelah disahkan oleh kelurahan setempat, kelompok wanita tani akan mendapatkan bantuan baik berupa rumah bibit, benih-benih, serta perangkat pertanian hidroponik. “Nanti hasilnya ini dibagikan ke anggota,” tuturnya.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan pada DKPP Kota Cilegon Mas Andang Eka Pria menambahkan, saat ini lahan pertanian di Kota Cilegon terdapat 500 hektare. Ia pun tidak menampik jika setiap tahun lahan pertanian terus menyusut.
“Setiap tahun kondisi lahan pertanian terus didata untuk mengetahui seberapa banyak yang masih bertahan dan belum dialihfungsikan,” tuturnya. (bam/ibm/ira)