BERKOMITMEN dalam menjalin suatu hubungan, sebaiknya jangan terlalu aneh-aneh. Bisa jadi apa yang direncanakan ternyata tidak sesuai harapan. Jika sudah begitu, hubungan bisa berakhir dengan rasa kekecewaan. Bahkan diiringi rasa benci dan dengki terhadap pasangan kita nantinya.
Nah, apa yang terjadi pada pasangan Asep (39) dan Esih (37), keduanya nama samaran, juga demikian. Kisah rumah tangga pasangan suami istri asal Tangerang ini, berantakan gara-gara komitmen yang mereka bangun tidak sejalan sesuai rencana.
“Saya cerai sama istri, penyebabnya enggak biasa. Istri main hati sama cowok yang jelas-jelas saya kenal betul,” ungkapnya. Terus-terus?
“Ya, saya juga enggak bisa ngambek. Soalnya, memang sudah jadi komitmen dari awal,” ujarnya. Makin enggak mengerti nih. Hmmm.
Memang terdengar cukup aneh dan membingungkan, tetapi yang pasti keduanya berlatar belakang sama-sama penganut aliran pergaulan bebas. Asep dan Esih menjalani hubungan rumah tangga bergaya etnis, yaitu cuek dan selengean. Maksudnya, mereka masih menjalani gaya-gaya mereka semasa pacaran. Satu sama lain saling membebaskan pasangan berhubungan lagi dengan orang lain. Widih, kok begitu.
“Jujur aja, saya memang suka berfantasi. Istri juga gitu. Kita begitu dari pacaran. Bahkan, kita pernah seranjang sama selingkuhan masing-masing,” akunya.
Kehidupan mereka begitu karena dipicu kesibukan keduanya menjalani profesi masing-masing. Asep bekerja sebagai tenaga fungsional di salah satu instansi pemerintahan, begitu pula Esih yang berprofesi sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta.
Intensitas pertemuan mereka pun terbatas sehingga membuat mereka harus mempekerjakan pembantu rumah tangga untuk mengasuh kedua anaknya. Bahkan komunikasi pun jarang terjalin, hanya saat mereka bertemu di rumah malam hari.
Menyadari Esih yang sering pulang larut malam, Asep juga kerap menyibukkan diri di luar jam kantornya dengan berkumpul bersama kawan-kawan lama. “Jadi kita benar-benar sibuk. Kalau lagi pengen sama istri aja, baru kita rencanakan dulu. Di luar itu, ya jalan masing-masing,” terangnya.
Parahnya, Asep tak pernah mempertanyakan sikap Esih itu. Hal itu tentu karena ada komitmen awal dan tak wajar yang dibangun Asep sebelum pernikahan.
Awalnya, baik Asep maupun Esih sama-sama menikmati. Komitmen yang mereka buat. Yaitu, boleh berbuat tak senonoh dengan orang lain, dengan syarat tidak main hati telah disepakati. Dengan begitu, baik Asep maupun Esih masing-masing bisa bebas berekspresi. Bahkan perilaku tidak normal itu dilakukan pasangan suami istri yang sudah 12 tahun menikah ini, berlangsung hingga anaknya memasuki jenjang kelas VI SD. Selama itu pula, keduanya sering ganti pasangan agar bisa merasakan sensasi lain setiap berhubungan intim.
“Saya nikmati, istri juga gitu. Tetapi, jujur selama saya gonta-ganti pasangan, tak pernah main hati. Esih juga awalnya gitu,” katanya. Kok bisa?
Namun, seiring berjalan, sikap Esih mulai berulah. Biasanya, kalau pun keduanya menjalankan komitmen tanpa sepengetahun pasangan masing-masing, baik Asep maupun Esih ketika ingin berhubungan tidak pernah ada kata penolakan. Sekali waktu, Esih yang menunjukkan mimik kecapaian setibanya di rumah, sempat menolak ajakan Asep yang sudah tak kuasa menahan libidonya.
Sikap Esih itu pun, sempat memancing emosi Asep yang gairahnya sedang memuncak. Asep mencoba meminta penjelasan dan alasan Esih sampai menolak. Meskipun, pria dengan perutnya yang sedikit buncit itu menyadari ketika melihat mimik wajah istrinya yang kecapaian. Sampai akhirnya, terjadi perselisihan di antara mereka.
“Katanya capek dan sedang enggak mau diganggu,” ujarnya.
Namun, ternyata ulah Esih itu tak hanya sekali dilakukan, tetapi berulang kali. Setiap pulang kerja dan Asep ingin berhubungan intim, tak pernah diladeni. Asep mulai mencari tahu alasan Esih selalu menolaknya. Sejak memikirkan sifat Esih yang berubah itu, Asep bahkan sampai melupakan komitmennya dan sudah tidak lagi bernapsu untuk berbuat yang tidak senonoh dengan wanita lain.
Usut punya usut, ternyata Esih mulai main hati dengan lawan pasangannya. Setiap pulang kerja, Esih selalu menyempatkan untuk jalan-jalan, belanja dengan pasangannya yang belum dikenal Asep. Sampai akhirnya, Asep memberanikan diri menanyakan soal kejujuran Esih yang ada main dengan lelaki yang sering Esih ajak main tersebut.
“Esih akhirnya mau jujur dan mengakui kalau dia mulai menikmati hubungannya dengan lelaki itu. Cowoknya sih biasa saja, tetapi Esih sepertinya ketagihan,” kesalnya.
Menyadari hal itu keduanya jadi sering bertengkar karena berselisih paham, Asep akhirnya memutuskan bercerai dan mengusir Esih dari rumah. Asep jengkel karena Esih sejak mengenal pria yang terakhir, sudah tidak lagi mengurusi anak dan suami. Ia benar-benar melupakan dan sadar kalau dia sudah berumah tangga dan punya anak. Esih jadi asyik sendiri dan memikirkan diri sendiri.
“Soal gaji juga, Esih sudah enggak jujur. Daripada gitu terus, mending kita pisah. Lagipula, dia sudah melanggar protokol,” keluhnya. Apaan tuh? “Ya, komitmen yang kita bangun. Kalau kita berhubungan intim dengan orang lain hanya untuk berfantasi tidak sampai main hati,” ujarnya dongkol.
Tak terasa, sudah setahun berlalu. Asep pun sudah tidak pernah mendengar kabar Esih lagi. Meski sempat broken heart dengan Esih, kini Asep sudah mulai move on dan siap mencari pengganti istrinya yang dulu. “Sekarang saya sudah siap nyari mangsa baru,” tegasnya, et dah, dasar buaya. Ya salam. (Nizar S/Radar Banten)