Pada saat itu, Dampu Awang dan rombongan meninggalkan pelabuhan. Tiba-tiba langit menjadi gelap. Angin bertiup kencang. Petir menyambar-nyambar. Disertai hujan yang sangat deras.
Kapal Dampu Awang terombang ambing di lautan. Dipermainkan oleh gelombang besar. Seluruh penumpang kapal panik dan ketakutan. Dalam kondisi tersebut terjadi keajaiban. Si ketut, burung kesayangannya bisa ngomong.
“Hai Dampu…. akuilah …. akuilah ibumu.” Seru si ketut.
Dampu Awang masih berkeras tidak mau mengakui ibunya. Si ketut terus mendesak. Tiba-tiba angin puyuh datang. Kapal berada di pusaran angin. Terombang ambing. Tiba-tiba Dampu berteriak kencang.
“Ibuuuuu …. ibuuuuuu. Tolong aku. Ini anakmu.” Namun nasi telah menjadi bubur. Tuhan telah murka kepadanya. Kapalnya terus berputar-putar di udara dan terlempar jatuh tertelungkup ke arah selatan. Konon, kapal itu menjadi sebuah gunung yang dikenal dengan nama Gunung Pinang yang terletak di Jln Raya Serang – Cilegon, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang.
Cerita ini intinya mirip dengan dengan Legenda Malin Kundang di tanah Minang Kabau. Yaitu anak yang durhaka kepada ibu kandungnya.
Reporter: Widodo
Editor : Widodo