Oleh : DR. KH. Encep Safrudin Muhyi, MM., M.Sc, Pimpinan Pondok Pesantren Fathul Adzmi
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
“(1) Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. (2) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (3) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (4) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. (5) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al-Qadr: 1-5).
A. Keutamaan Akhir Ramadan
Pada bulan Ramadhan kita dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya bulan yang penuh rahmat, berkah dan kemulian ini untuk beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Khaliknya. Ketika Memasuki bulan suci Ramadan, kita harus banyak bersyukur. Jika kita menghitung seberapa banyak nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, niscaya kita tidak akan mampu untuk menghitungnya.
Sudah sepatutnya kita mensyukuri nikmat-Nya tersebut. Bersyukur masih dipertemukan dengan bulan Ramadan. Bersyukur akan nikmat sehat sehingga dapat menunaikan ibadah pada bulan Ramadan yang sangat mulia ini. Orang yang pandai mensyukuri nikmat Allah SWT, niscaya akan mendapatkan lebih banyak nikmat lainnya. Namun Kalau tidak pandai mensyukurinya, niscaya akan mendapatkan azab yang pedih.
Kewajiban kita sebagai umat muslim yaitu melaksanakan salat 5 (lima) waktu, kemudian juga berpuasa pada bulan Ramadan. Selama 30 hari puasa di bulan Ramadan, ada 3 (tiga) fase yang dilalui yang dibagi dalam 10 hari pertama, 10 hari kedua, dan 10 hari ketiga. Setiap fase tersebut mempunyai banyak keutamaannya.
Tentang keutamaan 10 hari pertama puasa di bulan Ramadhan. Pada fase ini akan menjadi hari yang paling sulit dan memiliki banyak keutamaan lantaran dibutuhkan adaptasi dan penyesuaian diri yang baik.
Fase 10 hari pertama Ramadan memang merupakan fase terberat dan tersulit, karena merupakan fase peralihan dari kebiasaan pola makan normal menjadi harus menahan lapar dan haus mulai dari subuh hingga magrib.
10 hari pertama adalah fase rahmat. Ini fase yang berat. Menghadapi fase perubahan kebiasaan diri. Ini sebagai ujian terberat dalam mencapai suatu ketakwaan, namun paling banyak mendapatkan pahala.
Pada fase ini dibukakan pintu rahmat yang seluas-luasnya. Jadi kita harus berlomba-lomba berbuat kebaikan. Dalam suatu firman Allah pada QS. Al-zalzalah ayat 7 dan 8 disebutkan yang artinya : “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya, dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya”.
Ada keutamaan yang berlimpah diberikan oleh Allah SWT pada 10 hari pertama bulan Ramadhan. “Seperti diketahui, tidak hanya tubuh saja yang melakukan adaptasi, pada fase 10 hari pertama Ramadhan tahun ini, banyak persoalan yang harus dihadapi dengan proses beradaptasi atau penyesuaian. Siapa yang mampu melewati ini? Hanya orang yang benar-benar sabar dan niat beribadahlah yang mampu melewatinya”.
Di 10 hari kedua Ramadan supaya kita mengejar ampunan dari Allah SWT. Maghfiroh itu diberikan khusus di waktu tersebut demi keselamatan orang yang berpuasa dari dosa-dosa yang telah dilakukannya sebagai bentuk kasih sayang Allah. Maka, sungguh merugi kepada mereka yang hingga memasuki sisa waktu terakhir di 10 hari kedua Ramadan tidak memiliki keinginan kuat menyambut tawaran ampunan Allah. Di dalam Surah Ali `Imran: 133 dijelaskan, “dan bersegeralah kamu menuju ampunan (maghfiroh) Tuhanmu”.
Di akhir sepuluh hari terakhir Ramadan di duga turunnya lailatul qadar, karena lailatul qadar bisa juga turun pada bulan Ramadan secara keseluruhan. Bulan Ramadan adalah bulan diturunkan di dalamnya Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk dan pembeda antara yang hak dan yang batil. Al-Qur’an dan hadits sahih menunjukkan bahwa lailatul qadar itu turun di bulan Ramadhan. Dan boleh jadi di sepanjang bulan Ramadhan semua, lebih lagi di sepuluh terakhir Ramadhan.
Puasa tidak hanya menahan diri dari hawa nafsu. Namun juga menahan pikiran, hati dan panca indra dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa. mendengar, membaca, dan mengamalkan Al-Quran tentu akan menjadi syafaat. Bulan puasa adalah ladang untuk menanam dan memanen kebaikan.
B. Istimewa Ramadan
Ramadhan kini tengah bersiap untuk pergi meninggalkan kita. Tidak ada yang mampu menghalanginya agar bertahan lebih lama, dan kita mungkin baru menyadarinya atau memang tidak sadar sama sekali kalau ia pergi begitu cepat. Saat ia pergi, mudah-mudahan kita telah melewatinya dengan amalan-amalan terbaik serta meraih berbagai keutamaan yang ada pada Ramadan, diampunkan dosa dan juga diterima semua amal ibadah kita.
Sungguh tidak terasa kini sudah berada di penghujung bulan penuh berkah ini. Padahal, seakan baru kemarin ia menyapa. Ia berjalan seperti angin, berlalu begitu cepat. Tapi sayang, kita terlalu santai dan lambat meresponnya, tidak menggunakan full power dan tidak memanfaatkan waktu bersamanya dengan baik. Bahkan banyak waktu terlewati begitu saja. Banyak amalan yang luput, kadang kita juga melewati hari-hari Ramadan ini seperti hari-hari biasa di bulan lain.
