JUHE (38), nama samaran, hanya bisa merenung dan terdiam ketika melihat Wati (37), nama samaran, yang terus berlinang air mata. Juhe sadar bahwa Wati sudah tak kuat lagi menahan tangis. Wanita mana yang tidak sedih dan sakit hati mengetahui suaminya berselingkuh?
Begitu juga dengan Wati. Pasti sakit rasanya. Apalagi, Wati tahu bahwa ternyata Juhe sudah sering kali menyelingkuhinya dari sejak mereka berumah tangga. Terakhir, Wati tidak sengaja membuka pesan pada ponsel Juhe. Tak dinyana, banyak SMS percakapan mesra antara Juhe dengan wanita lain.
Tak hanya sampai di situ, gambar yang ada pada aplikasi galeri ponsel Juhe juga mengejutkan Wati. Betapa kaget Wati, ternyata banyak terpampang foto-foto Juhe yang sedang bergaya seronok dengan wanita lain. Astaga.
“Iya, namanya juga laki-laki. Wajarlah,” ujarnya dengan santai.
Juhe berprofesi sebagai seorang perawat di salah satu rumah sakit. Sementara, Wati bekerja sebagai kasir di rumah sakit lainnya.
Pertemuan mereka berlangsung secara tak sengaja. Saat itu Juhe sedang menengok kawannya di rumah sakit, tempat Wati bekerja. Melihat wajah Wati yang manis, serta pelayanannya yang ramah, membuat Juhe tertarik dan ingin mengenal Wati lebih jauh. Juhe pun memberanikan diri mengajak berkenalan yang langsung direspons oleh Wati.
“Pertama kali melihat Wati, suka aja manis. Pas kenal, makin suka. Soalnya, Wati kayaknya baik banget. Cocoklah buat istri,” ujarnya. “Kalau yang nakal, nggak bakalan saya kawin Mas,” ujarnya. Cocok.
Juhe memang buaya sejati. Prinsipnya, kalau pacarnya ketahuan nakal pasti hanya dijadikan sebagai ajang percobaan. Sementara untuk istri, Juhe harus mendapatkan wanita sempurna. Pintar.
Wati yang sudah berusia kepala tiga, tak mau menunggu lama untuk dilamar Juhe. Wati mau menerima Juhe karena tahu bahwa Juhe pastinya berasal dari keluarga baik-baik. Terbukti, pekerjaan Juhe tak jauh dengan Wati, yakni melayani masyarakat di dunia kesehatan.
Atas persetujuan kedua keluarga, keduanya yang berasal dari keluarga berada membuat resepsi pernikahan yang mewah dan meriah. Pernikahan dirayakan di rumah. Pikir Juhe, resepsi pernikahan tidak perlu di gedung atau hotel karena rumah orangtua Wati juga lumayan luas. Cukup untuk menampung ratusan tamu.
“Saya memang jahat banget. Sempat berpikir kalau memilih Wati gampang diselingkuhi. Wati enggak bisa marah, ngomong aja pelan. Orangnya terlalu ramah malah,” terangnya.
Lantaran itu, Juhe merasa dengan menikahi Wati bisa lebih leluasa menjalankan aksinya. Apa tuh? Tentu saja selingkuh, alias selingan keluarga utuh.
Mulai dari punya anak satu, Juhe sudah sering menyelingkuhi Wati. Alasannya bukan karena tidak cinta. Namun, berumah tangga dengan Wati dirasa Juhe hambar. Bagai sayur tanpa garam. Hal itu dipicu sikap Wati yang terlalu penyabar. Lantaran itu, di rumah hampir tak pernah ada percekcokan atau perselisihan di antara mereka berdua. Loh, bukannya bersyukur!
“Iya sih, tapi bosan juga, hidup nggak berwarna, datar-datar aja,” katanya. Sue… Mau cari istri bagaimana lagi! Ya salam.
Wati tak pernah mengganggu privasi Juhe. Wati biasa saja, seolah memberikan kepercayaan penuh terhadap Juhe. “Wati nggak pernah marah atau curiga. Padahal, saya di belakang suka main api,” akunya. Awas Bang kebakaran!
Pernah sekali Juhe kepergok jalan bareng dengan perempuan lain. Tapi, pas di rumah, Juhe tak sedikit pun mendapatkan makian atau cacian dari Wati. Apalagi, sampai menampar, mencolek pun Wati tak berani. Wati selalu berpikir positif, kalau perilaku suaminya terjadi dipicu Wati yang tak bisa memuaskan suami. Makanya, tahu suaminya main serong, Wati hanya bisa menangis. Malah, Wati suka meminta maaf kalau dia tidak bisa menjadi istri yang baik. Bahkan, berjanji akan berubah demi kebahagiaan suami. Oh so sweet.
“Iya, saya juga nggak mengerti Wati kok nggak marah. Beruntung banget kan punya istri begitu,” ujarnya. Iya, beruntung buat Lo, musibah buat Wati. Dasar kadal.
Perbuatan Juhe pun terus berulang. Namun, kali ini lain. Rasa sakit hati Wati sudah tak tertahan lagi. Soalnya, kata Juhe, kalau wanita selingkuhan Juhe terakhir, bukanlah gadis atau janda. Melainkan istri orang lain yang tak lain teman seprofesinya. Istilahnya cinlok (cinta lokasi).
Lagi-lagi Juhe dibuat kagum oleh sikap Wati. Meskipun sedih berkepanjangan, Wati tak pernah melampiaskan kemarahan atau menegur perilaku buruk suaminya tersebut. Mengetahui ada yang tak lazim dari Juhe dengan perempuan yang sudah memiliki suami itu, Wati tetap bersabar. Cara Wati lain, dia hanya menghampiri wanita yang dicurigai jadi selingkuhan Juhe dan memberikannya wejangan.
“Katanya, dari cerita selingkuhan saya. Istri saya cuma bilang, ‘Kalau kamu ada di posisi aku, bagaimana rasanya? Sebaliknya, jika suami kamu juga seperti yang dilakukan suamiku, perasaan kamu bagaimana?’ Begitu tuh ucapan istri. Saya jadi terenyuh mendengarnya,” ungkapnya. Subhanallah, benar-benar istri solehah.
Padahal, Wati tahu betul bahwa banyak SMS mesra antara Juhe dan wanita lain. Belum lagi foto-foto syur Juhe dengan selingkuhannya itu. Hati wanita mana yang tak dibakar api cemburu. Tapi, itulah Wati yang hatinya bagaikan bidadari sang penghuni surga.
Sejak itu, selingkuhan Juhe memutuskan untuk mengakhiri hubungannya demi kebaikan rumah tangga mereka masing-masing. Sejak itu pula, Juhe mulai sadar bahwa dia selama ini telah menyia-nyiakan istri sebaik Wati.
“Belum tentu lelaki lain seberuntung saya. Saya bersyukur punya istri penyabar seperti Wati,” akunya. Jadi, mau mengubah perilaku juga dong? “Insya Allah-lah, kalau enggak ada hujan,” candanya seraya tertawa. “Ya, mudah-mudahan saja kejadian kemarin jadi hikmah,” harapnya. Amin. (Nizar S/Radar Banten)