BEBI (31) sangat kecewa dengan sikap suaminya Dedi (39) serta ibu mertuanya, sebut saja Marni (58), ketiganya nama samaran. Empat tahun lamanya Bebi dan Dedi membangun bahtera rumah tangga sebelum akhirnya bercerai. Bebi, warga Kabupaten Serang itu meminta cerai lantaran sikap Dedi, warga Cilegon, suka berbohong dan kasar. Ya ampun!
Hal itu diperparah dengan adanya campur tangan sang mertua. Marni tidak mendukung pernikahan anaknya dengan Bebi. Ketidaksukaan Marni diketahui Bebi setelah beberapa bulan pernikahan. Akibatnya, Bebi dan Dedi selalu bertengkar hingga berbuntut perceraian.
Cerita bermula pada 2005, ketika Bebi masih berusia 21 tahun. Pertemuan Bebi dan Dedi berlangsung ketika Dedi menjadi penyedia event organizer (EO) acara tahun baru di Cilegon. Kebetulan saat itu, Bebi yang bekerja di salah satu pusat perbelanjaan di Serang menjadi panitia, sampai akhirnya Bebi dikenalkan oleh teman dengan si doi yang usianya jauh lebih tua, terpaut tujuh tahun.
Pandangan pertama, Bebi ternyata langsung klik dengan Dedi yang wajahnya mirip keturunan Arab. Asal bukan unta saja ya Mbak! Mbak juga kayak Arab kok, Arab gundul. Hehehe, bercanda garing dulu Mbak.
Bebi pun langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. “Suka dia tuh, dari cara bicaranya yang lembut. Namanya juga cinta Mas, cinta kan buta,” terang Bebi yang bicaranya sedikit nyablak. Ulala. Buta Ijo kali ah.
Meski demikian, Dedi bukan sosok pria romantis, dewasa ataupun humoris seperti yang diidamkan perempuan kebanyakan. Bebi waktu itu hanya berpikir, dengan gaya bicara Dedi yang pelan, dipastikan juga sifatnya baik. Hmmm, seperti itu?
“Ternyata, saya salah, Dedi tak sebaik yang saya kira,” ucap Bebi.
Makanya jangan lihat orang dari tampangnya Mbak, mending lihat kantongnya saja, eh salah ya! Kok jadi curhat ya.
Selama empat bulan, hubungan Bebi dan Dedi pun semakin akrab meski tanpa status jelas, bisa dibilang baru sebatas PDKT. Tak lama kemudian mereka jadian. Dedi tak mau menunggu lama. Bersama orangtuanya, Dedi datang malamar ke rumah Bebi dan membahas pernikahan.
Akhirnya, saat yang ditunggu datang juga. Pernikahan pun digelar meriah di gedung PGRI Serang. Mereka mulai mambangun bahtera rumah tangga. Rona kebahagiaan mereka terpancar sempurna, meski harus tinggal di sebuah kontrakan. Bebi pun memutuskan untuk berhenti kerja agar bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik.
Awal pernikahan, rumah tangga Bebi dan Dedi berjalan normal. Bahkan, adegan di ranjang bersama Dedi pun tidak ada yang istimewa, terbilang normal saja. Memang adegan di ranjangnya mau seperti apa Mbak? Ada-ada saja Mbak nih.
Lantaran profesi Dedi sebagai penyedia EO, membuat Dedi sering bekerja di klub-klub malam. Mengetahui hal itu, Bebi pun gerah. Bebi khawatir jika Dedi terus bekerja di dunia malam, bisa terpengaruh pergaulan negatif.
Sedangkan sang mertua, Marni, begitu fanatik. Bebi yang tadinya selalu tampil seksi, diminta langsung menutup aurat dengan mengenakan kerudung oleh Marni.
Melihat profesi Dedi, Marni pun tidak suka dan mendesak Bebi supaya Dedi bisa mencari pekerjaan lebih layak. “Waktu itu Mertua bilang ‘emang kamu mau dinafkahi dari uang haram?’ ke saya” kata Bebi menirukan gaya Marni yang mengira awalnya mendukung.
