LIMA belas tahun sudah Otong (40) dan Uneh (34), keduanya nama samaran, membangun bahtera berumah tangga. Mereka pun sudah dikaruniai tiga anak, dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Namun, ada yang tidak biasa pada kehidupan mereka, terutama Otong sang suami yang tiba-tiba menjadi sosok yang pendiam.
Kondisi demikian sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Lantaran itu, Otong tidak terlalu akrab dengan anak-anaknya. Terlebih Uneh, sang istri.
“Iya, tadinya suami enggak pendiam. Apalagi, dia (suami-red) tergabung sama anak band. Dia begitu sejak kita punya anak satu,” keluh Uneh, warga Pandeglang.
Uneh pun sempat dibuat bingung dengan sikap Otong. Apalagi, sejak Otong jadi orang yang pendiam, suaminya juga mulai jadi orang yang pemalas. Sudah jarang bantu istri beres-beres di rumah. Padahal, dulunya sangat rajin membantu istri mencuci, menyapu halaman, sampai mengepel lantai. Bahkan, Otong dikenal paling aktif setiap ada kegiatan gotong royong di lingkungan warga. Sekarang, disuruh pun, Otong kerap ogah-ogahan.
“Pokoknya, sikap suami berubah 180 derajat deh. Bikin jengkel,” ketusnya. Sabar Teh.
Belum lagi, keluarga Uneh kini dihadapkan dengan kehidupan rumah tangga yang serba kekurangan. Diperparah dengan banyaknya potongan koperasi dari penghasilannya setiap bulan, sedangkan Otong hanya bekerja sebagai buruh pabrik.Tapi situasi itu tak pernah dihiraukan Otong. Makanya, di rumah Uneh sering uring-uringan.
Bagaimana tidak, dengan kondisi serba kekurangan dan makan seadanya, kadang keluarganya terpaksa harus berpuasa, Otong justru selalu terlihat tenang-tenang saja. Otong tak punya inisiatif untuk menambah pendapatannya demi mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Terutama, demi anak-anaknya.
“Kalau hanya saya yang di rumah sih no problem. Tapi, ini kan ada anak-anak yang tidak bisa menahan lapar di rumah,” kesalnya.
Beruntung Uneh masih punya orangtua yang masih bisa diharapkan, meskipun terkadang suka memperkeruh suasana rumah tangga. Kedua orangtua Uneh, sejak melihat adanya perubahan pada Otong, selalu mendesak agar Uneh bercerai. Namun, yang menjadi pertimbangan Uneh untuk mempertahankan Otong, karena suaminya itu merupakan pilihan kedua orangtuanya.
Dulu, Uneh dipaksa-paksa untuk menikahi Otong karena orangtuanya tidak setuju dengan pilihan Uneh yang tipe lelakinya agak bergajulan. Sementara 16 tahun silam, Otong yang tadinya hanya sebatas teman dengan Uneh, selalu menunjukkan karakter pribadi yang baik dan berwibawa di hadapan mertua. Terus mendapat desakan orangtua, Uneh pun akhirnya luluh dan mau dinikahkan dengan Otong setelah lulus SMA.
“Saya terima Mas Otong takut kualat. Jadi, alasan saya itu mempertahankan Mas Otong karena kesal juga sama orangtua. Nah, pas tahu suami begitu, orangtua saya justru yang kesal. Biarkan saja, Mas otong kan pilihan mereka,” terangnya. Ish jangan begitu Teh, enggak baik sama orangtua, kualat loh!
Uneh pas awal pernikahan sih larut juga dalam kebahagiaan. Jelas saja, Otong orangnya lumayan ganteng dan anak satu-satunya. Dipikir Uneh, Otong sudah pasti bakal menjadi pewaris satu-satunya dalam keluarga. Pertimbangan lain, Uneh tahu kalau Otong juga berasal dari keluarga cukup mampu. Yaelah, ternyata matrealistis juga. Meskipun, Otong pada saat menikahi Uneh belum mendapat pekerjaan tetap. Otong baru bekerja serabutan yang hanya mencukupi jajannya sehari-hari.
Setelah menikah, untuk mencukupi kehidupan keluarga, daripada menganggur Otong pun difasilitasi pekerjaan oleh orangtua Uneh sebagai buruh pabrik, menggantikan mertua yang memasuki fase pensiun.
“Yang kasih kerjaan Mas Otong, ya orangtua saya yang dapat jatah gantinya. Lumayan, daripada menganggur. Tetapi, gaji di pabrik enggak cukup. Soalnya, banyak pengeluaran. Makanya, sering pinjam ke koperasi. Jadi, potongannya juga banyak,” ungkapnya.
Menyadari hal itu, Uneh pun meminta Otong untuk mencari uang tambahan. Namun, Otong tak pernah mengindahkan permintaannya. Entah apa yang merasuki Otong sehingga ia tak pernah lagi peduli terhadap keluarga di rumah.
Uneh pun mulai mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi terhadap suaminya, Otong. Ternyata, dari cerita rekan-rekan dekat Otong, kalau sikap dia berubah dipicu dendam lama terhadap Uneh. Dendam karena pernah diselingkuhi Uneh di saat Otong merasa cinta mati. Yang bikin sakit hati, Uneh menyelingkuhinya setelah menikah dan memiliki anak satu.
“Tapi, saya waktu itu sudah minta maaf dan suami juga memaafkan. Enggak tahu kalau masalah itu bisa berbuntut dendam. Waktu itu, enggak sengaja ketemu mantan yang ajak balikan. Namanya rasa saya masih labil sama Mas Otong dan yakin kalau suami enggak akan marah, makanya dijalani,” ungkapnya. Ow ow ow,. Oh itu toh ternyata alasannya.
Persoalannya, Otong tak pernah membahas lagi setelah kejadian tersebut. Disinggung oleh Uneh pun, alasan dia memperlakukan keluarga tak seperti dulu, tak pernah dijawab. Otong lebih memilih diam. Setelah mengetahui hal itu, Uneh pun mulai mengajak Otong berkomunikasi dan mengklarifikasi masalah tersebut.
Lagi-lagi, Uneh meminta maaf kepada Otong untuk kali kedua. Tapi, pengakuan Otong bahwa masalahnya bukan itu. Otong berkilah, kalau dia sedang banyak pikiran saja.
“Ya alasan suami enggak masuk akal lah. Masa, banyak pikiran sampai puluhan tahun,” ucapnya. “Sekarang masih saling diam. Biarkan saja, toh saya sudah berusaha meminta maaf dan sudah lupa juga,” tambahnya.
Yang pasti saat ini, Uneh dibuat kesal oleh Otong yang cara berpikirnya tidak dewasa. Uneh ingin, Otong boleh dendam sama dia tapi jangan sampai anak jadi korban. Dua anaknya, kini harus menunggak bayaran di sekolah sampai berbulan-bulan. Belum lagi untuk makan sehari-hari juga kesusahan meski sudah diberikan tempat tinggal oleh mertua hasil dari warisan.
“Sekarang saya jalani saja, walaupun harus diam-diaman. Sekarang saya yang cari tambahan. Ikut dagang di pasar diajak teman,” tandasnya.
Yang sabar ya Teh. Segala sesuatu pasti ada hikmahnya. Teteh juga harus belajar dari kesalahan. Inget, kalau punya sifat dendam itu tidak baik. (Nizar S/Radar Banten)