Maka, berbahagialah bagi mereka yang telah maksimal bersama Ramadan, melaksanakan berbagai amalan, menjalani berbagai ibadah dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menjadi hamba taat, meskipun kondisi di tengah hiruk pikuk dunia saat ini.
Kini tiba waktunya untuk melihat atau evaluasi aktivitas dan kegiatan kita selama Ramadan ini, apakah sudah menyelesaikan target target yang telah disusun sebelum masuknya Ramadan atau mission falied. Sejatinya, sebelum Ramadan pergi kita harus menyelesaikan pogram-pogram atau target-target yang belum terlaksana, walaupun waktu yang tersisa begitu singkat, seperti mengkhatam Al- Qur’an, perbanyak shadaqah dan lain-lainnya.
Kalau kita ibaratkan, hari-hari akhir Ramadan ini seperti babak final dalam sebuah kompetisi, para peserta semakin sedikit. Hanya mereka yang bersungguh-sungguh dan istiqamah berhasil lolos dari babak sebelumnya. Kita bisa melihat kondisi di sekitar kita, juga shaf-shaf salat di fase akhir ini, jelas berbeda, baik itu jamaah shalat fardhu maupun salat Tarawih.
Fenomena unik lainnya, di sepuluh akhir lebih banyak yang menuju ke pasar atau pusat perbelanjaan dibandingkan dengan ke masjid/meunasah. Padahal tempat itu lokasinya tidak jauh dari masjid. Hal ini seakan lumrah, seperti sebuah tradisi, karena hampir setiap akhir Ramadan suasananya selalu seperti ini, sepinya tempat-tempat ibadah dan membludaknya pasar dan kedai kopi. Seharusnya, menjelang berpisah dengan Ramadan atau di 10 akhir, amal ibadah kita lebih dahsyat dari sebelumnya, seperti yang dilaksanakan para pendahulu kita, mereka fokus beribadah di akhir Ramadan.
Mungkin, hari ini kita tidak bisa seperti mereka para sahabat Rasulullah SAW atau para ulama dahulu yang menangis tersedu karena berpisah dengan Ramadan. Padahal, sehari-hari mereka begitu fokus dan khusyuk memanfaatkan setiap detik waktu Ramadan, apalagi di 10 terakhir. Mereka fokus, i’tikaf, mengurangi tidur, semakin rajin dalam ketaatan, mereka biarkan kelelahan dalam ketaatan.
Bagi mereka, waktu Ramadan itu sangat terbatas, jadi mereka tidak sia-siakan. Sementara kita, masih jauh dan sangat jauh, kadang seakan menjalani rutinitas Ramadan hanya sebatas kewaijban, baca Al-Qur’an juga kurang, amaliah-amaliah lainnya juga seperti biasa. Namun, kita tetap semangat berjuang di waktu tersisa berikhtiar dengan sungguh sungguh untuk mendapatkan ampunan Allah SWT sebelum Ramadan pergi.
Dalam sebuah hadits dijelaskan bagaimana Rasulullah SAW bersunggung-sungguh menghidupkan sepuluh hari terakhir dengan segala kebaikan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ummul Mu’minin Aisyah r.a “Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim).
C. Khatimah
Banyaknya keistimewaan bulan Ramadhan, membuat umat muslim merasakan nikmatnya menjalani ibadah. Di bulan suci Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk banyak berdoa dan berbuat kebaikan, baik dalam konsep Hablum Minallah (hubungan manusia dengan Sang Pencipta), Hablum Minannas (hubungan antar individu) maupun Hablum Minal ‘Alam (hubungan manusia dengan alam). Ketiganya saling berkesinambungan dalam mendapatkan ridha Allah SWT.
Dari sekian banyak amal kebaikan yang tertuang dalam ketiga konsep tersebut, ada sejumlah amalan yang disukai Allah SWT. Alangkah indahnya jika kita bisa menjalankannya, demi meraih keistimewaan bulan Ramadhan. Begitu istimewanya bulan suci ini, bahkan hanya menantikannya saja sudah bernilai ganjaran tertebas api neraka.
Keistimewaan bulan Ramadhan bukan hanya mendapatkan berkah pahala semata tapi juga ada berkah lain ditinjau dari aspek ekonomi, di mana Ramadhan memberi keberkahan ekonomi bagi para pedagang dan lainnya.
Kemudian bagi fakir miskin, terdapat keistimewaan bulan Ramadhan tersendiri. Pada bulan suci ini, seorang muslim digalakkan dan disunnahkan untuk berinfaq dan bersedekah. Bahkan diwajibkan untuk membayar zakat fitrah untuk golongan yang membutuhkan. Melalui ibadah puasa dan rangkaian amalan Islam lainnya, diharapkan menjadi penghapus dosa yang telah kita lakukan sebelumnya.
Semoga Bermanfaat.

Penulis Adalah Kepala Bidang Pendidikan Agama & Keagamaan Islam Kanwil Kementerian Agama Provinis Banten/Penulis Buku Islam Dalam Transformasi Kehidupan & Buku Kepemimpinan Pendidikan Transformasional.