Ternyata, itu hanya strategi Marni agar Bebi dan Dedi selalu cekcok mempermasalahkan pekerjaan yang jelas-jelas bakal ditentang keras Dedi. Sejak itu, rumah tangga mereka selalu diselimuti pertengkaran akibat salah paham.
Kondisi Bebi yang sedang hamil juga tak pernah dihiraukan Dedi. Dedi bersikeras menikmati pekerjaannya sebagai penyedia EO di dunia hiburan malam. Sifat egois Dedi akhirnya disadari Bebi. Dedi jadi suka memerintah dan tidak suka diperintah. Sudah kayak militer saja. “Beda banget pas pacaran, diminta dan disuruh apa-apa, mau-mau saja,” ujar Bebi. Ih Mbak Bebi ini, memangnya suaminya pesuruh apa ya disuruh-suruh.
Meski begitu, Bebi masih sering dibela Dedi ketika berselisih paham dengan ibu mertua atau kakak iparnya. Seperti ketika ada pengajian di rumah mertua, Bebi yang memang diminta suami untuk datang, malah dikucilkan dan mendapat pembelaan dari Dedi dengan menegur keras orangtuanya.
“Pas datang, dianggap kayak bukan menantu. Setiap ada acara keluarga, begitu tuh, Mas. Dikucilkan,” kata Bebi yang mengaku suka miris mengingat memori itu.
Bebi mulai sadar, kenapa Marni beserta kakak ipar Dedi begitu sebal. Ternyata, dari awal mereka sudah tidak suka Bebi menjadi istri Dedi. Itu lantaran Bebi hanya lulusan SMEA alias SMK jaman sekarang. Sementara, Marni ingin menantu yang jelas bibit, bobot, bebetnya. Waduh, harusnya Mbak pas ketemu mertua bawa timbangan tuh, biar jelas bobotnya, hehehe.
Yang diidam-idamkan ibu mertua Bebi tak lain adalah lulusan sarjana atau sudah berstatus PNS. Lantaran itu, Bebi jadi sering diatur-atur Marni. Dari mulai proses kelahiran sampai pemasangan alat kontrasepsi. Kebetulan, Marni berprofesi sebagai bidan dan bekerja di rumah sakit. Namun, selama dirawat usai melahirkan, Marni tidak pernah mengakui Bebi sebagai menantu di depan-temannya.
“Pas ditanyain teman-temannya, sama siapa. Katanya sama pasien. Coba, gimana perasaannya Mas digituin,” aku Bebi. Duh Mbak, kenapa tidak dibalas ‘makasih atas bantuannya Dok, terus balik deh,’.
Mengetahui kelahiran anak, Dedi senang bukan kepalang dan mulai menuruti kemauan istri untuk ganti profesi menjadi karyawan industri di Serang Timur. Namun, petaka kembali muncul ketika Bebi diminta Dedi datang ke rumah mertua, ujung-ujungnya malah diusir.
Dedi naik pitam hingga terjadi pertengkaran hebat dengan Marni. Saudara Dedi justru menyalahkan Bebi yang dinilai sudah mengadu domba. Namun, Bebi tetap sabar.
Untuk melupakan sakit hatinya itu, Bebi memutuskan untuk kuliah di salah satu universitas di Serang berkat biaya mertua laki-laki yang dinilai masih mendukung hubungan Bebi dengan Dedi.
Namun, sikap Dedi yang memang kurang bergaul dengan tetangga justru berubah menjadi kurang perhatian, kasar, dan mulai tidak jujur, apalagi soal gaji, serta cemburuan. Puncaknya, Dedi melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kepada Bebi dan mengucap talak karena ketahuan main perempuan.
Saat terjadi keributan, tangan Bebi dipegang Dedi dengan kasar sampai patah. Bebi yang merasa tidak terima, langsung meminta berpisah. Setelah empat bulan berpisah untuk introspeksi, upaya merajut asa kembali tampaknya gagal karena keegoisan Dedi. Terlebih, Dedi sudah mengucap talak.
“Ya udah, kita akhirnya cerai di Pengadilan Agama Cilegon. Anak ikut bapaknya yang sudah nikah lagi,” ungkapnya.
Bebi sendiri pun memulai petualangan baru dengan kekasih barunya. Bagus deh imbang, sama-sama sudah punya gebetan. Sedaaap! (Nizar S/Radar Banten)